"Filosofi
Loloh Cem Cem"
Pencarian menyarikan “Arsitektur Nusantara” dalam era
kekinian
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah nusantara
mulai banyak digunakan dalam bentuk semboyan, produk, judul, dsb. Begitu juga
dalam bidang arsitektur. Arsitektur Nusantara mulai ramai dibicarakan,
diekplorasi hingga diperdebatkan.
Gejalanya mirip dengan istilah ‘green’ atau hijau
yang sudah terlebih dahulu populer. Saking maraknya istilah ‘green’, istilah
ini seakan menjadi kata wajib dalam setiap produk. Bahkan dalam produk yang
sejatinya tidak ada hubungannya dengan konsep hijau, kata ‘green’ menjadi kata
sakti yang diharapkan mampu mengangkat citra produk. Parahnya, istilah ‘green’
akhirnya hanya menjadi pemanis dan objek marketing
sebuah produk. Fenomena inilah yang
kemudian dikenal dengan istilah ‘greenwashing’.
Fenomena ‘greenwashing’ bisa saja terulang. Ya,
‘nusantara-washing’ bisa saja terjadi jika kita tidak jeli memaknai
ke-nusantaraan. Nilai ke-nusantaraan menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi,
nilai ke-nusantaraan memiliki potensi untuk digali dan diresapi, namun di sisi
lain, ke-nusantaraan bisa jadi hanya muncul sebagai sebuah tren sesaat.
Dalam
diskusi kali ini Tobias akan mengajak kita untuk berdiskusi tentang Memahami
arsitektur nusantara dalam era kekinian yang dapat dianalogikan dengan loloh
cemcem. Loloh cemcem merupakan minuman tradisional masyarakat Bali timur. Loloh
berarti jamu sedangkan cemcem adalah salah satu nama daun, serta bagaimana memaknai
arsitektur nusantara seharusnya bukan menjadi hal yang rumit.
Tentang Tobias :
Tobias Kea Suksmalana atau biasa dipanggil Tobias, lahir
pada 22 Juli 1990 di Jogjakarta. Menyelesaikan studi Arsitektur nya di
Universitas Gajah Mada pada tahun 2013. Pada saat ini Tobias bekerja bersama
Effan Adhiwira di EFF Studio. Pemikiran Tobias
bahwa kenusantaraan sudah sewajarnya ada dalam diri kita, dan kata nusantara
tidak perlu muncul lagi karena sudah seharusnya mendarah daging dalam cara kita
merancang (sebagai arsitek khususnya dan sebagai manusia pada umumnya). Memaknai
arsitektur nusantara seharusnya bukan menjadi hal yang rumit. Mengapa? Karena
kita adalah manusia nusantara, yang masih memiliki kesempatan untuk merasakan
dan belajar, baik secara langsung atau tidak langsung tentang arsitektur
nusantara.
Tentang
Architects Under Big 3:
Architects Under Big 3 (AUB3) diselenggarakan pada Jumat
pertama tiap bulan yang dibawakan oleh arsitek muda berusia di bawah 30 tahun.
Dalam kegiatan ini, arsitek muda diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya
arsitektur beserta pemikiran mereka pada publik melalui presentasi non formal
yang diteruskan dengan diskusi santai. Bertempat di Danes Art Veranda, peserta
diberi kebebasan untuk memilih ruangnya sendiri - di halaman, dek, roof top,
galeri - dimanapun tempat dimana mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita
dengan pendengarnya. Melalui pendekatan ini, arsitek muda beserta ide dan karya
arsitekturnya berkesempatan untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan
khalayak yang lebih luas, baik khalayak awam arsitektur maupun khalayak
arsitektur.
Nama
kegiatan : Architects Under
Big 3
Edisi : 53
Jenis
kegiatan : Presentasi dan
Diskusi
Pembicara : Tobias Kea Suksmalana
Hari,
Tanggal : Jumat, 05 September 2014
Waktu : 19.00 - 21.00 WITA
Lokasi : Danes Art Veranda, Jl. Hayam Wuruk no. 159 Denpasar 80235
Bali, Indonesia
Telepon : +62-361-242659
Fax : +62-361-242588
Contact
Person : +62-81-999-4014-12 (Tita);
+62 – 85- 935-3747-39 (Nano)
Issuu : Architects Under Big 3
Facebook : Architects Under Big 3
Twitter: @underbig3
No comments:
Post a Comment