Monday, December 10, 2012

Post Event Release: Architects Under Big 3 #32 Johan Baskara


“A New Architecture of ITB Mosque“

Presenter AUB3 #32, Johan Baskara

Pada AUB3 edisi ke-32 ini menghadirkan seorang arsitek muda dari Bandung, Johan Baskara. Johan mencoba untuk memperkenalkan arsitektur bangunan peribadatan, khususnya bangunan peribadatan muslim lewat arsitektur masjid, khususnya melalui karya Johan dan rekannya, Fajar, dalam sayembara masjid ITB baru – baru ini.

Pertama, Johan menjelaskan bagaimana latar belakang dari sayembara ini, yaitu membuat sebuah icon kegiatan religius yang dapat diakses oleh masyarakat sekitar, seperti pada Masjid Salman ITB. Selanjutnya, Johan menjelaskan karakter masjid di dunia modern melalui beberapa contoh masjid kontemporer, seperti: Tirana Mosque & Museum (BIG), The Vanishing Mosque (RUX Design dan Masjid Al – Irsyad (Urban+E). Masjid – masjid tersebut memiliki dasar bentuk yang kontemporer dan sangat berbeda dari karakter masjid yang dikenal masyarakat pada umumnya, yaitu bangunan dengan kubah di atasnya. Namun tetap saja, bangunan kontemporer itu adalah sebuah masjid dengan nilai – nilai di dalamnya. Johan pun menjelaskan salah satu karakter bangunan masjid lainnya, yaitu lokalitas. Hal ini dapat dilihat dari Masjid Xian, Cina yang bangunannya mengambil karakteristik dari arsitektur Cina tanpa meninggalkan karakter utama dari masjid itu sendiri.   

Selanjutnya, Johan pun menjelaskan elemen – elemen arsitektur masjid itu sendiri, yaitu mihrab, makmum, mimbar, kaligrafi, ornamen, gerbang, kolom, atap, minaret, wudhu. Elemen – elemen ini yang menjadi bagian dari proses ibadah inilah yang menjadi dasar detil dan budaya bangunan masjid itu sendiri (tentu dengan pengaruh lokal dan suatu masa pemerintahan tertentu). Johan juga menjelaskan arsitektur masjid oleh Achmad Fanani, yaitu: kalam (teologi), falsafah (hokum fiqih – elemen arsitektural) dan tasawuf (ma’rifat – jalan rohani).

Kemudian, Johan menjelaskan Masjid ITB yang dibuatnya. Masjid ITB ini menggunakan konsep “kontemplatif thawaf”, dimana kegiatan beribadah sebagai pusatnya, bentukan masjid segi empat sebagaimana kabah terdapat kegiatan Thawaf yang mengelilingi mengukuhkan simbolisasi hubungan keabadian dan kefanaan di jalur kesemestaan. Konsep massa bangunan mengambil bentuk persegi ka’bah yang ditinggikan dari posisi tanahm untuk memperjelas skala proporsi terhadap bangunan. Pembagian massa pun dibagi berdasarkan kebutuhan zona aktivitas, dimana kegiatan ibadah diletakkan di atas dan kegiatan non-ibadah di bagian bawah. Konsep interior menggunakan orientasi utama mihrab yang menjadi titik fokus. Johan semakin memperjelas konsepnya dengan menunjukkan gambar – gambar presentasinya.

Audiens AUB3 #32
Acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Penanya pertama adalah Baja dari Jakarta, yang menanyakan tentang arti dan konsep khusus dari minaret dan gerbang. Johan menjawab bahwa minaret berfungsi sebagai menara untuk mengumandangkan adzan sehingga menjadi simbolis dan abstraksi untuk mengartikan masjid, sedangkan gerbang yang berupa tangga naik merupakan simbol batas wilayah suci secara visual.

Berikutnya, Andi, mahasiswa dari Unpar, Bandung, memberikan tanggapan bahwa dengan adanya masjid ini akan semakin memperkaya arsitektur di Bandung. Andi juga bertanya seberapa besar pengaruh bangunan di lingkungan sekitar terhadap bentuk masjid ini sendiri (mengapa bentuk kotak yang dipilih). Johan menjelaskan bahwa site merupakan bekas lahan kampus yang bangunannya kebanyakan mirip dengan Gedung Sate di Bandung sehingga ia dan rekannya ingin membuat sesuatu yang berbeda.

Penanya selanjutnya, Aura yang bertanya bagaimana orang awam bisa tahu kalo bangunan kotak ini adalah masjid karena selama ini orang Indonesa terbiasa bahwa masjid itu selalu berkaitan denngan kubah. Johan pun menjelaskan bahwa masjid tidak harus selalu dilihat dari bentuknya, filosofi dapat menjadi bagian dari bentuk masjid itu sendiri. Namun dalam kasus Masjid ITB ini, minaret dapat menjadi salah satu simbol bahwa bangunan ini adalah sebuah masjid.

Johan pun menutup AUB3 edisi kali ini, dengan menceritakan pengalamannya dalam sayembara kali ini. Mental dan ide desain yang berbeda menjadi masalah utama. Namun, dengan pengertian yang baik dapat menimbulkan desain yang lebih baik juga. Terkadang, kita harus berpikir “out of the box” untuk menimbulkan desain yang baik.

No comments:

Post a Comment