Wednesday, September 22, 2010

Post Event Release AUB3 #4 Effan Adhiwira

FROM BOXY TO CURVY
Effan Adhiwira Architecture Journey

Effan Adhiwira, Presenter AUB3 #4
Cuaca di Danes Art Veranda dingin dan berangin. Namun tidak menyurutkan minat sekitar 100 orang untuk hadir mendengarkan pengalaman berarsitektur Effan Adhiwira dalam Architects Under Big 3 #4, Jumat, 6 Agustus 2010. Popo Danes selaku pengagas Architects Under Big 3 #4 membuka acara ini. Hadir pula Bapak Ketut Rana Wiarcha (Ketua IAI Bali) dan Putu Edy Semara (ESA International) dalam malam ini.

Effan Adhiwira, arsitek senior PT. Bambu Bambu / Green School memulai ceritanya dari fase pertamanya berarsitektur yang disebutnya sebagai fase BOXY. TomaHouse, sebuah perusahaan prefabrikasi alumunium yang berbasis di Jerman menjadi pelabuhan pertama Effan dalam memulai prosesnya berarsitektur.
Pada masa ini Effan mendalami Arsitektur Prefabrikasi. Sistem moduler yang sangat rapi dan terencana adalah hal yang paling Effan pelajari dari tahapan ini. Belajar dari TOMA, Effan banyak belajar mengenai sistem knock down. Juga efisiensi ruang yang cukup terencana dengan baik dan detil.

2,5 tahun berkutat dengan arsitektur prefabrikasi Effan mulai merasakan masa dimana ia merasa ‘terbatas’ dengan arsitektur prefabrikasi. Ia menginginkan sesuatu yang berbeda. Effan mulai mencari sesuatu yang lebih fleksibel.

Audiens AUB3 #4

Dalam periode transisi ini Effan mengerjakan satu proyek bambu sederhana yang membawa ketertarikan terhadap arsitektur bambu.

Keingintahuannya yang sangat besar pada arsitektur bambu membawanya pada PT. Bambu Bambu / Green School yang pada waktu itu kebetulan sedang mencari arsitek junior. Disinilah awal mula proses berarsitektur periode kedua dimulai –periode CURVY.

Bambu, material dengan sifat tak terduga -Effan menemui banyak tantangan di dalamnya. Di tahap ini Effan belajar bagaimana memanfaatkan bahan yang justru bentuk dan ukurannya tidak bisa direncanakan -misal ukuran bambu susah sekali ditemukan yang sama persis, bentukan lengkung, ketebalan dan diameter pun cukup susah menemukan yang sesuai dengan yang diinginkan. Disini Effan mempelajari bagaimana mengatasi nya secara desain.

Rupanya audiens sangat tertarik dengan arsitektur bambu, terbukti dengan pertanyaan-pertanyaan di forum diskusi yang sebagian besar menanyakan tentang arsitektur bambu.

Salah Satu Penanya
Salah satu audiens, seorang mahasiswa Universitas Parahyangan bertanya mengenai efisiensi bentuk yang-tidak umum-seperti lengkung-lengkung dsb dalam pemanfaatan ruang di Green School. Effan menjawab bahwa konsep yang digunakan adalah function follow form, dimana menjadi tantangan baginya untuk sebagaimana mungkin mengefisienkan sisa-sisa ruang yang terbentuk dengan adanya bentukan-bentukan lengkung-lengkung dengan bantuan dari desainer interior.

Ada pula salah satu peserta menanyakan mengenai kemungkinan kombinasi bambu dengan baja. Effan menjawab dengan antusias. Dikatakannya justru semakin bisa kita mengkombinasikan berbagai bahan material-dalam kasus ini adalah bambu-misal dengan baja, batu, kayu, tanah dsb, akan menjadi semakin menarik, bila ditanya mungkin atau tidaknya, dengan teknologi arsitektur, pengkombinasian material akan menjadi mungkin, memperkaya nilai arsitektur itu sendiri dari segi teknologi bahan. Kombinasi inilah salah satu alasan untuk tidak mengkombinasikan bambu dengan ijuk – seperti pada umumnya. ijuk. Effan mencoba untuk melakukan perkembangan desain dengan memadukan bambu dengan bahan lain selain ijuk. Seperti yang disebutkan diatas, pengkombinasian material bambu akan sangat mungkin bial dipadukan dengan berbagai material lain.


Ketahanan bambu akan jaman dan harganyapun menjadi keingintahuan audiens. Dalam paaprannya Effan menjelaskan menurut perhitungan teknik, bambu sebagai struktur utama sebuah bangunan, ketahanannya bisa mencapai 25 tahun, tentu saja bila sebelumnya dilakukan treatment yang tepat pada bambu tersebut. Untuk mahal atau tidaknya, harga bambu itu sendiri sebenarnya cukup murah, mahal tidaknya bambu ini akan ditentukan oleh treatment yang dilakukan.

Jam sudah menunjukkan angka 9, acara ditutup dengan tepuk tangan dari audiens untuk Effan. Hari ini kami mengucapkan terima kasih pada Effan Adhiwira yang sudah bersedia untuk meluangkan waktunya membagi pengalamannya. Untuk saat ini memang Effan masih melalui 2 tahapan dalam berarsitektur, dan dia tidak akan berhenti sampai disini saja, ia akan terus belajar dan mencari sehingga tiba di tahapan selanjutnya.

No comments:

Post a Comment