Seperti biasa setiap tahunnya, memasuki tanggal 12
April, menjelang tutup tahun ketiga Architects Under Big 3 (AUB 3) mengadakan
serangkaian kegiatan. Untuk tahun ini kegiatan yang diadakan antara lain: Photography
and Sketch Exhibition yang dibuka dari 12 – 21 April 2013, Architecture
Field Trip pada 13 April 2013, dan ditutup dengan Talkshow dengan tema “Bali Through My Eyes” oleh Popo Danes
dan Ketut Arthana pada 21 April 2013.
AUB3 Closing The 3rd Year -
Photography & Sketch Exhibition -
Sebagai pembukaan rangkaian acara AUB3 Closing The 3rd Year diadakan Photography and Sketch Exhibition pada Jumat, 12 April 2013. Pameran memamerkan karya - karya sketsa dan foto dari peserta yang terpilih ini akan berlangsung selama 10 hari. Pada pembukaan pameran ini juga diadakan voting untuk poster dan presenter terfavorit di AUB3 tahun ketiga.
Kegiatan dimulai pada pukul 19.30 dan dibuka oleh
Andesita Oki selaku program manager,
yang menggantikan Bapak Popo Danes yang saat itu berhalangan hadir. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan dari
Band Emoni yang menyanyikan dua buah lagu.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pengumuman hasil
voting sekaligus penyerahan award untuk presenter dan poster terfavorit dari
peserta AUB3 edisi 25 – 35. Poster terfavorit diberikan kepada Cok
Gung Pramanayogi (presenter AUB #35) dan presenter terfavorit diberikan kepada Urban
Sketchers Bali (presenter AUB #34). Selain dua penghargaan diatas, juga
diberikan beberapa penghargaan lainnya kepada presenter maupun audiens yang
sudah berpartisipasi selama kegiatan AUB3 3rd year. Penghargaan tersebut antara
lain: The Most Interactive Presenter: Rezza Rahadian (AUB #29), The
Most Cooperative Presenter: Gilbert Yohannes Voerman (AUB #25), Presenter
with The Most Audience: Urban Sketchers Bali (AUB #34), The Most
Questions Asked: Isabella Andjanie, dan yang terakhir The Most Active
and Responsive Audience: Eka Swadiansa.
ki - ka: Andesita Oki bersama Urban Sketchers Bali (Presenter Terfavorit) & Cok Gung Pramanayogi (Poster Terfavorit) |
Sebelum berakhir, acara dilanjutkan
dengan serah terima jabatan oleh Andesita Oki selaku Program Manager AUB3 tahun
ketiga, dan akan dilanjutkan oleh Jeanne Elisabeth yang akan dibantu oleh Riska
Yunita pada AUB3 tahun keempat nanti. Kemudian acara ditutup oleh penampilan
Band Emoni yang menyanyikan tiga buah lagu.
AUB3 Closing The 3rd Year -
Architecture Field Trip -
Ada
yang berbeda pada rangkaian acara AUB3 Closing
The 3rd Year dari tahun - tahun sebelumnya. Pada tahun ketiga ini, AUB3
mengadakan "Architecture Field Trip".
Field trip ini mengunjungi 3 objek arsitektur, yaitu: Villa Bayad (Popo Danes
Architect), Five Elements (ARTE) dan Green Village (PT. Bamboo Pure) dan
diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari kalangan profesional dan mahasiswa.
Objek
pertama adalah Villa Bayad yang terletak di Payangan. Ketika peserta field trip
datang ke villa ini disambut langsung oleh pemilik villa, yaitu Mr. Jesper
Fredricson dan Mrs. Sussanne Gamsgaard. Dipandu oleh 2 anggota dari PDA dan
pegawai dari Villa Bayad, peserta field trip dibagi menjadi 2 grup untuk
berkeliling Villa Bayad. Villa Bayad Setelah puas mengeksplorasi Villa Bayad,
peserta pun foto bersama dengan pemilik villa.
Peserta Field Trip bersama Owner Villa Bayad |
Perjalanan
kemudian dilanjutkan ke Five Elements atau Puri Ahimsa di Mambal. Sebuah healing center karya Ketut Arthana yang
mengadaptasi 5 unsur alam dan cara hidup orang Bali ini selesai dibangun pada
tahun 2010. Dibagi menjadi 2 grup, peserta diajak berkeliling oleh pegawai dari
Five Elements. Peserta diajak berkeliling ke fasilitas yang dimiliki oleh Five
Elements. Kami juga sangat beruntung karena pada saat itu ada salah satu unit
villa yang kosong sehingga peserta dapat melihat - lihat ke dalam villa.
Peserta di Five Elements |
Objek
terakhir adalah Green Village karya PT. Bamboo Pure. Disini kami disambut oleh
Pak Amri, selaku pemandu dari Green Village. Pak Amri menjelaskan bahwa Green
Village ini merupakan sebuah estate yang disediakan oleh Green School untuk
orang tua siswa atau siswa yang tidak bisa ditampung di asrama. Setelah itu,
peserta diajak berkeliling ke salah satu rumah. Setelah berkeliling, peserta
field trip berdiskusi dengan arsitek dari PT. Bamboo Pure. Diskusi berlangsung
hangat tentang Green Village maupun arsitektur bambu itu sendiri. Acara diskusi
dan field trip ini pun ditutup dengan foto bersama peserta dengan arsitek PT.
Bamboo Pure.
Foto Bersama PT. Bamboo Pure |
AUB3 Closing
The 3rd Year - Talkshow -
"Bali
Through Your Eyes"
Pada
masa yang begitu global seperti saat ini, pengaruh-pengaruh dari dunia luar dan
budaya lain tentunya tidak dapat terelakkan. Hal ini terjadi pula di ranah
arsitektur yang seringkali berada pada kegamangan sikap antara menselaraskan
nuansa arsitektur tradisional setempat dan modernisasi yang terus mendesak
masuk akibat tuntutan lain yang tumbuh pada masyarakat. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini AUB3 Closing 3rd Year menghadirkan Popo Danes dan Putu Swasta sebagai
pembicara dalam diskusi "Bali Through Your Eyes".
Suasana Talkshow |
Dalam
pandangan yang disampaikan Popo Danes, Bali merupakan pulau yang unik dengan
beragam sumber kreativitas yang amat kaya sehingga arsitektur Bali pun dapat
diterjemahkan dengan luas dan terbuka oleh siapa pun, mengingat Bali merupakan
salah satu tujuan bagi para pelancong di seluruh dunia. Popo Danes sendiri juga
amat terbuka dengan beragam pemikiran akan metode desain yang begitu beragam.
Namun, satu hal penting yang harus diingat adalah budaya Bali yang tidak boleh
tidur.
Menurut
Popo Danes, masyarakat Bali yang baik haruslah menyadari apa yang diistilahkannya
dengan local performance. Aksi menggunakan material lokal memang menjadi
salah satu dari local performance. Namun
hal ini haruslah dicermati sebab ketersediaan material lokal pun berhadapan
dengan limitasi. Untuk itu, para arsitek muda haruslah dapat menciptakan
inovasi-inovasi yang menarik namun tetap berakar pada local culture dan local
material yang ada.
Penting
halnya bagi seorang Popo Danes untuk menyusun sendiri metode desain, idealisme
dan sikap yang harus diambil dalam menghadapi pertemuan antara unsur
tradisional setempat dan modernisasi. Ia menyebut karyanya berada pada Hospitality Architecture mengingat Bali
adalah destinasi pariwisata yang utama di negeri ini. Kehadiran karyanya lebih ditekankan pada
kenyamanan akan kualitas ruang yang ada.
Diskusi
kemudian dilanjutkan dengan pandangan yang disampaikan oleh Putu Swasta. Sebagai
arsitek haruslah melakukan perjalanan-perjalanan pribadi yang akan memperkaya
pemikiran dan cara bersikap terhadap karyanya. Perjalanan kultural, visual, dan
spiritual tentu akan merangsang kreativitas lain yang belum pernah tercipta
sebelumnya.
Ia
percaya bahwa Bali merupakan laboratorium bagi arsitek di seluruh dunia, meski
terkadang, suatu karya arsitektural tidak lebih dari komoditas dan economy trading semata. Bali saat ini,
memiliki tingkat kecepatan pembangunan yang sangat tinggi apabila dibandingkan
dengan perencanaan pembangunannya sendiri. Setiap orang berlomba-lomba menaruh
bangunannya di Bali dengan hilangnya respek terhadap kekayaan budaya setempat.
Pemerintah
tentunya amat berperan dalam pengembangan Bali ke depannya. Karakteristik Bali
adalah hal awal dan utama yang menjadikan Bali sebagai ikon pariwisata dunia.
Apabila suatu hari Bali kehilangan karakternya sehingga tak ubahnya seperti
tempat-tempat lain yang kehilangan identitasnya, tentu akan membawa Bali pada sebuah
keterpurukan.
Audiens Talkshow |
Acara
kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Pertanyaan pertama datang dari Eka terkait
akan kehadiran bangunan tinggi yang bertolak belakang dengan kepercayaan masyarakat
Bali akan letak nilai kesucian di atas kepala manusia. Popo Danes menjawab
dengan hadirnya pilihan-pilihan yang kemudian harus diputuskan secara pribadi
dengan pemikiran dan argumentasinya. Bahwa, arsitektur itu haruslah kritis namun
juga di sisi lain menjadi sensitive. Sedangkan
Putu Swasta menambahkan, untuk urusan keefektifitasan, bangunan tinggi memang
menjadi solusi instan tapi perlu dikaji lagi sehingga karakteristik Bali tetap
bertahan.
Pertanyaan
kedua datang dari Aldi yakni tentang kekhawatiran akan Bali yang semakin lama
meniru pada cerminan kota-kota mayoritas di luar sana yang mulai kehilangan
karakternya. Keputusan pelebaran jalan dan penciptaan public transport menjadi pertanyaan lebih lanjut akan ‘mau dibawa
kemanakah Bali ini’. Para narasumber menjawab dengan pemikiran seorang arsitek
yang harus berpikir secara beyond
sehingga dampak-dampak sosial termasuk menjadi perhitungan dalam perencanaan
sebuah desain.
Para Penanya: Eka dan Aldi |
Akhir
kata, kedua narasumber menyebutkan bahwa para arsitek Bali dan masyarakat Bali
haruslah terbuka pada modernisasi walaupun tiap-tiap elemen yang masuk harus
disaring dengan ketat. Sebab, dengan kolaborasi antara keduanya diharapkan akan
tercipta suatu signature baru yang akan membawa Bali pada karakter yang unik
dan tetap mendorong kemajuan ekonomi lokal. Pertemuan dua unsure ini akan
membawaa arsitektur Bali pada tatatanan baru yang menarik untuk terus diikuti. Selain
itu, diharapkan generasi muda memunculkan inisiatif dalam menyikapi green code, perubahan lahan, serta re-use material. Dengan adanya komitmen
yang tercipta secara mandiri, tentunya akan membawa sikap yang baik bagi
tiap-tiap arsitek muda yang berkarya di pulau Bali ini.
ki-ka: Andesita Oki, Popo Danes, Putu Swasta |
No comments:
Post a Comment