“A New
Architecture of ITB Mosque“
Presenter AUB3 #32, Johan Baskara |
Pada
AUB3 edisi ke-32 ini menghadirkan seorang arsitek muda dari Bandung, Johan
Baskara. Johan mencoba untuk memperkenalkan arsitektur bangunan peribadatan, khususnya
bangunan peribadatan muslim lewat arsitektur masjid,
khususnya melalui karya Johan dan rekannya, Fajar, dalam sayembara masjid ITB
baru – baru ini.
Pertama,
Johan menjelaskan bagaimana latar belakang dari sayembara ini, yaitu membuat
sebuah icon kegiatan religius yang dapat diakses oleh masyarakat sekitar,
seperti pada Masjid Salman ITB. Selanjutnya, Johan menjelaskan karakter masjid
di dunia modern melalui beberapa contoh masjid kontemporer, seperti: Tirana
Mosque & Museum (BIG), The Vanishing Mosque (RUX Design dan Masjid Al –
Irsyad (Urban+E). Masjid – masjid tersebut memiliki dasar bentuk yang
kontemporer dan sangat berbeda dari karakter masjid yang dikenal masyarakat
pada umumnya, yaitu bangunan dengan kubah di atasnya. Namun tetap saja,
bangunan kontemporer itu adalah sebuah masjid dengan nilai – nilai di dalamnya.
Johan pun menjelaskan salah satu karakter bangunan masjid lainnya, yaitu
lokalitas. Hal ini dapat dilihat dari Masjid Xian, Cina yang bangunannya
mengambil karakteristik dari arsitektur Cina tanpa meninggalkan karakter utama
dari masjid itu sendiri.
Selanjutnya,
Johan pun menjelaskan elemen – elemen arsitektur masjid itu sendiri, yaitu
mihrab, makmum, mimbar, kaligrafi, ornamen, gerbang, kolom, atap, minaret,
wudhu. Elemen – elemen ini yang menjadi bagian dari proses ibadah inilah yang
menjadi dasar detil dan budaya bangunan masjid itu sendiri (tentu dengan
pengaruh lokal dan suatu masa pemerintahan tertentu). Johan juga menjelaskan arsitektur
masjid oleh Achmad Fanani, yaitu: kalam (teologi), falsafah (hokum fiqih –
elemen arsitektural) dan tasawuf (ma’rifat – jalan rohani).
Kemudian, Johan menjelaskan Masjid
ITB yang dibuatnya. Masjid ITB ini menggunakan konsep “kontemplatif thawaf”,
dimana kegiatan beribadah sebagai pusatnya, bentukan masjid segi empat
sebagaimana kabah terdapat kegiatan Thawaf yang mengelilingi mengukuhkan
simbolisasi hubungan keabadian dan kefanaan di jalur kesemestaan. Konsep massa
bangunan mengambil bentuk persegi ka’bah yang ditinggikan dari posisi tanahm
untuk memperjelas skala proporsi terhadap bangunan. Pembagian massa pun dibagi
berdasarkan kebutuhan zona aktivitas, dimana kegiatan ibadah diletakkan di atas
dan kegiatan non-ibadah di bagian bawah. Konsep interior menggunakan orientasi
utama mihrab yang menjadi titik fokus. Johan semakin memperjelas konsepnya
dengan menunjukkan gambar – gambar presentasinya.
Audiens AUB3 #32 |
Acara
pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Penanya pertama adalah Baja dari
Jakarta, yang menanyakan tentang arti dan konsep khusus dari minaret dan
gerbang. Johan menjawab bahwa minaret berfungsi sebagai menara untuk
mengumandangkan adzan sehingga menjadi simbolis dan abstraksi untuk mengartikan
masjid, sedangkan gerbang yang berupa tangga naik merupakan simbol batas
wilayah suci secara visual.
Berikutnya,
Andi, mahasiswa dari Unpar, Bandung, memberikan tanggapan bahwa dengan adanya
masjid ini akan semakin memperkaya arsitektur di Bandung. Andi juga bertanya
seberapa besar pengaruh bangunan di lingkungan sekitar terhadap bentuk masjid
ini sendiri (mengapa bentuk kotak yang dipilih). Johan menjelaskan bahwa site
merupakan bekas lahan kampus yang bangunannya kebanyakan mirip dengan Gedung
Sate di Bandung sehingga ia dan rekannya ingin membuat sesuatu yang berbeda.
Penanya
selanjutnya, Aura yang bertanya bagaimana orang awam bisa tahu kalo bangunan
kotak ini adalah masjid karena selama ini orang Indonesa terbiasa bahwa masjid
itu selalu berkaitan denngan kubah. Johan pun menjelaskan bahwa masjid tidak
harus selalu dilihat dari bentuknya, filosofi dapat menjadi bagian dari bentuk
masjid itu sendiri. Namun dalam kasus Masjid ITB ini, minaret dapat menjadi
salah satu simbol bahwa bangunan ini adalah sebuah masjid.
Johan pun menutup AUB3 edisi
kali ini, dengan menceritakan pengalamannya dalam sayembara kali ini. Mental
dan ide desain yang berbeda menjadi masalah utama. Namun, dengan pengertian yang
baik dapat menimbulkan desain yang lebih baik juga. Terkadang, kita harus
berpikir “out of the box” untuk menimbulkan desain yang baik.
No comments:
Post a Comment