Press Event Release Architects Under Big 3 #96
Jery Yasa and Gede Jayantara
"Bangunan Tertinggi di Indonesia Timur" |
Mengawali Architect Under Big 3
tahun ke-9 edisi ke-96 ini menghadirkan dua arsitek muda Bali lulusan
Universitas Udayana. Jery Yasa dan Gede Jayantara menceritakan pengalamannya
dalam mengikuti sayembara arsitektur. Mereka menceritakan tiga karya
terbaiknya, yang salah satunya merupakan mendapatkan juara dua. Peserta AUB3
kali ini dihadiri sebanyak 50 peserta, diantaranya ada Bapak Baskoro Tedjo
arsitek dan teman-teman dari Seminyak
Design Week datang untuk melihat presentasi dari Jery dan Gede.
Presentasi pertama diawali
oleh arsitek Jery Yasa menceritakan sayembara Rumah 1 Are yang diselenggarakan
oleh IYA (Indonesian Young Architect),
Desainnya terpilih untuk masuk pada pameran 1 Are House. Konsep rumah yang
dituangkan dalam designnya berawal dari profesi klien yang merupakan chef, yang
mempunyai hobi fotografi surfing dan sangat menyayangi anjingnya. Sehingga dari
hal tersebut arsitek Jery Yasa mendapatkan inspirasi untuk dituangkan dalam
desain, namun dengan lahan yang terbatas, ruang-ruang dibagi menjadi tiga area
dengan konsep “Full Course”- konsep
ini sangat unik karena sesuai dengan profesi klien.
Sayembara Desain Rumah 1 Are oleh Arsitek Jery Yasa dan Team |
Selanjutnya
pengalaman yang dibagikan arsitek Jery Yasa yaitu, dalam mengikuti sayembara di
Negara Sinegal di wilayah Sedhio, sayembara ini ditujukan untuk mendesain
Cultural Center di Sedhio. Yang didesain oleh Jery dan timnya (Angga Iswara, Japa
Wibisana, Fildzah Handiani). Konsep kali ini terinspirasi dari kebudayaan yang
berada di Sedhio, Mulanya mereka mengidentifikasi karakter
site yang sudah disediakan oleh penyelenggara, mereka hanya bisa
mengandalkan foto-foto dan google maps dalam menghayati karakter site tersebut,
juga informasi mengenai budaya, suku, kota, dan arsitekturnya, yang didapat
dari google. Setelah mendapatkan inspirasi, maka terdapatlah konsepnya yaitu “Shade of Sedhiou”. Konsep ini sangat
menarik, karena mereka mendapatkan ide dari bayangan sinar matahari yang sesuai
dari tujuan bangunan Cultural Center memberikan tempat bagi masyarakat sedhiou
untuk melestarikan dan mengembangkan budaya mereka
Sayembara Desain-Kaira Looro - Architecture For Peace - Cultural Center |
Presentasi selanjutnya dijelaskan
oleh arsitek Gede Jayantara, yang kali ini menceritakan pengalamannya bersama
timnya (Wayan Winarta, Bhakti Raharjo, Jery Yasa, Rangga Baskara) dalam
mengikuti Sayembara Desain Gedung New Balaikota dan DPRD Kota Makassar”. Untuk
menemukan kosep yang unik, Gede beserta timnya menganalisa SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity, Threats),
yang berada sekitar site di Makassar, maka didapatlah beberapa data yang bisa
dijadikan sebagai inspirasi dalam merancang konsep. Ada beberapa hal yang
menarik yang Gede dan timnya temukan, yaitu berbagai budaya, alat transportasi,
kebiasaan masyarakat Makassar, semangat dan kebanggan Kota Makassar, sehingga
dibuatlah konsep “Balla Ratea” yang
singkat, luas, simbolik, gampang diingat dan menunjukan identitas Kota
Makassar.
Begitulah perjalanan yang Jery Gede beserta timnya lakukan untuk
mendapatkan desain terbaik, karena dengan memahami karakter dari site, budaya,
arsitektur local, akan menjadikan setiap bangunan yang kita desain akan menjadi
unik, dan sesuai dengan penggunannya. Setelah presentasi dilanjutkan dengan
beberapa diskusi, salah satu pertanyaan yang mearik ditanyakan oleh Bapak
Baskoro Tedjo yang merupakan arsitek sekaligus Dosen Institut Teknologi Bandung
(ITB), yaitu “Dalam mendesain seorang arsitek harus menginjakkan kakinya di
site untuk menghayati suasana, karakter pada site, karena jika tidak, arsitek
tidak akan benar-benar merasakan suasananya. Nah, bagaimana cara Jery dan Gede
menghayati karakter pada site apabila tidak ke site?”. Jery dan Gede tertawa
sejenak, lalu menjawab, “Kami berusaha menghayati karakter, suasana, dan
potensi site dengan cara melihat dari
google maps, dan mendapat cerita mengenai Makassar, arsitektur, budaya, pride
masyarakat makassar, moto, dan berbagai macam lainnya dari teman yang berasal
Makassar, sehingga kami cukup memahami kondisi, suasana, sebagai orang
Makassar.”
Setelah sesi diskusi selesai, dilanjutkan dengan penyerahan Sertifikat
oleh Program Manager AUB 3 ke pembicara, yang diikuti dengan foto Bersama.
No comments:
Post a Comment