Sakti Soediro, arsitek multi talenta |
11-3-11. Duduk bersahaja di atas bangku kayu berlatar bunga putih menjuntai yang sesekali bergoyang perlahan disapa angin dan ditemani temaram cahaya lilin, Sakti Soediro, seorang arsitek lepas berbagi kepada sekitar 70 orang kawan-kawan AUB3 tentang perjalanannya menapaki kariernya di Bali.
Kariernya sebagai arsitek lepas dimulai sejak tahun 2007 dimana saat itu perkembangan arsitektur dan properti belum sepesat sekarang. Sakti mengawali dengan projek pertamannya yaitu renovasi rumah dari Warwick Purser, seorang desainer kenamaan yang sudah lama bermukim di Bali. Bapak Warwick menghubungi Sakti atas referensi dosen almamater di kampusnya dulu, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Projek tersebut mengajarkan Sakti akan banyak hal sebagai bekal pengalamannya di masa datang; bagaimana koordinasi dengan tukang, penentuan material yang akan dipakai dan tentu saja bagaimana menginterpretasikan keinginan klien dalam sebuah rancangan arsitektur.
Suasana AUB3 #11 |
Proyek keduanya, Indoasia sebuah boutique gallery dan sekaligus restaurant bertempat di The Mansion, Sayan, Ubud. Disinilah kekuatan words mouth to mouth bekerja. Klien pertamanya, Warwick yang puas dengan hasil pekerjaan Sakti merekomendasikannya pada pemilik boutique gallery ini.
Begitu selanjutnya. Klien-klien menghubunginya berdasarkan atas referensi dari klien-klien sebelumnya.
Dalam rentang waktu 2007-2011, Sakti telah mengerjakan (diantaranya) Bani Residence (renovasi perpusatakaan), Indoasia Culinary, DIDU, Mikie Holiday Berastagi, Bistro, Jimbaran Corner, The Cakrawala Puri Bali, Chocolate CafĂ© dan The Bamboo Spa by L’Occitane.
Dalam mengerjakan suatu proyek, Sakti mengerjakannya dengan semaksimal mungkin. Seringkali, selain berperan sebagai arsitek dan desainer interior, Sakti juga berperan sebagai fotografer dan visual communicator. Perempuan multi talenta ini merasa, sebagai pendesain bangunan tersebut, ia sadar dan mengerti “nafas” dari desain tersebut, jadi ia tahu bagaimana menerjemahkannya dalam bentuk gambar foto dan juga mengkomunikasikannya secara verbal.
Arsitektur menurut Sakti seperti sebuah pohon, dimana banyak terdapat cabang-cabang yang menaunginya, demikian pula dalam aristektur. Banyak hal yang terkait dengan ilmu arsitektur seperti fotografi, interior, seni dan lain lain.
Komunikasi dalam arsitektur adalah merupakan sebuah keharusan, seorang arsitek yang baik adalah seorang arsitek yang dapat mengkomunikasikan karya-karyanya kedalam sajian yang menarik dan mudah untuk dipahami.
Luh De Suriyani, salah seorang penanya |
Usai presentasi, Luh De Suriyani, seorang wartawan lepas menjadi penanya pertama. Luh De menanyakan; apakah arsitek punya tanggung jawab terhadap karyanya? Pertanyaan iin dijawab dengan bijak oleh Sakti. Seorang arsitek lepas mempunyai waktu yang lebih banyak untuk lebih peduli kepada hal – hal lainnya. Sudah seharusnya sebagai seorang arsitek, terlepas apakah dia seorang arsitek lepas atau penuh waktu memiliki tanggung jawab terhadap karyanya. Namun pada arsitek lepas karena project yang dikerjakan dari awal hingga akhir tersebut dilakukan seorang diri, maka segala sesuatu mengenai aturan (RTRW, aturan garis sempadan dll) lebih dipahami daripada seorang arsitek penuh waktu.
Adi Wiwid, arsitek muda dari Jakarta yang sedang berlibur ke Bali |
Adi Wiwid, salah satu peserta Sketch and Architectural Model Exhibition yang juga seorang arsitek muda bertanya, apakah benar anggapan bahwa seorang arsitek lepas cenderung memberontak terhadap birokrasi (pemerintah)? Menurut Sakti, “Kita sebagai seorang arsitek lepas jangan terlalu berharap banyak dengan pemerintah. Harusnya sebagai seorang professional muda dapat menjadi system kontrol bagi pemerintah.” Sakti menambahkan, bukan hanya duduk diam dan menunggu pemerintah untuk melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan. Sebagai seorang arsitek kita juga harus peduli terhadap lingkungan dan mulai ikut bergerak untuk menyelamatkan lingkungan disekitar kita.
Suami dari Luh De, Anton Muhajir yang juga seorang wartawan lepas rupanya tergelitik untuk bertanya. Dia mengajukan beberapa pertanyaan pada Sakti. Ditanyakannya, apakah seorang arsitek memiliki kode etik? Bagaimana seorang arsitek dalam mempromosikan diri dan karya-karyanya? Dan apakah seorang arsitek lepas juga memiliki kepedulian terhadap bangunan bangunan tua? Sakti menjelaskan, arsitek memiliki asosiasi seperti IAI dan AMI dalam mengawasi kode etik seorang arsitek. Namun sebagai seorang arsitek lepas, berkarya dalam arsitektur tidak selalu harus dibatasi oleh adanya asosiasi. Untuk cara mempromosikan diri dalam mencari klien, Sakti hanya mengandalkan refrensi dari para klien-kliennya yang merasa puas akan hasil kerjanya. Sakti belum merasa perlu untuk melakukan sebuah promosi ataupun mengiklan diri demi memperoleh sebuah pekerjaan. Sebagai seorang arsitek wajib dan perlu untuk peduli terhadap bangunan-bangunan tua. Karena dari bangunan – bangunan tersebut kita dapat melihat rekaman sejarah dalam bentuk 3 dimensi ruang.
Menjadi seorang arsitek lepas adalah merupakan pilihan sulit namun bukan tidak mungkin untuk dikerjakan. Butuh keberanian dan ketekunan dalam memulai langkah pertama sebagai arsitek lepas. Dalam 4 tahun ini karier Sakti sudah mengalami kemajuan pesat. Perlahan namun pasti kariernya sudah mulai menampaki fase stabil.
No comments:
Post a Comment