Idnul sebagai Perwakilan Bali Berkebun, Presenter AUB3 #38 |
Pada
malam ini, giliran Bali Berkebun yang berbagi cerita tentang kegiatan mereka. Idnul
sebagai perwakilan dari Bali Berkebun berbagi sepak terjang komunitas Indonesia
Berkebun, khususnya Bali Berkebun. Indonesia Berkebun yang telah menyebar di
berbagai kota di seluruh Indonesia, akhirnya menginjakkan kakinya di Pulau
Bali. Ridwan Kamil sebagai penggiat Indonesia Berkebun datang ke Bali untuk
mengajak para kawula muda yang peduli terhadap lingkungan. Akhirnya Bali
Berkebun didirikan pada 10 Oktober 2011.
Hal ini didasari pada ketakutan kawula muda Bali terhadap
perkembangan Bali yang cukup pesat. Pariwisata yang diunggulkan pulau ini
menjadi aset pemerintah daerah dan menjadi daya pikat utama para investor lokal
maupun asing untuk menginvestasikan berbagai bisnisnya di pulau ini. Tetapi,
dampak lain dari pembangunan yang sangat cepat itu adalah terbatasnya ruang
terbuka
Urban farming merupakan salah satu konsep yang mengoptimalkan lahan terbatas menjadi lebih produktif dan juga untuk memberikan ketahanan pangan. Bali Berkebun yang merupakan
bagian dari Indonesia Berkebun adalah sebuah komunitas yang menggunakan program
urban farming untuk menyebarkan
semangat positif agar lebih peduli terhadap lingkungan perkotaan. Dengan
menerapkan 3 konsep, yaitu: ekologi, edukasi dan ekonomi. Konsep ekologi yaitu
membantu memulihkan lahan yang terbengkalai menjadi lahan yang lebih produktif.
Konsep edukasi yaitu dimana kita bisa belajar mengenal sayuran secara terbuka
dan gratis dan langsung bisa diterapkan. Konsep ekonomi yaitu diharapkan hasil
dari berkebun memiliki nilai ekonomi yang membantu krisis pangan. Dengan adanya
ketiga konsep ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar
melalui peran masyarakat dan komunitas.
Kegiatan Bali Berkebun
sendiri sudah sangat banyak. Selain aktif urban
farming, Bali Berkebun juga aktif sebagai pengisi acara di Bali Spirit
Festival (2012 & 2013). Bali Berkebun juga sering ikut sebagai tim edukasi
untuk mengenalkan cara berkebun yang mudah kepada anak - anak maupun orang
dewasa. Dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan oleh Bali Berkebun.
Sekarang, lebih dari 23 kota
yang telah menjadi jejaring Indonesia Berkebun ikut turut menyebarkan semangat
positif. Indonesia Berkebun mendapatkan penghargaan "Web Heroes" dari Google Inc (2011) dan deklarasi World Urban Farming pada acara Tunza
(2011), serta berbagai macam apresiasi lainnya.
Acara
pun dilanjutkan dengan pembagian bibit bayam, kangkung, kacang panjang kemudian
sesi diskusi. Audiens dengan antusias bertanya tentang bagaimana cara bertanam
bayam dan kangkung yang benar. Luki, mahasiswa dari UNPAR yang tertarik untuk
berkebun, dengan antusias bertanya bagaimana cara berkebun yang baik dan
seberapa banyak intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan kangkung dan bayam
agar dapat tumbuh. Idnul pun menjelaskan bahwa sebagai media tanamnya bisa
menggunakan polybag atau kaleng bekas atau apapun dengan diameter minimal 20 cm
dan 5-10 biji bibit di setiap media tanamnya. Komposisi tanah dan pupuk kandang
1:1 dan tanpa menggunakan pestisida. Media tanam sebaiknya diletakkan di teras
agar tidak terpapar langsung cahaya matahari.
Para Penanya (ki-ka): Luki, Talisa, Nano, Vika |
Penanya
kedua, Talisa yang bertanya tentang kebun yang digunakan oleh Bali Berkebun. Bagaimana
cara penanganan jika kebun yang dipinjami ini berada di lokasi yang tidak cocok
untuk berkebun dan apakah Bali Berkebun pernah mencoba sistem vertikal kultur.
Idnul pun menjawab bahwa jika lokasi tidak memungkinkan untuk ditanam langsung
ke tanah, bisa menggunakan media tanam lain (polybag, kaleng, karung bekas,
dll). Untuk sistem vertikal kultur, Bali Berkebun pernah mencobanya dengan
tanaman hias kecil dengan media tanah teh kotak bekas. Untuk vertikal kultur,
memang hanya bisa jenis tanaman tertentu tapi juga tergantung dengan besarnya
media tanam. Selain itu, Talisa juga bertanya apakah Bali Berkebun juga pernah
mencoba sistem hidroponik. Menurut Talisa, sistem ini lebih mudah dilakukan
dimana saja karena menggunakan media tanam berupa air. Idnul pun menjawab bahwa
sebenarnya sistem hidroponik itu lebih susah dilakukan karena harus memikirkan
sirkulasi air. Tetapi kembali lagi ke kita sendiri, lebih mudah menggunakan
sistem yang mana.
Selanjutnya
ada Nano yang bertanya bagaimana Bali Berkebun mendapatkan bibit tanaman.
Selama ini selain mendapatkan bibit dari pusat (Indonesia Berkebun), bisa juga
didapatkan dari toko pertanian atau dari tanaman yang kita tanam sendiri.
Penanya
keempat, Vika yang menceritakan pengalamannya untuk berkebun pertama kalinya.
Sayuran yang dipilihnya adalah bayam. Vika bercerita bagaimana dia berurusan
dengan gulma yang mengganggu bayamnya. Vika akhirnya bertanya bagaimana cara
mengatasi gulma dan hama yang mengganggu. Idnul menjelaskan bahwa untuk
mengganti penggunaan pestisida bisa digunakan air cabai.
Menutup
acara AUB3 malam ini, Idnul menjelaskan bahwa berkebun sangat mudah dilakukan dan
dapat dilakukan di mana saja. Hal yang terpenting adalah niat. Jadi, mari
berkebun!
Foto Bersama dengan Audiens AUB3 #38 |
No comments:
Post a Comment