Friday, August 28, 2015

Press Release : Architects Under Big 3 #65 Muhammad Egha

­"Learn To Combine - Corporate Bussiness with Idealism Architect"

Suatu cerita tentang perjalanan hidup yang ingin mencoba menyatukan Idealisme Arsitek dengan Bisnis Korporasi, yang pada umumnya disebut oleh banyak orang adalah hal yang sangat sulit bahkan mustahil. Perjalanan yang disertakan dengan pengalaman pribadi yang terjadi demi merealisasikan mimpi dan keinginan untuk menjadi seorang Arsitek yang Idealis namun memiliki bisnis besar yang berbasis korporasi

.
Hal ini yang menjadi dasar dan mimpi besar Egha untuk menjadi arsitek dan entrepreneur. Berasal dari sebuah pertanyaan kecil, why the most creative architects always not very good at bussiness, begitu juga sebaliknya. Bussiness yang dimaksud disini adalah bisnis korporasi dengan big manajemen and workers didalamnya. Istilah mudahnya Egha selalu membayangkan apa jadinya apabila orang pro dalam korporasi bisnis (ex: James Riady-Lippo, Tomy Winata-AG) dapat menjadi satu dengan orang yang pro dalam idealism architect (ex: Andra Matin, Budiman Hendro-DCM, or maybe Sir Popo Danes)? Or Zaha Hadid combine with Bill Gates? Of course he/she can create a small Dubai at indonesia. Pikiran itulah yang menjadi dasar kenapa Egha bergerak di jalur corporate-idealism, dimana kreatifitas selalu bertentangan dengan omset bisnis. Khususnya bagi arsitek muda lainnya yang tentunya minim koneksi, pengalaman, kemampuan teknis, dan keahlian berdiplomasi di industri yang umumnya diisi generasi 40+ ini. Presentasi ini menceritakan tentang perjalanan panjang hidup Egha dalam mencapai mimpi tersebut. Perjalanan yang tentunya sangat sulit, dan selalu dipenuhi kegagalan dan tindakan mengambil keputusan yang penuh resiko. Hal-hal menyakitkan itulah yang membimbing dan membentuk Egha hingga dapat mendirikan perusahaan arsitek dan konstruksi sendiri dengan beberapa pencapaian bisnis dan idealis. Tentunya perjalanan yang panjang ini mau tidak mau membuat Egha harus selalu berteman dengan kegagalan itu sendiri.

Tentang Egha  :
Muhammad Egha lahir di Jakarta, 7 Desember 1990 adalah seorang Arsitek lulusan Universitas Bina Nusantara tahun 2012. Sejak di bangku kuliah, Egha aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang mengantarkan Egha menjadi orang nomor satu dalam Organisasi tersebut pada periode 2010-2011 sebagai Ketua Himpunan. Di masa pasca kelulusannya, Egha mulai menyukai dunia wirausaha. Hal itu membuat Egha melakukan langkah strategis penuh resiko pada masa pasca kelulusannya, seperti berbisnis kuliner, mengerjakan beberapa proyek sebagai arsitek, berbisnis kontraktor independen, serta sempat terjerumus bisnis MLM. Asam garam dunia bisnis dan profesionalitas serta kegagalan demi kegagalan selalu menjadi pengiring hidup Egha saat itu, seperti dihina saat kunjungan proyek, kegagalan dalam penerapan teknis arsitektur, dijauhi teman karena bisnis MLM, serta kerugian akibat menjadi Kontraktor yang jumlahnya hingga puluhan juta rupiah.
Namun kepahitan demi kepahitan tersebut berbuah manis, beberapa karya arsitektur Egha yang terbangun mampu menarik perhatian beberapa media cetak hingga televisi nasional. Kegagalan bisnis kontraktorpun membuat Egha bisa membangun suatu perusahaan kontraktor  sendiri. Dan dari bisnis MLM-lah Egha bertemu dengan seorang klien yang hingga saat ini menjadi kontributor omset perusahaan terbesar bernilai milyaran rupiah, dimana ternyata beliau adalah CEO regional dari salah satu perusahaan advertising no 3 terbaik di dunia versi Forbes.
Pada Tahun 2013 Egha mendirikan perusahaan pertamanya bersama kedua partnernya yaitu Hezby Ryandi (23), Sunjaya Askaria (22) dan menjadi CEO diperusahaan tersebut dengan nama Branding Delution Architect. Dimana suatu perusahaan yang bergerak di bidang perencanaan hingga ke kontruksi. Bermodal uang sebesar 30jt rupiah Egha dan partnernya berkantor di suatu kamar kos-kosan 3x3 meter dekat kampus Universitas Binus. Pada tahun 2014 Fahmy Desrizal (23) ikut bergabung sebagai partner dan membantu mengembangkan Delution. Delution terus berkembang hingga sekarang dengan jumlah karyawan tetap sebanyak 14 orang, dengan total kontrak kerja menembus 10 milyar rupiah di usia genap 1,5 tahun beroperasi. Salah satu proyek kami juga menarik di mata media cetak internasional khususnya Korea dan China, hingga media online yang diterjemahkan ke lebih dari 7 bahasa Internasional. Hal tersebut mengantarkan kami menjadi salah satu Pemenang Special Mention German Design Award 2016, dengan kategory Interior design yang diadakan oleh German Design Council.

Tentang Architects Under Big 3:
Architects Under Big 3 (AUB3) diselenggarakan pada Jumat pertama tiap bulan yang dibawakan oleh arsitek muda berusia di bawah 30 tahun. Dalam kegiatan ini, arsitek muda diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran mereka pada publik melalui presentasi non formal yang diteruskan dengan diskusi santai. Bertempat di Danes Art Veranda, peserta diberi kebebasan untuk memilih ruangnya sendiri - di halaman, dek, roof top, galeri - dimanapun tempat dimana mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya. Melalui pendekatan ini, arsitek muda beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur.

Nama kegiatan : Architects Under Big 3
Edisi : 65
Jenis kegiatan : Presentasi dan Diskusi
Pembicara : Muhammad Egha
Hari, Tanggal : Jumat, 18 September 2015
Waktu : 19.00 - 21.00 WITA
Lokasi : Danes Art Veranda, Jl. Hayam Wuruk no. 159 Denpasar 80235 Bali, Indonesia
Telepon : +62-361-242659
Fax : +62-361-242588
Contact Person : +62-81-238-443-09 (Gian); +62 – 85- 780-1218-68 (Kity)
Issuu : Architects Under Big 3
Facebook : Architects Under Big 3
Twitter: @underbig3

No comments:

Post a Comment