Monday, June 10, 2013

Post Event Release: Architects Under Big 3 #38 Bali Berkebun


Idnul sebagai Perwakilan Bali Berkebun, Presenter AUB3 #38

Pada malam ini, giliran Bali Berkebun yang berbagi cerita tentang kegiatan mereka. Idnul sebagai perwakilan dari Bali Berkebun berbagi sepak terjang komunitas Indonesia Berkebun, khususnya Bali Berkebun. Indonesia Berkebun yang telah menyebar di berbagai kota di seluruh Indonesia, akhirnya menginjakkan kakinya di Pulau Bali. Ridwan Kamil sebagai penggiat Indonesia Berkebun datang ke Bali untuk mengajak para kawula muda yang peduli terhadap lingkungan. Akhirnya Bali Berkebun didirikan pada 10 Oktober 2011.

Hal ini didasari pada ketakutan kawula muda Bali terhadap perkembangan Bali yang cukup pesat. Pariwisata yang diunggulkan pulau ini menjadi aset pemerintah daerah dan menjadi daya pikat utama para investor lokal maupun asing untuk menginvestasikan berbagai bisnisnya di pulau ini. Tetapi, dampak lain dari pembangunan yang sangat cepat itu adalah terbatasnya ruang terbuka


Urban farming merupakan salah satu konsep yang mengoptimalkan lahan terbatas menjadi lebih produktif dan juga untuk memberikan ketahanan pangan. Bali Berkebun yang merupakan bagian dari Indonesia Berkebun adalah sebuah komunitas yang menggunakan program urban farming untuk menyebarkan semangat positif agar lebih peduli terhadap lingkungan perkotaan. Dengan menerapkan 3 konsep, yaitu: ekologi, edukasi dan ekonomi. Konsep ekologi yaitu membantu memulihkan lahan yang terbengkalai menjadi lahan yang lebih produktif. Konsep edukasi yaitu dimana kita bisa belajar mengenal sayuran secara terbuka dan gratis dan langsung bisa diterapkan. Konsep ekonomi yaitu diharapkan hasil dari berkebun memiliki nilai ekonomi yang membantu krisis pangan. Dengan adanya ketiga konsep ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar melalui peran masyarakat dan komunitas.

Kegiatan Bali Berkebun sendiri sudah sangat banyak. Selain aktif urban farming, Bali Berkebun juga aktif sebagai pengisi acara di Bali Spirit Festival (2012 & 2013). Bali Berkebun juga sering ikut sebagai tim edukasi untuk mengenalkan cara berkebun yang mudah kepada anak - anak maupun orang dewasa. Dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan oleh Bali Berkebun.

Sekarang, lebih dari 23 kota yang telah menjadi jejaring Indonesia Berkebun ikut turut menyebarkan semangat positif. Indonesia Berkebun mendapatkan penghargaan "Web Heroes" dari Google Inc (2011) dan deklarasi World Urban Farming pada acara Tunza (2011), serta berbagai macam apresiasi lainnya.

Acara pun dilanjutkan dengan pembagian bibit bayam, kangkung, kacang panjang kemudian sesi diskusi. Audiens dengan antusias bertanya tentang bagaimana cara bertanam bayam dan kangkung yang benar. Luki, mahasiswa dari UNPAR yang tertarik untuk berkebun, dengan antusias bertanya bagaimana cara berkebun yang baik dan seberapa banyak intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan kangkung dan bayam agar dapat tumbuh. Idnul pun menjelaskan bahwa sebagai media tanamnya bisa menggunakan polybag atau kaleng bekas atau apapun dengan diameter minimal 20 cm dan 5-10 biji bibit di setiap media tanamnya. Komposisi tanah dan pupuk kandang 1:1 dan tanpa menggunakan pestisida. Media tanam sebaiknya diletakkan di teras agar tidak terpapar langsung cahaya matahari.

Para Penanya (ki-ka): Luki, Talisa, Nano, Vika
Penanya kedua, Talisa yang bertanya tentang kebun yang digunakan oleh Bali Berkebun. Bagaimana cara penanganan jika kebun yang dipinjami ini berada di lokasi yang tidak cocok untuk berkebun dan apakah Bali Berkebun pernah mencoba sistem vertikal kultur. Idnul pun menjawab bahwa jika lokasi tidak memungkinkan untuk ditanam langsung ke tanah, bisa menggunakan media tanam lain (polybag, kaleng, karung bekas, dll). Untuk sistem vertikal kultur, Bali Berkebun pernah mencobanya dengan tanaman hias kecil dengan media tanah teh kotak bekas. Untuk vertikal kultur, memang hanya bisa jenis tanaman tertentu tapi juga tergantung dengan besarnya media tanam. Selain itu, Talisa juga bertanya apakah Bali Berkebun juga pernah mencoba sistem hidroponik. Menurut Talisa, sistem ini lebih mudah dilakukan dimana saja karena menggunakan media tanam berupa air. Idnul pun menjawab bahwa sebenarnya sistem hidroponik itu lebih susah dilakukan karena harus memikirkan sirkulasi air. Tetapi kembali lagi ke kita sendiri, lebih mudah menggunakan sistem yang mana.

Selanjutnya ada Nano yang bertanya bagaimana Bali Berkebun mendapatkan bibit tanaman. Selama ini selain mendapatkan bibit dari pusat (Indonesia Berkebun), bisa juga didapatkan dari toko pertanian atau dari tanaman yang kita tanam sendiri.

Penanya keempat, Vika yang menceritakan pengalamannya untuk berkebun pertama kalinya. Sayuran yang dipilihnya adalah bayam. Vika bercerita bagaimana dia berurusan dengan gulma yang mengganggu bayamnya. Vika akhirnya bertanya bagaimana cara mengatasi gulma dan hama yang mengganggu. Idnul menjelaskan bahwa untuk mengganti penggunaan pestisida bisa digunakan air cabai.


Menutup acara AUB3 malam ini, Idnul menjelaskan bahwa berkebun sangat mudah dilakukan dan dapat dilakukan di mana saja. Hal yang terpenting adalah niat. Jadi, mari berkebun!

Foto Bersama dengan Audiens AUB3 #38

No comments:

Post a Comment