Friday, July 6, 2012

Post Event Release Architects Under Big 3 #27 Enrique Fernandez Megino


Pada malam yang dingin ini, dihadiri sekitar 50 orang audiens, seorang arsitek muda asal Spanyol, Enrique Fernandez yang bercerita tentang kegiatan berarsitekturnya. Dimulai dari masa kuliah, ia bercerita bagaimana awal pembelajarannya sebagai seorang arsitek, yaitu menggambar. Bagaimana dia belajar menggambar sebagai seorang seniman. Tidak hanya menggambar objek bangunan, tapi juga menggambar objek makhluk hidup dan bagaimana mereka bergerak.

Enrique Fernandez
Enrique juga menceritakan beberapa proyek studio selama kuliah. Berbeda dengan kebanyakan mahasiswa  lainnya yang lebih mementingkan hasil dibandingkan proses desainnya. Enrique bercerita bagaimana setiap tahap dari desainnya, dari konsep awal, pemilihan bentuk, material dan struktur sehingga setiap proyek studionya merupakan proyek yang siap bangun. Tak hanya imajinasi dan kreativitas seorang mahasiswa arsitektur semata. Menurut Enrique, pengalamannya dalam mengerjakan proyek studio ini membantu proses evolusi ide dan cara berpikirnya.


Enrique juga bercerita tentang salah satu proyek kompetisi yang pernah diikutinya, yaitu Paris Market Laboratory. Kompetisi ini bertujuan untuk menggabungkan 3 restoran yang berbeda ke dalam sebuah bangunan di tengah kota Paris. Hasil desain Enrique dan teman – temannya ini berhasil memasuki final kompetisi.

Akhirnya Enrique bercerita tentang tugas akhirnya yaitu “Train – Bus Exchange Station” di Aranjuez, Spanyol. Alasan Enrique memilih tema interchange station karena Enrique suka menghubungkan titik – titik utama dalam jaringan transportasi sehingga memudahkan akses orang – orang. Hal ini jugalah yang menyebabkan perkembangan kota lebih rapi dan terorganisasi.
Audiens AUB3 #27
Acara pun berlanjut ke sesi diskusi. Penanya pertama adalah Wira. Wira bertanya bagaimana pendapat Enrique tentang arsitektur Indonesia khusus Bali. Karena Wira berpendapat bahwa gaya arsitektur milik Enrique sangat dinamis dan modern yang tentu berbeda dengan arsitektur Indonesia khususnya Bali. Enrique pun menjawab bahwa arsitektur Indonesia sangat kompleks karena dipengaruhi kebudayaan masing – masing. Hal ini tentu berbeda dibandingkan dengan arsitektur Spanyol. Setelah beberapa bulan bekerja di Bali, hal ini pun mempengaruhi pola pikir Enrique. Enrique lambat laun belajar gaya arsitektur yang berbeda dan tentu saja ini akan berpengaruh terhadap evolusi idenya.

Penanya kedua adalah Lisana, seorang mahasiswi dari Bandung. Lisana bertanya tentang hubungan antara mahasiswa dan dosen di universitas Spanyol. Enrique menjawab bahwa setiap dosen memiliki keahliannya masing – masing dan setiap mahasiswa dapat berdiskusi dengan bebas kepada dosen – dosen yang diinginkannya dalam membantu proyek kuliahnya. Lisana juga bertanya apakah ada mahasiswa arsitektur disana yang tidak dapat menggambar dan bagaimana cara mereka belajar menggambar. Enrique menjawab bahwa tidak semua mahasiswa dapat menggambar dengan baik. Jadi ada pendekatan yang berbeda untuk setiap mahasiswa.
Salah Satu Penanya, Lisana
Enrique pun mengakhiri ceritanya dengan menjelaskan sistem transportasi di Madrid, Spanyol. Jalan – jalan di Madrid itu lebih terorganisasi sehingga perkembangan kota Madrid pun lebih tertata. Selama di Bali, Enrique merasa bahwa sistem transportasi lebih berantakan karena kebanyakan jalan tidak terhubung. Hal ini juga menyebabkan perkembangan kota di Bali menjadi berantakan dan tidak terkontrol. Berdasarkan hal ini, Enrique berharap bahwa pengalamannya dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.

No comments:

Post a Comment