“Arsitek, Si
Tukang Pencari Masalah…”
Dirga, Presenter AUB3 #31 |
Di
malam yang panas ini, AUB3 edisi ke-31 menghadirkan seorang arsitek muda dari
Ubud hobinya mencari
masalah, Dirga. Bagi Dirga, masalah adalah sebuah awalan bagi seorang
arsitek sebelum mulai merancang. Mengapa? Karena hal itu akan kembali ke
konsep. Konsep merupakan ‘alat’ yang berfungsi untuk memecahkan masalah. Ketika
permasalahan sudah ditemukan, maka rancangan akan berorientasi untuk memecahkan
masalah tersebut melalui ide – ide kreatif (yang nantinya akan disebut sebagai
‘konsep’).
Dirga berbagi pengalamannya
dalam penerapan suatu konsep dalam perancangan arsitektur melalui 3 objek,
yaitu: sayembara, proyek nyata dan tugas kuliah. Dirga bercerita tentang 2
sayembara yang diikutinya. Pertama adalah sayembara Local Green Architecture in
Urban Space yang meraih juara pertama. Konsep desain yang dipilih adalah “aero
open house” berdasarkan 3 rumusan masalah utama, yaitu: sirkulasi udara,
peresapan air dan ruang terbuka hijau. Sayembara kedua adalah Penataan Kompleks
HKBP Sudirman Medan dan berhasil meraih juara kedua. Konsep desainnya adalah
“rumah Tuhan”.
Dirga kemudian melanjutkan
ceritanya tentang proyek yang pernah dilakukannya. Proyek pertama adalah
Pandawa Villas yang merupakan proyek pertama Dirga setelah lulus S1. Pandawa
Villas ini pernah dipublikasikan dalam beberapa majalah, salah satunya
“Indonesia Design”. Permasalahan utama dalam proyek ini adalah permintaan klien
untuk memadukan arsitektur Bali dan India, yang akhirnya oleh Dirga dipecahkan
dengan konsep “Pandawa”. Proyek kedua adalah Masterplan Kawasan Wenarawana
Monkey Forest Ubud, dimana masalahnya adalah menata eksisting dengan konsep Tri
Mandala. Selain itu, Dirga juga menjelaskan 2 proyek tugas kuliahnya, yaitu
Multi Mix Used Development: Penataan Kawasan Palaguna Bandung dan Perancangan
Pusat Pertunjukan Kesenian Ubud dengan Konsep Genius Loci.
Menutup ceritanya, Dirga
berkata bahwa dari ketiga proses, yaitu: pencarian masalah, konsep dan
perancangan, pada proses pencarian masalah dibutuhkan waktu yang lama karena
cara kita memandang masalah bisa menentukan konsep yang berbeda pula. Dirga
juga menyimpulkan perbedaan dari ketiga objek tersebut dalam proses penjabaran
masalah, konsep dan rancangan. Pada sayembara, proses penjabaran masalah,
konsep dan rancangan sesuai dengan keinginan arsitek karena jarang (atau tidak
ada) interaksi antara arsitek dengan klien (proses interaksi kurang nyata).
Pada proyek, ketiga proses itu dapat dipengaruhi oleh klien sehingga proses
interaksi yang dirasakan itu nyata. Sedangkan pada tugas kuliah, ketiga proses
itu berjalan benar atau dipantau oleh ahli, klien hanya perumpamaan yang
biasanya mengacu pada bimbingan dosen sehingga proses interaksi kurang nyata.
Audiens pada AUB3 #31 |
Acara pun dilanjutkan dengan
sesi diskusi. Errik sebagai perespon pertama, tertarik dengan sayembara Gereja
HKBP dengan konsep terbukanya. Errik mengambil pikiran Romo Mangun tentang
konsep rumah ibadah yang sesuai di Indonesia, karena dia melihat bahwa bentuk
gereja kebanyakan sangat tertutup. Seperti pada karya Dirga, bahwa konsep
terbuka hanya diterapkan pada kaca atau bukaannya saja dan selebihnya tertutup.
Penanya kedua adalah Andri
yang bertanya apakah budget itu termasuk dalam masalah desain. Dirga menanggapi
bahwa budget merupakan masalah sekunder yang bisa dipecahkan dengan desain.
Sebenarnya budget itu bukan masalah yang harus diangkat tetapi menjadi sebuah
keharusan dalam desain. Selain itu, Andri juga ikut menanggapi pendapat Errik
tentang sayembara gereja. Menurut Andri, kita sebagai arsitek berusaha
menemukan desain yang terbaik, walaupun itu mungkin belum tentu benar bagi
orang lain. Dirga juga ikut menanggapi bahwa rumah Tuhan itu pasti berfilosofi
Tuhan, dan Tuhan itu tergantung kepercayaan setiap individu. Jadi, setiap
kepercayaan memiliki aplikasinya sendiri dalam rumah ibadahnya dan tidak
semuanya bisa diaplikasikan dalam rumah ibadah agama lain.
Para Penanya: Errik dan Andri |
Menutup AUB3 edisi ke-31 ini,
Dirga berbagi tips untuk memilah masalah – masalah yang ditemukan menjadi isu –
isu pokok dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Hal itu tergantung
bagaimana pendekatannya sehingga muncul batasan masalah. Masalah – masalah yang
diangkat itu tergantung dari cara pandang arsiteknya. Menurut Dirga, masalah
yang kuat adalah masalah yag kuat logikanya sehingga masalah itu dapat
dipecahkan dengan desain. Karena
bagi Dirga, konsep rancangan dapat dinilai dari bagaimana arsitek menyikapi suatu
permasalahan dengan karakter dan gayanya sendiri.
No comments:
Post a Comment