"Film,
Community and Architecture"
Presenter AUB3 #35, Cok Gung Pramanayogi |
Pada edisi kali
ini, AUB3 menghadirkan seorang arsitek yang juga seorang movie maker, Cok Gung. Cok Gung bercerita mengenai bagaimana film,
komunitas dan arsitektur dapat saling berhubungan dan dapat menjadi sebuah
inspirasi bagi satu sama lainnya.
Cok Gung pun
menjelaskan bahwa media audio visual (dapat berupa video, animasi, film, stop
motion) dapat membantu kita untuk mempelajari dan memahami arsitektur.
Penyampaian ide – ide desain pun akan semakin mudah karena orang – orang akan
lebih mudah menangkapnya. Cok Gung pun memberi contoh, ketika ia kesulitan
untuk menyampaikan ide desainnya. Ia pun membuat film tentang idenya itu. Ia
kemudian merekam penjelasan dari dosennya agar orang lain tidak salah kaprah
tentang idenya itu. Jika ada orang yang belum paham, film ini dapat diulang
berulang kali hingga orang itu dapat paham.
Bagi Cok Gung,
film merupakan sebuah cara untuk bertemu orang – orang dan komunitas kreatif.
Berkat film - lah, Cok Gung bertemu dengan berbagai komunitas yang ada, saling
berbagi dan saling menginspirasi satu sama lainnya. Berkat film juga, Cok Gung
akhirnya terlibat dalam kehidupan masyarakat dan semakin mendalaminya. Ia
merekam suasana dan ruang yang tidak dapat dilihat secara biasa sehingga orang
lain dapat melihat sisi lain dari kehidupan masyarakat ini.
Audiens AUB3 #35 |
Cok Gung pun
melanjutkan ceritanya, ketika mengikuti “The
39th Ship for South East Asian Youth Program (SSEAYP) 2012”. Berkat film
dokumenter pendek yang dibuatnya, ia berhasil lolos menjadi peserta SSEAYP. Melalui
program ini, ia berkeliling ke 6 negara (Jepang, Vietnam, Thailand, Singapura,
Indonesia, Brunei) dengan menggunakan kapal Fujimaru dan bertemu dengan orang –
orang kreatif dari berbagai negara lainnya.
Para Penanya, Mika & Ricky |
Acara pun
berlanjut ke sesi diskusi. Penanya pertama, Mika yang bertanya kapan pertama
kalinya Cok Gung menemukan passion –
nya sebagai seorang movie maker. Cok
Gung bercerita tentang pertama kali ia tertarik dengan film karena dikenalkan
oleh temannya saat SMA. Selanjutnya ia membuat film pertamanya dan sempat
vakum. Namun, setelah masa vakumnya, Cok Gung semakin giat membuat film – film
yang lain.
Penanya selanjutnya
adalah Ricky. Ricky bertanya tentang pernyataan Cok Gung mengenai mengembangkan
kreasinya sendiri. Cok Gung pun menjelaskan bahwa setelah lulus, ia tidak
langsung bekerja. Ia memilih untuk berkreasi sendiri, membuka wawasannya dengan
berinteraksi dengan orang – orang dan komunitas kreatif. Walaupun bermula dari
hal sepele, mengobrol dan berdiskusi, akhirnya muncul inspirasi yang dapat
berguna. Contohnya, seperti komunitas Movart yang dirintisnya bersama teman –
temannya.
Osa pun ikut
menanggapi pernyataan Cok Gung. Sebenarnya esensi dari sebuah perjalanan itu
hanya dapat dipahami oleh orang yang mengalaminya sendiri. Tapi orang lain akan
mendapatkan inspirasi dari esensi perjalanan itu. Inspirasi inilah yang
akhirnya menggerakan sebuah dunia kreatif yang baru, baik mengenai arsitektur
maupun bidang yang lain.
Cok Gung pun
menutup AUB3 edisi ini dengan berpesan bahwa kita tidak boleh berhenti
bermimpi. Cobalah untuk mewujudkan mimpi kita masing – masing dan kembangkan
kreasi kita sendiri. Bagi Cok Gung, mimpinya adalah membuat film. Film sebagai
media berarsitektur, memahami ruang lainnya yang tidak bisa dilihat maupun
dirasakan secara singkat. Karena film, membantu kita untuk merasakan ruang
arsitektur dari sisi lain.
No comments:
Post a Comment