Tuesday, October 25, 2016

Architects Under Big 3 #79 Petra Zacharias & Maxy Tumangke


scroll down for English version

Architect Under Big 3 #79 Petra Zacharias & Maxy Tumangke

Bambu, Emas yang Tak tergali

Bambu dapat tumbuh dan berkembang hampir diseluruh daerah di Indonesia. Kecepatan tumbuh dan kembang bambu ini juga yang menjadikannya sebagai material yang menarik. Di Indonesia terdapat sekitar 159 spesies bambu yang bisa ditemukan. Masyarakat Indonesia mengenal bambu sudah sejak lama. Kegunaan bambu pun bisa dikatakan beragam dan berubah-ubah setiap jamannya. Penggunaan bambu tidak pernah bisa lepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bambu digunakan mulai dari peralatan dapur hingga sebagai material pengganti kayu konstruksi, bahkan kita juga mengenal istilah “bambu runcing” sebagai senjata perang melawan penjajah.
Namun hingga saat ini impresi bambu sebagai material yang berkaitan dengan kemiskinan masih tertanam didalam pemikiran sebagian besar masyarakat Indonesia meskipun bambu mempunyai banyak nilai-nilai lain. Padahal bambu sebagaimana ia fleksibel secara karakter materialnya, juga dapat menjadi fleksibel untuk berbagai kalangan masyarakat, dari yang dikatakan miskin hingga kalangangan yang dikatakan elit.

Salam,

Petra & Maxy

Tentang Petra dan Maxy :

Petra Zacharias lahir di Jakarta bulan Oktober 1990. Menyelesaikan SMA dan melanjutkan kuliah Arsitektur di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2008-2013. Tahun 2011 bergabung dengan CV.Wasnadipta di Yogyakarta sebagai arsitek magang. Mendapatkan juara 2 pada kompetisi “Karangwaru Eco-Park” tahun 2012. Pada tahun 2013 pergi ke Bali untuk belajar tentang bamboo di IBUKU (Pt.Bamboo Pure). Pada Oktober 2016 memenangkan kompetisi “Bamboo Biennale” dalam kategori furnitur bersama tim (maxy dan putri) dan berpartisipasi dalam Bamboo Biennale 2016 Furniture Exhibition di Solo.

Maxy Tumangke, Lahir di Palopo tahun 1990, besar di Toraja dan menyelesaikan Pendidikan Arsitektur di Universitas Kristen Duta Wacana pada tahun 2012. Tahun 2011 bersama HRC Jogjakarta (Housing Resource Centre) terlibat dalam proses perancangan dan pembangunan Shelter bagi korban bencana Merapi di desa Banjarsari DIY, pada tahun yang sama terlibat dalam tim penulis Buku "Aura dan Rinupa, berdialog dengan kayu, bambu dan batu". Pembicara pada lnternational Conference I3th SENVAR and 2nd CONVEEESH "synergizing Local Efforts in Fighting Global Crisis" November 2012. Tahun 2013 bergabung dengan team IBUKU design sebagai Arsitek sampai sekarang. 


English Version

Architect Under Big 3 #79 Petra Zacharias & Maxy Tumangke

Bamboo, the Un-dig Gold

Bamboo can grow almost in all places in Indonesia. The growth rate of bamboo makes it an interesting material. In Indonesia we can find around 159 species of bamboo. People of Indonesia have already known bamboo since long time ago. The use of bamboo is also various and changes each time. Bamboo is always related to daily life of Indonesian people. It has been used as kitchen utensil, construction material to replace woods and also we have heard about “bambu runcing” as the weapon during our independence war. Even though bamboo has a lot of values, it has still been seen by most of Indonesian people as material only for the poor. Bamboo as we know it by its flexibility as a material, can also be “flexible” to all layers of people, from the very poor people to the very very rich people.

Regards,
Petra & Maxy

About Petra and Maxy:

Petra Zacharias was born in Jakarta October 1990. I graduated from high school and studied architecture at Gadjah Mada University on 2008-2013. Tahun 2011 joined CV.Wasnadipta in Yogyakarta for part time architect. Got 2nd place for “Karangwaru Eco-Park Competition” on 2012. On 2013 went to Bali to learn about bamboo at IBUKU (Pt. Bamboo Pure). On 2016, won “Bamboo Biennale Competition” in the furniture category with the team (maxy and putri) and participated on Bamboo Biennale 2016 Furniture Exhibition in Solo.

Maxy Tumangke was born in Palopo in the year of 1990, grew up in Toraja and got the bachelor of architecture in UKDW on 2012. On the year of 2011alongside with HRC Yogyakarta (Housing Resource Center) involved in designing and building shelters for victims of Merapi Volcano in desa Banjarsari, Yogya. At the same year joined the team to publish the book, “Aura dan Rinupa, berdialog dengan kayu, bamboo dan batu”. Being one of the speaker in the International Conference 13th SENVAF and 2nd CONVEEESH “Synergizing Local Efforts in Fighting Global Crisis” on November 2012. Joined IBUKU design team as an architect until now.

No comments:

Post a Comment