Rizeki Raharja |
Mengenakan kaus lurik khas Jogja yang menjadi ciri khas penampilannya, Rizeki Raharja, seorang arsitek muda kelahiran Yogyakarta 25 tahun silam berbagi cerita kepada sekitar 50 orang kawan – kawan Architects Under Big 3.
Kariernya sebagai arsitek dimulai setelah ia menyelesaikan studi arsitektur di Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta pada tahun 2009. Sebelum menyelesaikan masa studinya tersebut, Rizeki juga sudah memulai kegiatan berarsitekturnya dengan turut mengambil bagian dalam beberapa proyek komersil dan proyek kolaborasi dengan beberapa lembaga. Keterlibatan dalam proyek kolaborasi dengan mahasiswa University of Melbourne akhirnya membuatnya mencoba untuk terlibat dalam proyek inisiasi desain sampai saat ini.
Keterlibatan dalam proyek penelitian bersama seorang dosen di tempat ia menuntut ilmu membawa Rizeki ke dalam sebuah perjalanan baru bersama orang – orang yang baru. Hal tersebut tentu saja memberikan pemahaman – pemahaman baru tentang berarsitektur bagi Rizeki. Pengalaman – pengalaman bersama teman – teman dari University of Melbourne yang dirasakan oleh Rizeki ketika melakukan pemetaan permasalahan di Kricak, Yogyakarta, membuatnya memahami bahwa arsitektur adalah berbuat dan berbagi gagasan untuk suatu hal yang lebih baik dan juga membagikannya kepada orang lain.
Kricak merupakan sebuah kawasan yang terisolir hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda dua. Keanekaragaman penduduk juga membuat kawasan Kricak memiliki keunikan tersendiri dan memiliki kegiatan – kegiatan social yang baik. Di Kricak banyak ditemui gang – gang kecil yang sebenarnya tercipta bukan karena kesengajaaan, namun karena kebetulan. Di Kricak juga banyak terjadi kesenjangan dimana ada bagian pemukiman dengan bangunan yang layak langsung bersebelahan dengan rumah yang bisa dibilang kumuh.
Kegiatan bersama mahasiswa dari University of Melbourne yang memetakan permasalahan yang ada di kawasan Kricak membangkitkan keinginan Rizeki untuk memberikan kontribusi pada kawasan tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk kawasan tersebut, namun Rizeki dan teman – teman tidak ingin melakukan hal yang dapat memberikan efek ketergantungan pada daerah Kricak. Oleh karena itu, hal yang paling baik adalah dengan memberikan guideline dan membiarkan komunitas di Kricak yang mengembangkannya dengan cara mereka sendiri. Guideline tersebut dilakukan dengan cara community development dengan memberikan keinginan untuk memulai berbicara dan bekerja sama di dalam komunitas tersebut. Selama ini banyak masalah – masalah urban yang diselesaikan dengan cara instan malah memberikan masalah – masalah baru.
Menurut Rizeki, yang kini bergabung dengan Avilla, proses berarsitektur merupakan sebuah perjalanan yang panjang, tidak bisa didapatkan secara instan. Di dalam setiap perjalan itu pula pasti terdapat persinggahan – persinggahan yang dapat membuat arah perjalanan tersebut menjadi berubah atau bahkan mengukuhkan arah.
Usai berpresentasi, Rizeki mempersilakan audien untuk bertanya. Errik, salah satu pengunjung setia AUB3 menanyakan apakah yang sebenarnya dicari oleh para mahasiswa University of Melbourne dengan mencari data di Kricak. Rizeki menjawab dengan singkat bahwa tujuan utama dari kedatangan mereka adalah untuk melakukan field trip dan melakukan pemetaan yang dilakukan bersama dosen. Namun setelah menjalani dan melihat adanya potensi mereka jadi terpacu untuk memberikan sesuatu pada kawasan dan komunitas di Kricak.
Suasana Architects Under Big 3 #14 |
Penanya kedua, Bela, memberikan tambahan mengenai pengalamannya yang hampir sama dengan Rizeki. Namun kawasan yang dia datangi adalah kawasan Kali Code yang merupakan kawasan yang hampir sama kondisi geografis dan sosialnya dengan Kricak namun lebih tertata karena kawasan ini sudah dikembangkan oleh Romo Mangun.
Bella, salah satu penanya |
Penanya berikutnya yang juga sebagai penutup adalah Saldi yang bertanya sebelum melakukan kegiatan ini bersama mahasiswa dari University of Melbourne apakah pernah memiliki keinginan untuk melakukan hal yang sama dan apa ide yang ingin diberikan Rizeki terhadap Bali yang notabene adalah tempat tinggal Rizeki saat ini. Pertanyaan ini dijawab dengan bijak oleh Rizeki. Momen yang ia dapatkan bersama teman – temannya telah merubah pola pikirnya. Menurutnya, kita bisa melakukan banyak hal dengan hanya berawal dari sebuah ide. Rizeki tidak ingin memberikan hal yang terlalu muluk terhadap Bali. Ia hanya ingin membangun sebuah komunitas arsitektur yang peduli terhadap lingkungan di sekitarnya.
Rizeki pun percaya bahwa setiap langkah yang ia lakukan adalah sebuah proses belajar dan berbagi. Presentasi ditutup dengan kata mutiara dari Rizeki,
“if you cant give some things, you can give some thinks”.
No comments:
Post a Comment