Friday, October 11, 2013

Post Event Release : Architects Under Big 3 #42 Azriansyah Ithakari


Presenter : Azriansyah Ithakari

 Malam ini kita bertemu untuk berdiskusi lagi bersama Azri di roof top Popo Danes. Presentasi dari Azri dimulai dengan pemaknaan akan 'kursi' yang ditanyakan kepada para penonton. Contoh 'kursi' merupakan pendekatan Azri untuk memasuki pengertian akan 'objek'  yang akan dibahas lebih lanjut. Korelasi antara kursi ini membawa penonton untuk lebih mengkritisi bukan hanya dalam hal fungsional tapi juga kaitannya dengan konteks keberadaan objek tersebut.

Pendekatan ini digunakan untuk melihat banyaknya persepsi yang sebenarnya hadir di tiap benak pengguna dalam hal ini manusia terhadap satu objek. Projek yang kemudian di contohkan oleh Azri adalah Alternative Helicopter. Projek ini merupakan projek kerjasama antara Mahasiswa Arsitektur Universitas Indonesia, Chiba University, Kyoto University, dan RIHN (Research Institute Human-Nature). Tujuan dari projek yang dibawa dalam format workshop ini ingin mengangkat isu kebersihan kali di daerah Cikini, Jakarta Pusat. Azri dan timnya kemudian berdiskusi lebih lanjut untuk membahas intalasi temporer yang sesuai untuk dibangun di daerah sekitar.


Helicopter atau yang dikenal dengan jamban merupakan objek yang menarik di Cikini. Objek ini merupakan toilet temporer yang mengekspansi daerah bantaran sungai. Tidak hanya jamban tetapi juga daerah jemuran, tempat menaruh tanaman, dan ruang domestik masyarakat pun mengekspansi jalanan dan daerah bantaran sungai. Ide keberdirian Helicopter dan kecenderungan ekspansi ruang yang kemudian memunculkan objek baru berupa Alternative Helicopter sebagai sebuah ruang komunal bagi masyarakat Cikini di atas sungai. Ruang atas sungai merupakan ekspansi ruang yang digunakan terkait dengan padatnya bangunan sekitar. Hasilnya, sebuah jembatan dan ayunan menjadi objek yang kemudian hadir di atas sebuah sungai tersebut. Objek yang hadir dari hasil diskusi dan riset dengan penduduk sekitar ini menjadi sebuah interaksi yang memunculkan beragam persepsi. Dari sinilah kemudian Azri melihat adanya hubungan antara Objek dan operasi yang berlaku terhadap objek itu sehingga memunculkan persepsi dari pengguna.

Presentation session
Azri kemudian memberikan contoh lainnya yaitu Toilet Garden di Ichihara, Jepang yang di desain saat berkesempatan magang di Sou Fujimoto. Projek ini menggunakan pendekatan metode inside-outside sehingga menghasilkan bentukan desain yang cukup unik. Toilet hadir dikhususkan untuk wanita untuk mendapatkan pengalam ruang yang berbeda dengan toilet pada biasanya. Toilet Garden dibangun pada area yang cukup luas dengan tetap mempertahankan konteks natural di sekitarnya.  Ukuran toilet 2x2m dikelilingi oleh area hijau dengan pagar setinggi 2m untuk keamanan dan privasi.

Keterkaitan dua objek ini adalah keberadaan sebuah objek tunggal yang kemudian dioperasikan dengan caranya tersendiri dan menghadirkan persepsi yang unik dan beragam dari penggunanya.



Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang cukup padat dari para penonton. Salah satunya dari Bisma (Univeritas Marwadewa) dengan pertanyaan yang terkait tentang pemilihan lokasi di daerah sub-urban yang sebenarnya masih alami dibanding dengan di kota dimana masyarakat lebih membutuhkan tempat relaksasi. Pertanyaan ini ditanggapi oleh Azri dengan fakta bahwa daerah kota semisal Tokyo memiliki harga lahan yang tinggi. Selain itu, projek ini juga hadir karena inisiatif dari pemerintah setempat.  Terkait akan konteks wilayah, menjadi sangat aneh apabila toilet di tempatkan di ruang yang padat. Kontras yang terjadi akan membuat ide inside-out kurang tersampaikan.

Pertanyaan kedua datang dari Nano (Universitas Udayana) terkait akan pengguna toilet yang dikhususkan untuk wanita saja. Azri menanggapi dengan penjelasan bahwa wanita memiliki tingkat privasi yang tinggi dengan kegiatan yang dilakukan di toilet. Sehingga, kesempatan untuk berinteraksi dengan alam saat berkegiatan di toilet sangatlah jarang. Untuk itu, toilet ini hadir memberikan kesempatan tersebut kepada para wanita.

Pertanyaan ketiga datang dari Ryan (Arsitek di Airmas Asri Bali) terkait akan kelebihan dan kekurangan dari metode yang dipakai dalam Alternative Helicopter serta contoh arsitek yang menerapkan metode serupa dalam bangunannya. Azri kemudian memberikan kekurangan akan metode yakni terkait dengan jangka waktu yang terlalu singkat untuk meneliti perilaku dan persepsi masyarakat Cikini. Arsitek Alejandro Aravena merupakan salah satu contoh arsitek yang mnerapkan metode serupa dalam projek Quita Monroy di Chile.


Pertanyaan keempat datang dari Setia (Universitas Warmadewa) yakni kemungkinan Toilet Garden diterapkan di Indonesia khususnya Bali. Azri menanggapi dengan mengedepankan isu kontekstualitas bahwa tidak semuanya akan tepat dapat diterima oleh konteksnya masing-masing. Konsep mungkin bisa serupa namun desain kembali pada pengguna sekitar, perilaku, dan konteks wilayah.

Pertanyaan kelima datang dari Kika (Arsitek di Popo Danes) yakni mengkritisi akan isu keamanan terkait projek Alternative Helicopter. Azri kemudian memberikan contoh video TEDx California Gever Tulley: 5 dangerous things you should let your kids. Video ini menjadi gambaran bahwa dengan memberikan kesempatan anak untuk mempelajari hal-hal berbahaya sedari dini, mereka akan tahu cara mengatasinya. Alternative helicopter memang tidak dibuat dengan keamanan yang berlebih, namun keberadaan dan cara menggunakannya sudah dipikirkan secara teknis dengan matang.

The Audience
Dari diskusi yang hangat di malam hari ini, bahasan akan objek dan operasinya ini menjadi sebuah metode yang kemudian dapat dikembangkan dan berguna bagi para desainer untuk kembali melihat sebuah objek yang terdesain tidak hanya dari satu sudut pandang saja dan pendekatan yang umum namun dapat lebih dalam terkait konteks dan persepsi pengguna yang diinginkan.  Dengan itu, objek yang hadir akan lebih beragam dan memberikan pilihan bagi penguna dalam persepsinya masing-masing.

No comments:

Post a Comment