Presenter : Azriansyah Ithakari |
Malam ini kita bertemu untuk berdiskusi lagi bersama Azri
di roof top Popo Danes. Presentasi dari Azri dimulai dengan pemaknaan akan 'kursi'
yang ditanyakan kepada para penonton. Contoh 'kursi' merupakan pendekatan Azri
untuk memasuki pengertian akan 'objek' yang
akan dibahas lebih lanjut. Korelasi antara kursi ini membawa penonton untuk
lebih mengkritisi bukan hanya dalam hal fungsional tapi juga kaitannya dengan
konteks keberadaan objek tersebut.
Pendekatan ini digunakan untuk melihat banyaknya persepsi
yang sebenarnya hadir di tiap benak pengguna dalam hal ini manusia terhadap
satu objek. Projek yang kemudian di contohkan oleh Azri adalah Alternative Helicopter. Projek ini
merupakan projek kerjasama antara Mahasiswa Arsitektur Universitas Indonesia, Chiba University, Kyoto University, dan RIHN (Research Institute Human-Nature).
Tujuan dari projek yang dibawa dalam format workshop ini ingin mengangkat isu kebersihan
kali di daerah Cikini, Jakarta Pusat. Azri dan timnya kemudian berdiskusi lebih
lanjut untuk membahas intalasi temporer yang sesuai untuk dibangun di daerah
sekitar.
Helicopter atau yang dikenal dengan jamban merupakan objek yang
menarik di Cikini. Objek ini merupakan toilet temporer yang mengekspansi daerah
bantaran sungai. Tidak hanya jamban tetapi juga daerah jemuran, tempat menaruh
tanaman, dan ruang domestik masyarakat pun mengekspansi jalanan dan daerah
bantaran sungai. Ide keberdirian Helicopter
dan kecenderungan ekspansi ruang yang kemudian memunculkan objek baru
berupa Alternative Helicopter sebagai
sebuah ruang komunal bagi masyarakat Cikini di atas sungai. Ruang atas sungai
merupakan ekspansi ruang yang digunakan terkait dengan padatnya bangunan
sekitar. Hasilnya, sebuah jembatan dan ayunan menjadi objek yang kemudian hadir
di atas sebuah sungai tersebut. Objek yang hadir dari hasil diskusi dan riset
dengan penduduk sekitar ini menjadi sebuah interaksi yang memunculkan beragam
persepsi. Dari sinilah kemudian Azri melihat adanya hubungan antara Objek dan
operasi yang berlaku terhadap objek itu sehingga memunculkan persepsi dari
pengguna.
Presentation session |
Azri kemudian memberikan contoh lainnya yaitu Toilet Garden di Ichihara, Jepang yang
di desain saat berkesempatan magang di Sou Fujimoto. Projek ini menggunakan
pendekatan metode inside-outside
sehingga menghasilkan bentukan desain yang cukup unik. Toilet hadir dikhususkan
untuk wanita untuk mendapatkan pengalam ruang yang berbeda dengan toilet pada
biasanya. Toilet Garden dibangun pada
area yang cukup luas dengan tetap mempertahankan konteks natural di sekitarnya.
Ukuran toilet 2x2m dikelilingi oleh area
hijau dengan pagar setinggi 2m untuk keamanan dan privasi.
Keterkaitan dua objek ini adalah keberadaan sebuah objek
tunggal yang kemudian dioperasikan dengan caranya tersendiri dan menghadirkan
persepsi yang unik dan beragam dari penggunanya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang
cukup padat dari para penonton. Salah satunya dari Bisma (Univeritas Marwadewa)
dengan pertanyaan yang terkait tentang pemilihan lokasi di daerah sub-urban yang sebenarnya masih alami
dibanding dengan di kota dimana masyarakat lebih membutuhkan tempat relaksasi.
Pertanyaan ini ditanggapi oleh Azri dengan fakta bahwa daerah kota semisal
Tokyo memiliki harga lahan yang tinggi. Selain itu, projek ini juga hadir karena
inisiatif dari pemerintah setempat. Terkait
akan konteks wilayah, menjadi sangat aneh apabila toilet di tempatkan di ruang
yang padat. Kontras yang terjadi akan membuat ide inside-out kurang tersampaikan.
Pertanyaan kedua datang dari Nano (Universitas Udayana)
terkait akan pengguna toilet yang dikhususkan untuk wanita saja. Azri
menanggapi dengan penjelasan bahwa wanita memiliki tingkat privasi yang tinggi
dengan kegiatan yang dilakukan di toilet. Sehingga, kesempatan untuk
berinteraksi dengan alam saat berkegiatan di toilet sangatlah jarang. Untuk
itu, toilet ini hadir memberikan kesempatan tersebut kepada para wanita.
Pertanyaan ketiga datang dari Ryan (Arsitek di Airmas
Asri Bali) terkait akan kelebihan dan kekurangan dari metode yang dipakai dalam
Alternative Helicopter serta contoh
arsitek yang menerapkan metode serupa dalam bangunannya. Azri kemudian
memberikan kekurangan akan metode yakni terkait dengan jangka waktu yang
terlalu singkat untuk meneliti perilaku dan persepsi masyarakat Cikini. Arsitek
Alejandro Aravena merupakan salah
satu contoh arsitek yang mnerapkan metode serupa dalam projek Quita Monroy di Chile.
Pertanyaan keempat datang dari Setia (Universitas
Warmadewa) yakni kemungkinan Toilet
Garden diterapkan di Indonesia khususnya Bali. Azri menanggapi dengan
mengedepankan isu kontekstualitas bahwa tidak semuanya akan tepat dapat
diterima oleh konteksnya masing-masing. Konsep mungkin bisa serupa namun desain
kembali pada pengguna sekitar, perilaku, dan konteks wilayah.
Pertanyaan
kelima datang dari Kika (Arsitek di Popo Danes) yakni mengkritisi akan isu keamanan
terkait projek Alternative Helicopter.
Azri kemudian memberikan contoh video TEDx California Gever Tulley:
5 dangerous things you should let
your kids. Video ini menjadi gambaran bahwa
dengan memberikan kesempatan anak untuk mempelajari hal-hal berbahaya sedari dini, mereka akan tahu
cara mengatasinya. Alternative helicopter
memang tidak dibuat dengan keamanan yang berlebih, namun keberadaan dan cara
menggunakannya sudah dipikirkan secara teknis dengan matang.
The Audience |
Dari diskusi yang hangat di malam hari ini, bahasan akan objek
dan operasinya ini menjadi sebuah metode yang kemudian dapat dikembangkan dan
berguna bagi para desainer untuk kembali melihat sebuah objek yang terdesain
tidak hanya dari satu sudut pandang saja dan pendekatan yang umum namun dapat
lebih dalam terkait konteks dan persepsi pengguna yang diinginkan. Dengan itu, objek yang hadir akan lebih
beragam dan memberikan pilihan bagi penguna dalam persepsinya masing-masing.
No comments:
Post a Comment