Diskusi bersama Andre di Garden Popo Danes
Architect dimulai dengan penjelasan Andre yang akan terbagi menjadi beberapa
poin untuk menghadirkan kronologis dan mengangkat isu tentang gelombang baru
arsitektur yang mungkin terjadi di masa depan
Penjelasan poin pertama dari Andre adalah mengenai
esensi dari kata arsitektur yang menurut Andre sebenarnya adalah sistem, namun dibahas
spesifik pada bangunan, jadi sistem bangunan lah yang dimaksud. Pada zaman awal
kebudayaan manusia, makna dari arsitektur sangatlah berbeda dengan apa yang di
pahami sekarang ini. Andre menjelaskan dahulu arsitektur bangunan hanya
digunakan sebagai sesuatu yang sakral, untuk penyembahan, dan manusia
hidup/tinggal dari ekses arsitektur tersebut. Manusia purba yang awalnya
tinggal di dalam gua, begitu mereka mengenal perkakas dan bisa mengolah makanan
mereka dapat mengolah alam, menjadikannya arsitektur, lalu mereka mulai membuat
arsitektur, tidak hanya sistem bangunan yang mereka buat melainkan juga sistem
sosial mereka mulai ditata. Pada suatu kadar yang cukup kompleks, perpaduan
antara komunitas tersebutlah yang menjadikan komunitas yang lebih besar, sampai
akhirnya terbentuklah desa, sampai akhirnya sebuat struktur sosial tersebut
menjadi sebuat entitas yang lebih besar, yakni kota.
Poin kedua dari Andre yakni Mimpi, Imaji dan
Keserakahan. Melihat kemajuan kota-kota awal, beberapa komunitas sosial dari
luar akan tertarik untuk bermigrasi ke kota dimana kehidupan terlihat lebih
baik, hal inilah yang disebut urbanisasi pada masa sekarang. Dahulu sebelum
manusia mengenal tatanan masyarakat yang lebih kompleks daripada sekarang ini,
belum ada ekspansi dan kemajuan sebelum ada yang namanya mimpi, imaji, dan
keserakahan. Menurut Andre, inilah tiga faktor yang menyebabkan manusia
mengalami kemajuan dalam arsitektur kehidupan. Dari kota-kota hebat, terbentuk
sistem sosial yang jauh lebih kompleks lagi, yakni kekaisaran / kerajaan.
Kerajaan yang dikuasai oleh seorang raja ini karena mempunyai mimpi, imaji dan
keserakahan, berikutnya berambisi untuk melakukan ekspansi, munculah kemudian
peperangan antar kerajaan pada masa lalu. Arsitektur kemudian berkembang dan
beradaptasi kepada kondisi peperangan ini. Andre menyimpulkan bahwa kini
arsitektur berubah menjadi sebuat ladang produksi, menciptakan kekuatan untuk
perang, menciptakan wajah suatu kekaisaran, ini sebabnya arsitektur pada masa
itu terlihat sangat kokoh dan alami meski tidak terlalu humanis. Menurut Andre
arsitektur dapat dilihat dari latar belakang suatu peradaban, dan tercermin di
dalamnya. Bila mimpi, imaji, dan keserakahan ini tidak ada dalam jumlah
terkecil sekalipun, maka arsitektur tidak akan berkembang.
Poin ketiga yakni Modernitas dan Industri, Andre
menjelaskan semuanya berubah lagi saat manusia mencapai masa keemasan dalam hal
mendayagunakan sumber daya alam. Pada masa inilah manusia mencapai masa modern.
Artinya semua serba baru dan ideal bagi sistem sosial di masa itu. Arsitektur
modern sebagai salah satu manifestasinya, adalah merupakan ekses dari
arsitektur lampau yang mendapat sentuhan peperangan dan industrialisasi. Dari
sebelumnya menggunakan batu, berubah menjadi bahan olahan manusia yang lebih
sintetis. Semuanya mengejar kecepatan dan produksi. Bisa dikatakan arsitektur
modern lahir dari perang, dan ekses perkembangannya dari prinsip peperangan
sebelumnya. Andre menjelaskan istilah perang dapat diklasifikasikan menjadi
perang tidak langsung dan perang langsung. Perang langsung biasanya menggunakan
senjata dan korban jiwa sangat nyata dapat dilihat. Perang tidak langsung
sangat berbeda ceritanya, perang tidak langsung terjadi tidak menggunakan
senjata yang memakan korban langsung, melainkan dengan taktik psikologis dan
strategi. Perang tidak langsung dapat terjadi pada saat damai, bahkan akan
terus terjadi selama manusia masih memiliki tiga faktor yang dijelaskan
sebelumnya. Salah satu contoh perang tidak langsung adalah perang ekonomi.
Arsitektur modern juga salah satu akibat dari perang ekonomi, semuanya serba
efisien, elemenya merupakan elemen pengulangan/repetisa dari apa yang sudah
ada, semuanya demi memotong ongkos produksi.
Poin keempat adalah Arsitektur Alien dan Tren Masa
Depan, mengenai Arsitektur Alien, Andre berpendapat bahwa revolusi
post-modernisme pada arsitektur modernisme yang kembali memasukkan esensi/
makna pada arsitektur namun tetap menggunakan teknologi modern, dinilai menjadi
jawaban atas kejenuhan dalam repetisi arsitektur modern yang dianggap sebagai
produk perang. Namun arsitektur yang baru dan aneh serta cenderung tidak
fungsional sering disebut sebagai arsitektur alien. Alien disini berarti asing.
Dalam poin Tren Masa Depan, Andre menjelaskan bahwa
di masa depan, robot akan mendominasi. Ekses dari kejenuhan arsitektur modern
yang membangkitkan arsitektur post-modern melahirkan teknik rancang bangun yang
memiliki nilai estetika tinggi, meski tidak terlalu fungsional demi mengurangi
kejenuhan, namun bangunan post-modern sering sangat sulit untuk dikerjakan
secara manual. Sejak lahirnya komputer dan intelejensia buatan, manusia
seakan-akan rindu lagi pada repetisi modern, yakni kemudahan. Menurut Andre Kali
ini kemudahan bukanlah diwujudkan kedalam bentuk bangunan yang ‘malas’ dan
standar, melainkan diwujudkan jauh lebih rumit lagi namun dengan bantuan robot
untuk mewujudkannya. Hal ini sebenarnya berakibat buruk bagi manusia itu
sendiri, mulai dari berkembangannya yang mengarah menjauhi skala manusia, “out
of human scale”, sampai kepada kebingungan dalam menggunakan bangunan oleh
karena masifnya desain sebuah bangunan.
Di masa depan ide lah yang mengarahkan manusia
apakah maju lebih jauh, atau stagnan. Hampir seluruh teknik membangun kini telah dikuasai oleh manusia dan
diwujudkan oleh robot. Namun ternyata riak-riak peperangan dan perpecahan masih
membayangi manusia. Ide-ide ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kehidupan dan
sosial, apakah saat perang atau sangat damai. Oleh karena itu di masa depan
politik sangat mempengaruhi arsitektur. Keadaan alam juga sangat mempengaruhi
arsitektur, proses urbanisasi dewasa ini sudah sangat mencederai alam, dan
pesatnya pembangunan memaksa manusia untuk menghisap sumber daya lebih banyak
lagi. Banyak hal yang bisa terjadi yang tidak dapat diprediksi di masa depan,
apakah bumi akan kehabisa stok sumber daya nya, ataukah masih berlimpah. Apakah
bencana akan melanda, banjir? Atau malah kekeringan yang luar biasa?
Diskusi berlanjut ke sesi Tanya jawab, pertanyaan
pertama datang dari Giri (alumni Udayana), Giri menanyakan perihal bagaimana
cara yang baik untuk menghadapai tantangan Arsitektur di masa depan, karena ada
isu di dunia Arsitektur mengenai Asean Community, apakah hal tersebut akan
menjadi tantangan ataukah ada tantangan yang lainnya.
Andre menjelaskan bahwa Arsitektur itu bagus di
masa depan, dan dipengaruhi politik, secara professional kerja akan berbeda
tantangannya ke depan, Andre menjelaskan hanya 1% (orang kaya di dunia) yg
membutuhkan jasa arsitektur, tantangan nya adalah bagaimana memasyarakatkan
arsitektur, bagaiamana caranya di Indonesia untuk mengenalkan bahan batako dan
kayu, Andre berkesimpulan bahwa tantangan utama adalah menguasai material, dan
mengenai Sumber daya manusia, pada tahun 2015 dari ASEAN posisi kita sama dengan
yg lain, dan satu satunya cara agar dapat bersaing adakah memperbaiki kulitas
diri agar mempunyai kemampuan dan koneksi keluar.
Pertanyaan kedua perihal Arsitek under new wave
antara kembali ke belakang atau menembus ke depan, kembali ke belakang adalah
mengangkat tradisionalisme dan lokalitas, sedangkan menembus kedepan dengan
memperbarahui dan memodernkan, selama ini sepeti apa teknologi teknologi atau
hal hal baru yang Andre temukan, dan apa saja teknologi yg sesuai untuk di
jalanakn terutama bali dan Indonesia
Menurut Andre saat ini kita hanya mendapat improve
dari sisi konsep dari internet, dari teknologi informasi semakin maju, kita
bisa langsung mencari bahan kosep melalui google, dari segi drafting yakni
teknologi CAD dan 3D printing di bandung dalam skala kecil, Andre berharap mungkin
nanti material dapat dibuat 3D print,sehingga lebih memudahkab, perihal teknologi
yang cocok untuk di Bali, dari sisi drafting dan konsep, terdapat istilah arsitektur
hybrid yang menggabungkan bali tradisional dan modern, aplikasi nya semakin
tinggi, dan Ande menyarankan bila bagi mahasiswa lebih ke sensi (arti) dan
konsep serta material, penguasaan material perlu dari sekarang, jangan hanya
sekedar membuat bangunan, kita harus tau fungsi nya dulu, karena material nanti
yang langsung di terapkan ke lapangan secara visual.
Di
akhir diskusi, Andre memberikan kesimpulan dengan pertanyaan apakah modernisme
atau post-modernisme yang menjadi pemenang? Ternyata semuanya kembali ke lokal,
dan kita sebagai pengguna arsitektur. Dunia ini terlalu masif untuk sebuah
urbanisasi yang besar, semua esensi arsitektur sebenarnya ada di alam, dan
manusia hanya membutuhkan sebuah arsitektur yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu baik di masa depan maupun masa lalu,
regionalisme-lah yang akan tetap pada prinsipnya, meskipun diwujudkan oleh
robot ataupun untuk urbanisasi dalam skala besar, sebuah bangunan tetap
menyesuaikan dengan kondisi sekitarnya, apakah sebuah bangunan itu nyaman,
ataukah malah terasa asing oleh penggunanya.
Visi
dan ide datang dari imaji manusia.
Berbagi
imaji melalui film dan video.
No comments:
Post a Comment