Thursday, January 31, 2019

ARCHITECTS UNDER BIG 3 #105 REZA MAHDI DANISWARA




Block by Block Project:
"Alternative Urban Designing Methodology"


Urban desain di Indonesia menghadapi isu dan tantangan yang besar. Ruang-ruang kota seringkali    tidak menjawab kebutuhan pengguna ruang dan memberikan dampak negatif terhadap berkelanjutan kota tersebut. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan desainer terhadap sosial kultur suatu         daerah dan maraknya pengetahuan barat pada jenjang pendidikan sehingga membentuk ruang-ruang kota  yang asing baik bagi pengguna dan juga pemangku kepentingan.

Untuk mendesain ruang kota yang baik dan berkelanjutan, desain ruang kota memerlukan partisipasi dari semua pihak yang bersangkutan. Project block by block yang dilaksanakan oleh UN-HABITAT    dan bekerja sama dengan pemerintahan Johannesburg, Afrika Selatan membuat model perencanaan ruang terbuka hijau menggunakan game Minecraft sebagai basis partisipasi masyarakat. Dengan menggunakan game Minecraft, pengguna ruang terbuka dapat mendesain secara langsung bentuk ruang kota yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan.

TENTANG REZA MAHDI DANISWARA

Reza Mahdi Daniswara (30) merupakan seorang arsitek/ urban planner/ self-proclaimed social urban enthusiast. Reza merupakan lulusan Universitas Parhyangan dan bekerja selama dua tahun di kantorReal-Estate Jakarta. Setelah bekerja selama 2 tahun, lalu melanjutkan studi Perencanaan Kota di Technische Universität Darmstadt (Jerman). Sambil melakukan studinya di jerman Reza juga sempat    bekerja sambilan di sebuah kantor arsitek di Frankurt yaitu,  BB22 Architect and Urban Planning, dan    Haber-Turri Architekten. Kemudian, melanjutkan riset PhD student di Indonesia dan disaat bersamaan  membuat konten video bertema urban melalui platform media sosial bernama URB. 



Jumat - 15 Februari  2019
Jl. Profesor Ida Bagus Mantra No.88 A, 
Ketewel, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali 
19.00 - Selesai

Free Snacks. & Free Entry!

Tuesday, December 18, 2018

Architects Under Big 3 - Yenti Amelia


" PROFESSION FOLLOWS PASSION "




Apa itu passion? Mengapa passion itu penting? Bagaimana cara menemukann passion? Sebagai fresh graduate dengan pengalaman yang terbatas, tentu saja mungkin pilihan pertama tidak akan selalu berhasil, percobaan itu akan terus di lakukan (trial and error) sampai kita menemukan sebuah pekerjaan yang dalam keadaan sulit pun akan kita perjuangkan. Passion itulah yang membantu kita dalam mengembangkan karir, membuat kita semangat dalam bekerja dan bukan hanya sekedar mencari penghasilan, namun kepuasan batin dan kebahagiaan.


Ayo datang dan saksikan presentasi dari @yentiameliaa!

Friday - 18th Januari  2019
Danes Art Veranda
Jl. Hayam Wuruk No. 159, Denpsar
Bali-Indonesia
Start at 7 PM 
FREE ENTRY, and NO REGISTRATION NEEDED!

Tentang Yenti Amelia:




Yenti merupakan lulusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Ia juga mengajar persiapan USM pada pusat pelatihan USM Unpar, mengajar hand rendering di sebuah tempat les yang bernama YF Academy, dan sering mengikuti sayembara-sayembara arsitektur. Dari beberapa sayembara yang ia menangkan bersama tim, ia mendapatkan penghargaan dari Unpar sebagai salah satu mahasiswa berprestasi pada tahun 2017. Ia memiliki pengalaman magang di 2 biro arsitek yaitu PT RETRO INDONESIA dan ADS Architects, dan saat ini ia merupakan Project Architect di Arkana Architects Bali..





Sunday, December 2, 2018

Architects Under Big 3 #103 Martinus Aldi Wicaksono


“SPIRITUALITAS KETUKANGAN NUSANTARA”





Ketrampilan tangan para artisan merupakan bagian penting di dalam berarsitektur, khususnya di Nusantara. Besarnya kontribusi artisan terhadap seni susun maupun ukir batu, ketrampilan sambungan maupun pahatan kayu, hingga kerajinan langgam besi memiliki wadah tersendiri dalam seni rancang bangun yang semakin langka. Ada semangat yang tak tertandingi ketika para tangan itu berkarya, sebelum kayu dan bambu terganti oleh besi dan baja, sebelum paku dan baut menggantikan kreativitas tektonika yang ada.

Proses membangun bisa jadi akan lebih menarik dan menorehkan beragam cerita sampai pada satu waktu akan berhenti setelah semuanya terbangun. Tak mengherankan jika gairah tersebut masih diyakini bawasanya apresiasi terhadap tukang dan artisan masih patut untuk dirayakan melalui berbagai macam prosesi adat dan istiadat di sebagian wilayah Nusantara. Dan melalui segala macam kekurangmampuannya menghasilkan garis lurus yang kurang presisi, penafsiran bentuk lengkung yang kurang akurat, maupun detail ukiran yang tidak cermat, bisa jadi adalah sebuah pertanda bahwa setiap karya memang seharusnya menjadi sangat spesifik dan tak akan pernah sama, bahwa sejauh panca indera masih dapat menikmati, merasakan, akhirnya memahami dan tidak terganggu, bukankah artinya sudah baik adanya?

Salam,
Aldi


Friday,  December 7th 2018
Danes Art Veranda 
Jl. Hayam Wuruk, No.159 
Denpasar - Bali

FREE ENTRY & NO REGISTRATION NEEDED!

Monday, October 29, 2018

ARCHITECTS UNDER BIG 3 #102 Satrio Pramudito & YoshuaKuncoro

KEMBALI KE AKAR



Hampir bisa dipastikan bahwa teman - teman yang pernah dan sedang sekolah arsitektur mendengar dan mengenal Vitruvius. Di Indonesia, meskipun diduga kuat hanya sedikit saja yang telah membaca dan mempelajari The Ten Books of Architecture, tetapi memiliki keyakinan yang kuat, memiliki pemahaman dasar (mindset) bahwa rumusan Vitruvius itu adalah yang menjadi dasar pikir dalam berarsitektur. ”Pokoknya, mesti memenuhi firmitas-utilitas-venustas”, itulah yang menjadikan arsitektur berbeda dari yang bukan arsitektur.
Sementara itu, tidak bisa disangkal bahwa Indonesia telah memiliki arsitektur yang tersendiri, yang sudah ada sejak dulu dan dalam banyak hal sangat berbeda dari arsitektur yang disampaikan oleh Vitruvius. Salah satu keprihatinan itu adalah tumpulnya pengenalan dan pemahaman atas apa dan siapa arsitektur Indonesia itu. Tidak mengheranakan bila dalam 1980-an almarhum Rm.Mangunwijaya lalumenolak perumusan arsitektur yang Vitruvian itu (firmitas-utilitas-venustas), dan menggantinya dengan guna-citra.
Maka dalam presentasi kali ini, kami akan mencoba meningkatkan kembali kesadaran untuk berarsitektur secara Indonesia dengan melihat kembali kepada akar kita, Arsitektur Nusantara, serta bagaimana menerapkannya dalam desain-desain kontemporer sebagai bentuk pelestariannya di jaman sekarang ini.
Salam,

Satrio dan Yoshua

Friday,  November 2nd 2018
Danes Art Veranda 
Jl. Hayam Wuruk, No.159 
Denpasar - Bali

FREE ENTRY & NO REGISTRATION NEEDED!

Thursday, September 27, 2018

ARCHITECTS UNDER BIG 3 #101 - IRMAN PRAYITNO



Architect Under Big 3 #101 Irman Prayitno

“Paradoks - di balik layar”


Dalam perjalanan berkarya banyak hal yang terjadi, banyak kejadian baik yang terduga maupun yang dak terduga yang harus secara cepat dibuatnya suatu keputusan. Seringkali dalam proses berkarya dihadapkan dengan fenomena “paradoks”, muncul beberapa pernyataan/ fenomena dimana salah satu fenomena tersebut harus disepaka. Sehingga dalam proses berkarya perlu memikirkan intuisi apa yang akan dilahirkan pada sebuah karya. Mengapa? karena karya tersebut akan hadir di masya-rakat menjadi cerminan dari kahidupan yang ada di sekitar karya tersebut.

Dari beberapa karya yang terbuat dan terpublikasi, bagaimana cerita di balik karya tersebut? mengapa terbentuk karya tersebut? apa pesan yang tersampaikan ke publik dan apa pesan yang hanya diketahui oleh orang-orang di balik terbentuknya karya tersebut? bagaimana fenomena paradoks yang ditemukan keka berkarya dan prinsip mengatasinya?.

Architect Under Big 3 #101 edition ini akan membahas & diskusi materi tersebut khususnya dalam lingkup fenomena paradoks dan cerita di balik layar Irman Prayitno.


Salam,

Irman Prayitno

Pendiri Braun studio, IPD, dan bee3dmodel.




 Tentang Irman Prayitno :

Irman Prayitno lahir di Surabaya, 6 Juli 1993. Mendapatkan gelar sarjana teknik ( Arsitektur ) dengan menyelesaikan program studi di Universitas Komputer Indonesia di Bandung. Menyelesaikan program kerja prakk selama 3 bulan di Urbane Indonesia (Kantor Bandung) adalah pengalaman pertama bekerja di sebuah kantor arsitektur. Setelah menyelesaikan program studi S1, Irman bekerja sebagai arsitek - desainer di Ara Studio (Surabaya) selama 14 Bulan. Setelah mendapat bekal dari 2 konsultan arsitektur Urbane dan Ara Studio, Irman kembali ke Bandung dan memulai “berkarya” . Braun studio adalah brand pertama yang dibuat, adalah studio yang di dalamnya terdapat beberapa orang yang senang membuat gambar visualisasi arsitektur. IPD adalah brand kedua yang dibuat, di dalamnya terdapat beberapa orang yang mempunyai prinsip yang sama dalam membuat suatu desain (arsitektural). Bee3dmodel adalah brand kega yang dibuat, adalah kumpulan beberapa orang yang berkarya membuat model 3D. Saat ini Irman masih “berkarya” mengembangkan 3 brand tersebut dan mempelajari ilmu jual-beli proper.


Come Join Us!
Friday,  October 05th 2018
Danes Art Veranda 
Jl. Hayam Wuruk, No.159 
Denpasar - Bali

FREE ENTRY & NO REGISTRATION NEEDED!