Pada malam yang
dingin ini, dihadiri sekitar 50 orang audiens, seorang arsitek muda asal
Spanyol, Enrique Fernandez yang bercerita tentang kegiatan berarsitekturnya. Dimulai
dari masa kuliah, ia bercerita bagaimana awal pembelajarannya sebagai seorang
arsitek, yaitu menggambar. Bagaimana dia belajar menggambar sebagai seorang
seniman. Tidak hanya menggambar objek bangunan, tapi juga menggambar objek
makhluk hidup dan bagaimana mereka bergerak.
Enrique Fernandez |
Enrique juga menceritakan
beberapa proyek studio selama kuliah. Berbeda dengan kebanyakan mahasiswa lainnya yang lebih mementingkan hasil
dibandingkan proses desainnya. Enrique bercerita bagaimana setiap tahap dari
desainnya, dari konsep awal, pemilihan bentuk, material dan struktur sehingga
setiap proyek studionya merupakan proyek yang siap bangun. Tak hanya imajinasi
dan kreativitas seorang mahasiswa arsitektur semata. Menurut Enrique,
pengalamannya dalam mengerjakan proyek studio ini membantu proses evolusi ide
dan cara berpikirnya.
Enrique juga
bercerita tentang salah satu proyek kompetisi yang pernah diikutinya, yaitu Paris Market Laboratory. Kompetisi ini
bertujuan untuk menggabungkan 3 restoran yang berbeda ke dalam sebuah bangunan
di tengah kota Paris. Hasil desain Enrique dan teman – temannya ini berhasil
memasuki final kompetisi.
Akhirnya
Enrique bercerita tentang tugas akhirnya yaitu “Train – Bus Exchange Station” di Aranjuez, Spanyol. Alasan Enrique memilih
tema interchange station karena
Enrique suka menghubungkan titik – titik utama dalam jaringan transportasi
sehingga memudahkan akses orang – orang. Hal ini jugalah yang menyebabkan
perkembangan kota lebih rapi dan terorganisasi.
Audiens AUB3 #27 |
Acara pun
berlanjut ke sesi diskusi. Penanya pertama adalah Wira. Wira bertanya bagaimana
pendapat Enrique tentang arsitektur Indonesia khusus Bali. Karena Wira
berpendapat bahwa gaya arsitektur milik Enrique sangat dinamis dan modern yang
tentu berbeda dengan arsitektur Indonesia khususnya Bali. Enrique pun menjawab
bahwa arsitektur Indonesia sangat kompleks karena dipengaruhi kebudayaan masing
– masing. Hal ini tentu berbeda dibandingkan dengan arsitektur Spanyol. Setelah
beberapa bulan bekerja di Bali, hal ini pun mempengaruhi pola pikir Enrique. Enrique
lambat laun belajar gaya arsitektur yang berbeda dan tentu saja ini akan berpengaruh
terhadap evolusi idenya.
Penanya kedua
adalah Lisana, seorang mahasiswi dari Bandung. Lisana bertanya tentang hubungan
antara mahasiswa dan dosen di universitas Spanyol. Enrique menjawab bahwa
setiap dosen memiliki keahliannya masing – masing dan setiap mahasiswa dapat
berdiskusi dengan bebas kepada dosen – dosen yang diinginkannya dalam membantu
proyek kuliahnya. Lisana juga bertanya apakah ada mahasiswa arsitektur disana
yang tidak dapat menggambar dan bagaimana cara mereka belajar menggambar.
Enrique menjawab bahwa tidak semua mahasiswa dapat menggambar dengan baik. Jadi
ada pendekatan yang berbeda untuk setiap mahasiswa.
Salah Satu Penanya, Lisana |
Enrique pun
mengakhiri ceritanya dengan menjelaskan sistem transportasi di Madrid, Spanyol.
Jalan – jalan di Madrid itu lebih terorganisasi sehingga perkembangan kota
Madrid pun lebih tertata. Selama di Bali, Enrique merasa bahwa sistem
transportasi lebih berantakan karena kebanyakan jalan tidak terhubung. Hal ini
juga menyebabkan perkembangan kota di Bali menjadi berantakan dan tidak
terkontrol. Berdasarkan hal ini, Enrique berharap bahwa pengalamannya dapat
menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment