Saturday, December 3, 2011

Post Event Release Architects Under Big 3 #20 Robby Tresna Adiputra


Robby Tresna Adiputra

Architects Under Big 3 kali ini mengangkat tema “Illustration in Architecture” yang dibawakan oleh Robby Tresna Adiputra. Sebelum acara dimulai, sembari menunggu para audien datang, Robby memperlihatkan sedikit bagaimana cara yang biasa ia lakukan dalam ber-ilustrasi. Nampak Yoka Sara, salah satu arsitek Bali hadir diantara audien.

Dunia arsitektur telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Memiliki ragam gaya, aliran, serta desain. Menurut Robby dunia arsitektur bukan hanya sekedar berbicara mengenai teknik, estetika, maupun fungsi. Namun ada sebuah dunia rasa yang setia menemani segala bentuk faktor dalam arsitektur. Proses desain bukanlah sebuah proses yang instan. Harus melewati tahapan – tahapan yang cukup menyita perhatian. Sebuah filosofi dan fungsi dalam sebuah desain juga harus disampaikan kepada si pemilik yang memiliki ragam latar belakang.

Bahasa dalam penyampaian desain menjadi sebuah seni tersendiri. Bahasa yang menjadi titik balik, menjadi ujung tombak dalam sebuah desain arsitektur. Robby menjelaskan bahwa bahasa yang paling sederhana dalam kehidupan manusia dalam menyampaikan maksud dan tujuan adalah bahasa gambar. Salah satu tulisan tertua, hieroglyphs (tulisan mesir kuno), menggunakan gambar sebagai simbol hurufnya. Sebuah desain yang bagus namun tidak mampu tersampaikan seperti yang diharapkan tentunya akan menjadi sia – sia.


Pameran Sketsa Robby


Ilustrasi arsitektur awalnya hanyalah sebagai bahasa visual dari sebuah desain arsitektur seorang arsitek kepada klien atau personal lain. Namun perkembangannya ilustrasi arsitektur tidak hanya menjadi media presentasi, namun juga sebagai media promosi dan bahkan menjadi sebuah ruang waktu seni tersendiri yang mampu menjadi sebuah aliran tersendiri.

Perkembangan ilustrasi arsitektur juga sejalan dengan perkembangan budaya, teknologi, kreativitas dunia arsitektur, dan masyarakat itu sendiri. Robby memperlihatkan bahwa beberapa dekade yang lalu, kita dapat melihat Leonardo Da Vinci yang hanya menggunakan media kertas dan arang mampu memberikan nuansa klasik namun tetap komunikatif dalam desainnya. Tahun 90an, seorang Thomas W. Scheler mengembangkan level ilustrasi arsitektur pada tahap seni tersendiri dengan menggunakan media cat air. Dan kini, media ilustrasi tengah dan sudah bergerak dalam ruang digital baik secara 2D maupun 3D.

Dalam hal ini, Robby memfokuskan topiknya pada dunia ilustrasi arsitektur 2D. Dimana dunia ini akan dibatasi dengan media 2 dimensi saja. Dalam perancangan sebuah ilustrasi arsitektur 2D membutuhkan desain. Dan tugas seorang ilustrator lah yang akan menerjemahkannya ke dalam bentuk perspektif sehingga mampu menampilkan sisi lain dari sebuah desain.

Penerjemahan hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Menurut Robby, ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain mood, sense, dan taste dari pelaku. Bidang kerja ini membutuhkan ruang waktu tersendiri. Keunikan dan ketidaksamaan dari masing – masing ilustrator inilah yang menjadi ciri khas uniknya. Selain dari faktor individu, faktor alat/media yang digunakan juga mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi lainnya adalah teori dasar yang digunakan dalam ilustrasi seperti kaidah estetika, nirmana 2 dan 3 dimensi.

Mengajak Audien untuk Berinteraksi dengan Mensketsa Kanvas Kosong

Robby mengklasifikasikan ilustrasi dalam 2 genre besar, tradisional dan digital. Tradisional adalah murni masih menggunakan paper base dengan ragam media, seperti pensil, tinta, pensil warna, cat air, cat poster hingga air brush maupun media campuran. Sedangkan digital adalah yang menggunakan alat digital dan teknologi dalam menghasilkan karya, seperti Sketch up, Photoshop, Artrage, Corel Painter, dll. Namun perkembangannya, ada genre lain yatu, mix media dimana menggabungkan antara tradisional dan digital.

Keuntungan media digital adalah ketika terjadi revisi – revisi kecil, ilustrasi yang dirubah hanya bagian tertentu saja. Lain hal nya jika menggunakan media tradisional, yang pastinya harus membuat karya ilustrasi tersebut dari awal lagi.

Dari 2 genre tersebut akan menghasilkan 2 sifat dasar dari sebuah karya ilustrasi yaitu sketsa dan fine art. Sketsa akan bersifat cepat namun kurang akurat, sedangkan fine art akan menghasilkan karya yang lebih presisi namun membutuhkan waktu yang lebih lama. Terlepas dari perbedaan gaya, style, sebuah karya tetap harus memegang prinsipnya yaitu, tetap harus bersifat komunikatif dan estetis. Seorang ilustrator harus bisa menentukan mana angle yang menarik dari sebuah desain arsitektur.

Audien AUB3 #20

Selain itu, Robby juga menjabarkan mengenai proses – proses dalam ilustrasi. Ia menjelaskan bahwa proses ilustrasi terbagi dalam 3 tahap besar, Modeling, Rendering / Coloring, dan Finishing. Dia pun memperlihatkan beberapa hasil karyanya dan langkah - langkah dalam menghasilkan sebuah karya ilustrasi.

Dalam sesi tanya jawab, Amak, yang berkerja sebagai illustrator juga, memberi masukan bahwa tiap klien memiliki selera yang berbeda – beda, maka dari itu seorang ilustrator harus bisa membaca selera klien. Selain itu, seorang ilustrator juga harus paham akan angle dan gelap terang (bayangan). Menurut Amak, teknik pewarnaan adalah ciri khas dari seorang ilustrator.

Penanya lainnya adalah Dion dan Rizeki, yang menanyakan sejak kapan Robby tertarik menggambar. Mereka juga menanyakan standar yang digunakan Robby untuk menentukan karya tersebut sudah baik dan visi Robby kedepannya. Robby pun menjawab bahwa sedari kecil ia memang sudah senang menggambar dan sering mengikuti lomba menggambar. Namun momen yang membuatnya benar-benar tertarik menggambar didapatnya ketika belajar di sekolah menengah pertama. Pada dasarnya, Robby sangat suka dengan teknik gambar cat air karena terlihat transparan dan alami. Untuk kedepannya Robby ingin tetap menjadi seorang ilustrator.



Alco, Salah Satu Penanya.
Alco, penanya selanjutnya menanyakan tentang jenis software dan hardware pendukung yang digunakan Robby untuk membuat ilustrasi dan apakah Robby pernah menggunakan software instan yang beredar luas dimasyarakat dalam berkarya. Robby menjelaskan bahwa selama ini ia hanya menggunakan Photoshop yang dibantu dengan sebuah hardware yaitu graphic tablet. Robby hanya menggunakan ArchiCAD di tahapan awal yaitu modeling. Ia juga menuturkan bahwa banyak software yang dapat digunakan, antara lain sketchup, Artrage, Corel Painter, dll. Robby pribadi tidak pernah menggunakan software instan dalam berkarya karena menurutnya goresan tangan seorang ilustrator adalah sebuah taste yang tidak bisa di dapat di software instan tersebut.

Penanya terakhir, Dek Is, ingin mengetahui data yang harus dimiliki seorang illustrator arsitektur untuk membuat ilustrasi. Robby berkata jika masih berupa bangunan sederhana paling sedikit data yang harus dimiliki adalah denah, dan sedikit penjelasan tentang bagaimana keadaan lingkungan dan citra bangunan yang ingin dihasilkan. Untuk bangunan yang lebih rumit, tentunya harus dilengkapi dengan denah, tampak, dan potongan.

Selain berpresentasi, Robby juga memamerkan beberapa karya sketsanya dalam bingkai kanvas yang menunjukan wajah Bali masa kini yang dibagi dalam 3 kategori, yaitu: rumah tradisonal, resor & hotel, serta jalanan di perkotaan. Disamping ketiga kanvas tersebut, Robby juga menyediakan sebuah kanvas kosong untuk disketsa audien dengan bebas.

No comments:

Post a Comment