Saturday, November 9, 2013

Post Event Release: Architects Under Big 3 #43 Made Arya Adiartha


Made Arya Adiartha the presenter

Diskusi dengan arya di area taman Popo Danes di mulai dengan pengenalan kurikulum dan semester yang Arya ambil selama menempuh Master di University of Minnesota, kemudian Arya melanjutkan penjelasan dengan memilah masing masing semester dengan contoh studi kasus proyek yang pernah ditangani selama menempuh semester di University of Minnesota.

Semester pertama dalam presentasi Arya adalah Fall Semester, di semester ini arya belajar mengenai Sustainable Design Theory & Practice dan Site & Water in Sustainable Design, dalam materi Sustainable Design Theory & Practice, Arya memberikan contoh proyek yang ditangani bersama tim, yakni Howe School Regenerative Retrofit, dimana Arya dan tim mencoba untuk memasukan unsur sustainable design ke dalam design sekolah yang lama,  terdapat 3 kategori yang di fokuskan dalam proyek ini yakni Energy, Food & Water dan (Re)Skilling,


Dalam hal Energy pendekatan yang dilakukan adalah mengurangi beban energi bangunan dengan strategi solar panels dan daylighting, dalam kategori Food & Water, Arya mengidentifikasi mengenai ruang lingkup aliran makanan dari ruang lingkup yang berbeda yakni bangunan, site dan regional, dari identifikasi tersebut timbul ide untuk membuat peternakan ayam di dalam sekolah yang bertujuan untuk penyediaan makanan langsung kepada anak anak di sekolah dan sekaligus membuat anak anak bergairah untuk berinteraksi dengan lingkungan dan hewan hewan.  Untuk kategori (Re)Skilling, Arya dan tim ingin semua orang yang menggunakan fasilitas tersebut baik anak anak, orang dewasa dan orang tua saling berinteraksi, dengan membuat fasilitas publik seperti community classroom, library, adventure playground dan soccer field  , hal yang ingin arya dan tim capai dalam pengkategorian 3 hal tadi adalah  memperbaiki kualitas lingkungan dengan mempererat hubungan manusia dan lingkungan sekitar.

Dalam mata kuliah Site & Water in Sustainable Design arya belajar bagaimana air mengalir di dalam sebuah site, contoh yg di ambil Arya adalah Rapson Hall, sekolah arsitektur di universitas minesota, Arya mengawali dengan identifikasi lokasi dan kondisi tanah sebelum bangunan ada, hal tersebut dilakukan agar mengetahui tingkat penyerapan tanah pada saat itu, intinya Arya dan tim ingin infiltrasi air ke tanah kembali saat bangunan belum ada.

Presentation session

Semester kedua adalah spring semester, di semester ini arya belajar mengenai material performance in sustainable design  dan energy and Indoor environmental quality in sustainable design, material performance in sustainable design mengajarkan bagaimana performa bahan  bahan yang kita gunakan dalam bangunan, sedangkan energy and Indoor environmental quality in sustainable design, adalah mata kuliah wajib terakhir yang Arya ambil yang memperkenalkan bagaimana cara menganalisa kualitas indoor dalam sebuah bangunan.

Selain mata kuliah wajib, arya juga mengambil mata kuliah pilihan, salah satu yang diambil oleh Arya merupakan mata kuliah yang teorinya diluar jalur arsitektur yakni Toy Product Design, dalam kelas ini Arya bekerja sama dengan klien Manhattan Toys, sebuah pabrik mainan di Minneapolis, dimana Arya mendisain mainan untuk anak anak usia 10 tahun ke bawah, pada saat itu arya mendisain sebuah mainan ramah lingkungan, Arya membuat mainan yang disebut Marble Run menggunakan bahan bahan yang dapat di daur ulang seperti kaleng dan botol aqua, di dalam sketch desain Marble Run Arya menggunakan bahan kardus, kaleng dan gulungan tisu toilet serta botol plastik, setelah membuat sketch, dilanjutkan pembuatan prototype dengan 3d printer untuk membuat konektor mainan, setelah itu prototype di presentasikan kehadapan klien dan keluarga serta anak anak yang di sebut pleasanttation, pleasanttation merupakan cara membuat presentasi yang menarik bagi anak anak, Arya dan tim termasuk tim yg beruntung, karena hak paten Marble Run di beli Manhatan Toys, dan berencana akan di produksi.

Di akhir presentasi arya berbagi pengalaman setelah lulus program master, Arya mendapat kesempatan magang di Walt Disney selama 3 bulan, pada tahun 2012, arya bersama 3 teman nya mendaftar kompetisi untuk mendisain wahana Walt Disney, desain Arya bersama tim berhasil masuk ke dalam finalis 6 besar dari 187 karya yang masuk dari negara Amerika. Berkat keberhasilan di kompetisi ini, Arya berhasil mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Walt Disney Imagineering Summer Internship.  




Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari para penonton. Pertanyaan pertama datang dari Aditya (Universitas Udayana), pertanyaan Aditya terkait dengan bagaimana cara Arya untuk bisa mendapatkan kesempatan belajar ke amerika dan bagaimana perbedaan pendidikan di indonesia dan USA serta bagaimana rencana arya saat ini setelah lulus dari Minnesota.

Arya menanggapi dengan bercerita pada saat Arya mendaftar beasiswa Fullbright untuk program master, Fullbright merupakan beasiswa kerjasama Indonesia dengan Amerika, setelah mendaftar, arya mengikuti tes seleksi administrasi dan tes wawancara, tes wawancara di lakukan Arya dengan lancar, sehingga kesempatan Arya pada saat itu sudah 90% untuk dapat berangkat ke Amerika.
Menurut Arya terdapat perbedaan yang signifikan dari segi akademis, budaya dan iklim, dari segi akademisi, kelas master di USA merupakan kelas seminar, fokus dari kegiatan kelas adalah diskusi, dimana mahasiswa nya aktif bertanya dan berdiskusi, sehingga mahasiswa dinilai dari keaktifan nya dalam berdiskusi. Mengenai rencana kedepan, Arya menemukan kesulitan mencari tempat kerja di Indonesia  yang dapat mengoptimalkan skill arya yang di peroleh selama menempuh pendidikan di U.S, maka dari itu Arya berencana tahun depan untuk kembali ke U.S untuk dapat melanjutkan program magang.

Aditya (Universitas Udayana) kembali bertanya, kali ini mengenai perbedaan dalam merancang bangunan dan mainan.

Menurut Arya lebih menyenangkan mendisain mainan, namun tingkat kesulitan nya sama, karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan, tujuan Arya mengambil mata kuliah Toy Design adalah Arya ingin melihat konsep desain dari segi produk desain, hal ini secara tidak langusng membantu arya dalam hal konsep desain karena secara langsung Arya mengalami hands on experience, yaitu arya langsung membuat produk yg dapat langsung digunakan.

Pertanyaan kedua datang dari Tita (Arsitek di Popo Danes), yakni menanyakan permasalahan penggunaan air hujan, bagaimana yakin akan penggunaan 100% air hujan dalam bangunan tanpa mengandalkan PAM, serta dari segi teknologi material, material sustainable apa yang cocok dapat digunakan di Indonesia

Arya menanggapi dengan harus mencari data curah hujan yang tepat, serta dengan pembagian penggunaan air hujan 23% untuk hardscaping, 32% untuk landscaping, 45%untuk green roof, dan 45% ini masuk kedalam penampungan yang akan cukup digunakan selama setahun, dan untuk fasilitas WC, disarankan menggunakan low flow yang menggunakan sedikit air. Pertanyaan kedua dari Tita ditanggapi Arya dengan pendapat bahwa bahan bahan traditional sudah sangat bagus di gunakan di Indonesia,  tetapi ada beberapa teknologi bahan bahan yg canggih dan bisa dipadupadankan, salah satunya adalah aluminium yang bisa bereaksi terhadap panas dan cahaya serta gerakan, dan teknologi seperti itu menurut Arya dapat di gunakan untuk tirai bangunan di Indonesia.

Pertanyaan Ketiga datang dari Pande (Universitas Udayana), Pande bertanya mengenai bagaimana sebagai arsitek, merancang Sustainable Design yang bisa diterima dari segi ekonomi, karena penerapan teknologi sustainable tergolong sangat mahal, lalu Pande juga bertanya mengenai apakah ada teori sustainable design yg sudah di aplikasikan Arya selama magang bersama Walt Disney.

Arya kemudian berpendapat bahwa masih banyak pandangan skeptis karena teknologi sustainable tergolong sangat mahal, dan Arya berharap semoga dengan perkembangan teknologi, bisa menjadi lebih murah. Mengenai teori Sustainable Design selama magang bersama Walt Disney, Arya berpendapat bahwa tidak ada yang diterapkan selama magang bersama Walt Disney, karena konsep Sustainable Design susah untuk diterapkan kedalam bangunan yang fungsi nya hiburan.


The Audience

Diskusi kali ini ditutup dengan kesimpulan dari Arya yang menyarankan rekan rekan untuk pergi travelling sesering mungkin agar pandangan kita lebih terbuka, dan apabila memperoleh kesempatan untuk kuliah di luar negeri, Arya meyakinkan untuk langsung mengambilnya dan jangan ragu. Arya juga berkesimpulan bahwa Sustainable merupakan bidang yang sangat menarik dan sangat membantu kita sebagai arsitek untuk mempererat hubungan kita dengan lingkungan, tetapi penerapan nya cukup sulit dan rumit, sehingga susah untuk menerapkan teknologi sustainable design yang murah.

No comments:

Post a Comment