scroll down for English version
Architect Under Big
3 #79 Petra Zacharias & Maxy Tumangke
“Bambu, Emas yang Tak tergali”
Bambu dapat tumbuh dan berkembang hampir
diseluruh daerah di Indonesia. Kecepatan tumbuh dan kembang bambu ini juga yang
menjadikannya sebagai material yang menarik. Di Indonesia terdapat sekitar 159
spesies bambu yang bisa ditemukan. Masyarakat Indonesia mengenal bambu sudah
sejak lama. Kegunaan bambu pun bisa dikatakan beragam dan berubah-ubah setiap
jamannya. Penggunaan bambu tidak pernah bisa lepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Bambu digunakan mulai dari peralatan dapur hingga sebagai material
pengganti kayu konstruksi, bahkan kita juga mengenal istilah “bambu runcing”
sebagai senjata perang melawan penjajah.
Namun hingga saat ini impresi bambu sebagai material yang berkaitan dengan kemiskinan masih tertanam didalam pemikiran sebagian besar masyarakat Indonesia meskipun bambu mempunyai banyak nilai-nilai lain. Padahal bambu sebagaimana ia fleksibel secara karakter materialnya, juga dapat menjadi fleksibel untuk berbagai kalangan masyarakat, dari yang dikatakan miskin hingga kalangangan yang dikatakan elit.
Namun hingga saat ini impresi bambu sebagai material yang berkaitan dengan kemiskinan masih tertanam didalam pemikiran sebagian besar masyarakat Indonesia meskipun bambu mempunyai banyak nilai-nilai lain. Padahal bambu sebagaimana ia fleksibel secara karakter materialnya, juga dapat menjadi fleksibel untuk berbagai kalangan masyarakat, dari yang dikatakan miskin hingga kalangangan yang dikatakan elit.
Salam,
Petra &
Maxy
Tentang Petra dan
Maxy :
Petra Zacharias lahir di Jakarta bulan Oktober 1990. Menyelesaikan SMA
dan melanjutkan kuliah Arsitektur di Universitas Gadjah Mada pada tahun
2008-2013. Tahun 2011 bergabung dengan CV.Wasnadipta di Yogyakarta sebagai
arsitek magang. Mendapatkan juara 2 pada kompetisi “Karangwaru Eco-Park” tahun
2012. Pada tahun 2013 pergi ke Bali untuk belajar tentang bamboo di IBUKU
(Pt.Bamboo Pure). Pada Oktober 2016 memenangkan kompetisi “Bamboo Biennale”
dalam kategori furnitur bersama tim (maxy dan putri) dan berpartisipasi dalam
Bamboo Biennale 2016 Furniture Exhibition di Solo.
Maxy Tumangke, Lahir di Palopo tahun 1990, besar di
Toraja dan menyelesaikan Pendidikan Arsitektur di Universitas Kristen Duta
Wacana pada tahun 2012. Tahun 2011 bersama HRC Jogjakarta (Housing Resource
Centre) terlibat dalam proses perancangan dan pembangunan Shelter bagi korban
bencana Merapi di desa Banjarsari DIY, pada tahun yang sama terlibat dalam tim
penulis Buku "Aura dan Rinupa, berdialog dengan kayu, bambu dan
batu". Pembicara pada lnternational Conference I3th SENVAR and 2nd
CONVEEESH "synergizing Local Efforts in Fighting Global Crisis" November
2012. Tahun 2013 bergabung dengan team IBUKU design sebagai Arsitek sampai
sekarang.
English Version
Bamboo, the Un-dig
Gold
Bamboo can
grow almost in all places in Indonesia. The growth rate of bamboo makes it an
interesting material. In Indonesia we can find around 159 species of bamboo.
People of Indonesia have already known bamboo since long time ago. The use of
bamboo is also various and changes each time. Bamboo is always related to daily
life of Indonesian people. It has been used as kitchen utensil, construction
material to replace woods and also we have heard about “bambu runcing” as the
weapon during our independence war. Even though bamboo has a lot of values, it
has still been seen by most of Indonesian people as material only for the poor.
Bamboo as we know it by its flexibility as a material, can also be “flexible”
to all layers of people, from the very poor people to the very very rich
people.
Regards,
Petra &
Maxy
About Petra and Maxy:
Petra Zacharias was born in Jakarta October 1990. I graduated from
high school and studied architecture at Gadjah Mada University on 2008-2013.
Tahun 2011 joined CV.Wasnadipta in Yogyakarta for part time architect. Got 2nd
place for “Karangwaru Eco-Park Competition” on 2012. On 2013 went to Bali to
learn about bamboo at IBUKU (Pt. Bamboo Pure). On 2016, won “Bamboo Biennale
Competition” in the furniture category with the team (maxy and putri) and
participated on Bamboo Biennale 2016 Furniture Exhibition in Solo.
Maxy Tumangke was born in Palopo in the year of 1990, grew up in
Toraja and got the bachelor of architecture in UKDW on 2012. On the year of
2011alongside with HRC Yogyakarta (Housing Resource Center) involved in
designing and building shelters for victims of Merapi Volcano in desa
Banjarsari, Yogya. At the same year joined the team to publish the book, “Aura
dan Rinupa, berdialog dengan kayu, bamboo dan batu”. Being one of the speaker
in the International Conference 13th SENVAF and 2nd
CONVEEESH “Synergizing Local Efforts in Fighting Global Crisis” on November
2012. Joined IBUKU design team as an architect until now.
No comments:
Post a Comment