Errik dengan Signature Style-nya |
Tepat di awal bulan Juli, arsitek muda Errik Irwan Wibowo tampil di edisi ke-15 Architects Under Big 3. Errik membuka presentasinya dengan memutar video "Rumah Angin" yang diproduksi oleh Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA).
Dengan tema "Gerilya - Arsitektur", Errik, begitu ia biasa dipanggil membagi presentasi dalam 4 garis besar. Pertama adalah pengertian gerilya. Menurut Errik, kawula muda yang belum menjadi siapa - siapa selalu bersiasat untuk bertahan hidup dalam kerasnya kehidupan. Baik dikampus, di dunia kerja, maupun di masyarakat dengan tujuan untuk kehidupan yang lebih baik sehingga seringkali harus melawan arus yang lebih besar. Upaya – upaya bersiasat mereka yang belum menjadi siapa - siapa itu lah yang ia sebut "Gerilya".
Bagian kedua adalah apa yang dimaksud dengan "gerilya" dalam "arsitektur" dan bagaimana. Menurut Errik, di era ke - 21 gerak gerilya berbeda dari zaman sebelumnya. Gerilya pada abad 21 langsung menyentuh pada aspek pikiran, dan pembentukan persepsi. Bermain pada ranah "propaganda" yang dibantu penyebarannya oleh kecanggihan teknologi informasi. Media penyebarannya dapat melalui musik, fotografi, film, video, tulisan, dan juga ilustrasi/kartun/komik. Dan ilustrasi/kartun/komik adalah media yang dipilih Errik dalam usahanya bergerilya.
Audiens Architects Under Big 3 #15 |
Disisi lain bagi Errik kehadiran komik juga menjadi sebuah sindiran bagi begitu minimnya minat membaca khususnya dikalangan anak muda. Terlebih arsitek muda yang terbiasa berbahasa gambar. Brdasarkan pengamatannya, jika memajang atau menyodorkan tulisan atau artikel maka kecenderungannya akan diabaikan. Lain cerita dengan komik yang justru menjadi daya tarik tersendiri.
Anytime At All, Salah Satu Karya Errik |
Di bagian paling akhir, bagian keempat, Errik memberikan penjelasan mengenai apa yang ingin ia sampaikan melalui komik - komiknya. Secara waktu, Errik melalui komiknya mencoba berbicara tentang masa kehidupannya berkampus arsitektur khususnya di Jurusan Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang, dan masa kehidupan dunia kerja arsitektur dengan latar dinamika Bali.
Errik memaparkan, pada akhirnya komik berbicara akan sesuatu hal yang menyenangkan, humor, menghibur, meskipun ada kesedihan dan keprihatinan dibaliknya. Ide-ide yang ia dapatkan mengalir begitu saja, maka dari itu tema komiknya beragam dan tak terpola. Bagi Errik, komik telah menjadi suatu sampul cerita besar dalam proses berarsitekturnya.
Malam itu, dua puluh komik karya Errik turut dipamerkan di galeri Danes Art Veranda mendampingi presentasinya pada malam itu. Sewaktu presentasi Errik juga memperlihatkan komik karyanya yang tidak dipamerkan di galeri Danes Art Veranda pada audiennya.
Suasana Pameran Komik Arsitektur Errik |
Presentasi Errik ahirnya ditutup dengan sebuah video klip band Bangku Taman berjudul Ode Buat Kota.
Sesi diskusi pun dibuka oleh penanya pertama yaitu Rizeki Raharja, presenter Architects Under Big 3 edisi sebelumnya. Rizeki menanyakan asal tercetusnya ide Errik dalam menciptakan dua tokoh dalam komiknya, Gump dan Hell. Selain itu Rizeki juga mengungkapkan bahwa ia sangat terinspirasi dengan cara Errik bergerilya. Rizeki setuju dengan pendapat Errik yang mengatakan bahwa media komik sangat menarik bagi orang - orang yang tidak terlalu suka membaca. Pertanyaan Rizeki dijawab Errik dengan singkat dan jelas. Gump dan Hell adalah tokoh yang ia ciptakan, terinspirasi dari kedua orang temannya semasa kuliah. Menurut Errik, kedua orang temannya tersebut adalah orang yang berjiwa besar dan humor yang tinggi sehingga tidak tersinggung dan marah ketika dijadikan sebagai tokoh lakon di komik – komik Errik.
Calvar, Mahasiswa Arsitektur yang Penyuka Komik Juga. |
Dari hasil diskusi yang ada dapat terlihat banyak audien yang terinspirasi dari materi yang dibawakan oleh Errik. Calvario salah satunya, sebagai sesama penyuka komik, mahasiswa arsitektur Universitas Udayana ini sangat terinspirasi dengan apa yang dilakukan Errik yang bahkan selama ini dia tidak terpikirkan untuk melakukan hal yang sama
Cok Gung, salah satu audien setia Architects Under Big 3 mengaku setelah mendengar presentasi dan paparan Errik, ia terinspirasi untuk mendokumentasikan Architects Under Big 3 dalam bentuk film sehingga orang - orang yang tidak sempat datang dapat juga menikmati dan mendapat ilmu juga.
Karena keterbatasan waktu, acara ini harus diakhiri. Sesi diskusi diakhiri dengan memberikan kenang - kenangan kepada penanya berupa satu set kartu pos dan poster yang berisi mengenai karya - karya Y.B. Mangunwijaya.
huahahah mari "berarsitektur film"
ReplyDeleteSegera sebuah film tentang AUB3 #15, mendokumentasikan sebuah perjalanan agar kita tidak lupa "ilmunya"
Salam,
Cok Gung Pramanayogi