Monday, September 1, 2014

Press Release : Architects Under Big 3 #53 Tobias Kea Suksmalana

"Filosofi Loloh Cem Cem"
Pencarian menyarikan “Arsitektur Nusantara” dalam era kekinian

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah nusantara mulai banyak digunakan dalam bentuk semboyan, produk, judul, dsb. Begitu juga dalam bidang arsitektur. Arsitektur Nusantara mulai ramai dibicarakan, diekplorasi hingga diperdebatkan.
Gejalanya mirip dengan istilah ‘green’ atau hijau yang sudah terlebih dahulu populer. Saking maraknya istilah ‘green’, istilah ini seakan menjadi kata wajib dalam setiap produk. Bahkan dalam produk yang sejatinya tidak ada hubungannya dengan konsep hijau, kata ‘green’ menjadi kata sakti yang diharapkan mampu mengangkat citra produk. Parahnya, istilah ‘green’ akhirnya hanya menjadi pemanis dan objek marketing sebuah produk.  Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan istilah ‘greenwashing’.

 
Fenomena ‘greenwashing’ bisa saja terulang. Ya, ‘nusantara-washing’ bisa saja terjadi jika kita tidak jeli memaknai ke-nusantaraan. Nilai ke-nusantaraan menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, nilai ke-nusantaraan memiliki potensi untuk digali dan diresapi, namun di sisi lain, ke-nusantaraan bisa jadi hanya muncul sebagai sebuah tren sesaat.
Dalam diskusi kali ini Tobias akan mengajak kita untuk berdiskusi tentang Memahami arsitektur nusantara dalam era kekinian yang dapat dianalogikan dengan loloh cemcem. Loloh cemcem merupakan minuman tradisional masyarakat Bali timur. Loloh berarti jamu sedangkan cemcem adalah salah satu nama daun, serta bagaimana memaknai arsitektur nusantara seharusnya bukan menjadi hal yang rumit.
Tentang Tobias :
Tobias Kea Suksmalana atau biasa dipanggil Tobias, lahir pada 22 Juli 1990 di Jogjakarta. Menyelesaikan studi Arsitektur nya di Universitas Gajah Mada pada tahun 2013. Pada saat ini Tobias bekerja bersama Effan Adhiwira di EFF Studio. Pemikiran Tobias bahwa kenusantaraan sudah sewajarnya ada dalam diri kita, dan kata nusantara tidak perlu muncul lagi karena sudah seharusnya mendarah daging dalam cara kita merancang (sebagai arsitek khususnya dan sebagai manusia pada umumnya). Memaknai arsitektur nusantara seharusnya bukan menjadi hal yang rumit. Mengapa? Karena kita adalah manusia nusantara, yang masih memiliki kesempatan untuk merasakan dan belajar, baik secara langsung atau tidak langsung tentang arsitektur nusantara.

Tentang Architects Under Big 3:
Architects Under Big 3 (AUB3) diselenggarakan pada Jumat pertama tiap bulan yang dibawakan oleh arsitek muda berusia di bawah 30 tahun. Dalam kegiatan ini, arsitek muda diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran mereka pada publik melalui presentasi non formal yang diteruskan dengan diskusi santai. Bertempat di Danes Art Veranda, peserta diberi kebebasan untuk memilih ruangnya sendiri - di halaman, dek, roof top, galeri - dimanapun tempat dimana mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya. Melalui pendekatan ini, arsitek muda beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur.

Nama kegiatan : Architects Under Big 3
Edisi : 53
Jenis kegiatan : Presentasi dan Diskusi
Pembicara : Tobias Kea Suksmalana
Hari, Tanggal : Jumat, 05 September 2014
Waktu : 19.00 - 21.00 WITA
Lokasi : Danes Art Veranda, Jl. Hayam Wuruk no. 159 Denpasar 80235 Bali, Indonesia
Telepon : +62-361-242659
Fax : +62-361-242588
Contact Person : +62-81-999-4014-12 (Tita); +62 – 85- 935-3747-39 (Nano)
Issuu : Architects Under Big 3
Facebook : Architects Under Big 3
Twitter: @underbig3

No comments:

Post a Comment