Sunday, February 6, 2011

Post Event Release Architects Under Big 3 #10 The Story Behind...


Tim yang kompak :-)
Jumat di awal bulan Februari 4 orang arsitek muda; Laksana Eka Semarajana Putra, Bagus Samsu Hartanto, Ricky Sandra Hartantyo dan Dondiet Sigit Prabowo berbagi cerita tentang pengalaman mereka mengikuti sayembara arsitektur. Tampak hadir Ibu Mardiana Ika, fashion designer kenamaan di tengah audiens.

Kegemaran mengikuti sayembara dimulai dari kebosanan akan rutinitas yang mereka rasakan datar-datar saja, darah muda mereka menginginkan tantangan.

Mengikuti sayembara merupakan hal yang menyenangkan. Dalam sayembara, mereka berkesempatan untuk mengasah kemampuan, mengenal dunia arsitektur yang lebih luas, membangun relasi dengan rekan seprofesi, travelling, membuat portofolio yang baik dan merupakan suatu kebanggaan apabila mereka berhasil memenangkan suatu sayembara. Dalam sayembara mereka mendapatkan kebebasan untuk menuangkan ide-ide dan pemikiran. Menjadikan segala hal menjadi mungkin untuk menjadi dasaran sebuah konsep arsitektur.

Sayembara selalu mereka lakukan dalam tim. Seperti yang juga dipertanyakan oleh salah satu audien malam itu, mereka menceritakan bahwa proses paling penting adalah pada tahap brainstorming. Dimana semua ide dikemukakan, didiskusikan, menekan ego, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan terbaik, dan mendengarkan pendapat orang lain menjadi sangat penting. Sebuah kemampuan bekerja sama dalam tim mereka kerahkan sebaik mungkin disini.

Pada edisi ke-10 Architects Under Big 3, mereka mempresentasikan beberapa pengalaman mereka dalam mengikuti sayembara arsitektur. Dimana setiap karya nya memiliki kisahnya masing-masing, Sayembara Taman Awi Panglipuran (juara 1), Sayembara Perpusnas (peserta), Sayembara Bangka Belitung Eco Park (juara 1) dan Sayembara Monumen Situ Gintung (juara III).

Sayembara Taman Awi Panglipuran (Juara I )

Sayembara ini lah yang mengawali pertemuan keempat arsitek muda yang saat ini bergabung dalam Frangipani6 Design Studio.

Sayembara ini diadakan oleh Kota Baru Parahyangan, Green Design Community dan Majalah Asri. Sayembara Taman Awi dibagi dalam dua (2) tahap dengan lima (5) nominator. Material bambu menjadi ide dasar mereka dalam eksplorasi ide. Sifat bambu yang fleksibel, sustainable, ramah lingkungan dan ekonomis menjadi suatu kelebihan tersendiri terlebih material bambu berkaitan dengan konteks lokal Sunda. Dari eksplorasi tersebut lahirlah gagasan bamboo in open space.

Sayembara perdana yang mereka ikuti bersama ini akhirnya menjadi juara I.

Display presentasi AUB3 #10

Sayembara Monumen Situ Gintung ( Juara III )

Sayembara ini tercetus atas dasar tragedi Situ Gintung yang terjadi pada 27 Maret 2009. Pemerintah berinisiatif membangun monumen & menata kawasan yang rusak. Maka pemerintah setempat bekerja sama dengan IAI Banten mengadakan Sayembara Penataan Kawasan Situ Gintung. Sayembara satu tahap ini ditujukan untuk penataan kawasan saluran pembungan sepanjang 1km.

Eksplorasi desain dimulai dari memahami tentang sifat air sebagai lakon utama penyebab utama tragedi tersebut (disamping faktor human error). Air dapat berfungsi sebagai pencipta kehidupan dan juga sebagai perusak (protagonis atau antagonis). Desain yang ingin diciptakan adalah desain yang menumbuhkan harapan setelah terjadinya tragedi.

Konsep dasar ini dikembangkan dalam eksplorasi desain dengan konsep gerakan air. Tragedi tumpahnya Air Situ Gintung ditransformasikan ke dalam bentuk monumen dengan bentuk Kristal air sebagai konsep denah awal monumen. Pencitraan monumen diambil dari bentuk percikan air yang melambangkan dahsyatnya bencana Situ Gintung yang disebabkan oleh pemberontakan air. Di tengah-tengahnya terdapat tiang tinggi menjulang berwarna kuning yang melambangkan harapan untuk menata kehidupan yang lebih baik. Monumen ini sebagai penanda asal mula tragedy Situ Gintung, mengarahkan pengunjung untuk melihat langsung bekas tanggul yang jebol.

Disekitar monumen dibangun zona rekreasi dan konservasi (bantaran). Sifat protagonist air merupakan konsep dasar dari penciptaan bantaran. Desain direfleksikan dengan kontur (air) menopang kehidupan. Bantaran dibuat dengan kontur berbukit-bukit mengambil konsep aliran air yang bergelombang dengan makhluk hidup yang berdiri di atasnya sebagai tanda kehidupan.

Di sepanjang bantaran sungai dibangun hutam buatan sebagai salah satu upaya konservasi lingkungan, memberikan porsi wildlife kepada kawasan agar makhluk hidup yang lain juga memiliki ‘rumah’ untuk tinggal. Di sana juga dibangun Open Lawn yang difungsikan sebagai area rekreasi keluarga (multifungsi), dilengkapi dengan bangku taman, drinking fountain dan berbagai permainan interaktif dan edukatif. Dibangun pula jalur inspeksi menggunakan material grass block untuk mengurangi perkerasan dalam site agar tidak terlalu menganggu fungsi bantaran sebagai area resapan air.

Selain monumen dan bantaran dibangun pula area Situ Center yang berfungsi sebagai area informasi mengenai kepada masyarakat-masyarakat. Area ini lebih didominasi ruang terbuka hijau. Sebuah plasa ditempatkan di depan situ center sebagai entrance, penghubung dengan bantaran di seberang situ center. Didesain pula sebuah jembatan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda.

Lansekap di Situ Center didesain sebagai communal space yang didalamnya terdapat area bermain, snack shop, picnic shelter, seating area, parkir sepeda dan toilet umum.

Dalam sayembara ini, pemenang sayembara dipekerjakan sebagi tenaga ahli dlm pelaksanaan konstruksi Monumen Situ Gintung dan Situ Center. Walaupun mereka menjadi pemenang ketiga, proposal mereka justru yang direalisasikan di lokasi karena pertimbangan budget yang cukup realistis. Proses mengkomunikasikan konsep pada banyak pihak pun ditemu di sini.

Ricky Sandra (Tyo) berbagi kisah

Sayembara Bangka Belitung Eco Park ( Juara I )

Semangat untuk mengembalikan keindahan dan kecantikan bumi Bangka-Belitung dalam Visit Babel-Archipelago 2010 merupakan mula terselenggaranya sayembara ini, yang juga didukung oleh ITB, UBB, IALI, PN Timah bertajuk Sayembara New Landscape In Ex-Mining Development, Bangka Belitung Eco Park.

Dalam sayembara ini peserta ‘diberi tugas’ untuk menggarap ex-mining site area seluas 1100Ha. Dalam bereksplorasi mereka juga menaruh perhatian pada kegiatan pengerusakan lingkungan yang disebabkan oleh para penambang timah liar.

Sayembara dibagi ke dalam dua buah tahap, yaitu Desain konsep/ skematik masterplan sebagai tahap pertama, lalu dilajutkan tahap kedua yaitu skematik tiap zona dan kunjungan lokasi.

Setelah melalui serangkaian proses eksplorasi desain, tim Frangipani6 akhirnya menemukan konsep “Keseimbangan dalam Simbiosis” dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dari konsep tersebut, mereka menciptakan beberapa zona dalam satu kawasan; zona preservasi, zona eco resort, zona rekreasi, zona riset dan edukasi dan zona penghubung/ transisi.

Dalam zona penghubung, terdapat Iconic Garden, Agrowisata dan hutan reklamasi & wildlife. Dalam zona riset edukasi terdapat museum, riset tambang, sekolah alam dan windmill. Dalam Zona Rekreasi terdapat ex-mining park, water park, adventure park, restoran, amphiteater, pasar seni dan danau sebagai area rekreasi air.

Popo Danes memberi sambutan di akhir presentasi
Sayembara Perpusnas (peserta)

Sayembara yang diadakan dalam rangka peningkatan fungsi dan peran perpustakaan Nasional RI adalah sayembara yang baru saja mereka kerjakan baru-baru ini. Bagi Tim Frangipani6, pengerjaan sayembara ini telah mencatat sebuah ‘rekor’ dalam catatan perjalanan berarsitektur mereka, karena mereka berusaha melakukan serangkaian tahap-tahap nya hanya dalam tiga hari.

Dengan luas lahan sebesar 11.920m2 dan Koefisien Dasar bangunan 45%, para peserta sayembara ‘diberi tugas’ untuk dapat memberikan konsep desain bagi Gedung Perpusnas yang juga berada disekitar bangunan cagar budaya.

Konsep utama dari karya mereka ditekankan pada dua aspek yaitu ilmu dan sejarah. Sejarah dilambangkan dengan bentuk yang dikembangkan, sedangkan ilmu diperlihatkan pada aktivitas-aktivitas di dalamnya. Keseluruhan bangunan Perpusnas termasuk aktivitas di dalamnya mewakili sebuah kesatuan yang berawal dari sejarah yang kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk yang bersifat kekinian sebagai sebuah cerminan masa depan. Sehingga konsep yang dihasilkan merupakan refleksi sikap-sikap keilmuan yang memiliki masa lalu, masa sekarang, dan menatap ke masa yang akan datang.

Konsep-konsep tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentukan arsitektural yang terinspirasi dari bentukan daun lontar sebagai inskripsu pertama yang dikenal manusia. Kemudian bentukan baru yang berbentuk seperti selubung seolah melindungi Gedung Trisula sebagai cagar budaya.Pada interior, juga dapat ditemui bentukan-bentukan prasasti pada dinding-dindingnya. Konsep-konsep bentukan itu merupakan transformasi dari refleksi sejarah.

Refleksi ilmu kemudian ditransformasikan sebagai taman bacaan terbuka yang didasari dengan pemikiran alam sebagai sumber ilmu yang terbaik. Ruang yang terbuka kemudian turut pula menjadi hasil dari refleksi ilmu, dimana ruang yang bersifat open plan dapat pula menadi ruang-ruang diskusi sehingga mewadahi kegiatan pengemabangan ilmu pengetahuan. Bias-bias cahaya matahari yang memasuki ruangan di dalam perpusnas ini pun selain dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami, ini juga sekaligus menyampaikan sebuah pemikira dimana cahaya sering kali dilukiskan sebagai pencerahan/ilmu pengetahuan.

Dari keseluruhan pengalaman mereka berkarya dalam sayembara-sayembara, banyak sekali hal yang bisa dipelajari dan menjadi prinsip para arsitek muda ini. Sayembara bagi mereka adalah sebuah media berarsitektur yang sangat menyenangkan dalam bereksplorasi dalam desain arsitektur. Dimana tidak ada batas dalam ruang-ruang pemikiran dan menuangkan ide.

Menambah pengalaman dan portofolio. Sayembara dapat menjadi ruang untuk melatih mereka untuk terus berkarya, meningkatkan kekritisan atas sebuah isu, dan menjadi tidak berhenti begitu saja karena akan melewati tahap penilaian oleh juri, mempresentasikan karya, dan berkesempatan untuk mereleasasikan ide dan konsep yang telah digodog secara matang dan terkonsep.

Bagi Laksana, Bagus, Dondiet, dan Tyo, cerita ini tidak akan berhenti hanya sampai disini saja. Cerita ini akan masih terus bersambung, ke cerita-cerita di balik sayembara-sayembara berikutnya, yang akan kami ikuti di masa mendatang, dan semoga cerita dari mereka mampu member motivasi berkompetisi bagi para arsitektur muda lainnya. Dan seperti yang ditambahkan oleh Popo Danes di akhir presentasi mereka, ini adalah salah satu aternatif ‘pintu gerbang’ untuk memasuki dunia arsitektur profesional dan masih banyak lagi cara kreatif lain untuk ke dunia itu.

Selamat berkompetisi dan bereksplorasi!

No comments:

Post a Comment