Made Arya Adiartha the presenter |
Diskusi dengan arya di area taman Popo Danes di mulai dengan
pengenalan kurikulum dan semester yang Arya ambil selama menempuh Master di University of Minnesota, kemudian Arya
melanjutkan penjelasan dengan memilah masing masing semester dengan contoh studi
kasus proyek yang pernah ditangani selama menempuh semester di University of Minnesota.
Semester pertama dalam presentasi Arya adalah Fall Semester, di semester ini arya
belajar mengenai Sustainable Design
Theory & Practice dan Site &
Water in Sustainable Design, dalam materi Sustainable Design Theory & Practice, Arya memberikan contoh proyek
yang ditangani bersama tim, yakni Howe
School Regenerative Retrofit, dimana Arya dan tim mencoba untuk memasukan
unsur sustainable design ke dalam
design sekolah yang lama, terdapat 3 kategori yang di fokuskan dalam
proyek ini yakni Energy, Food & Water
dan (Re)Skilling,
Dalam hal Energy
pendekatan yang dilakukan adalah mengurangi beban energi bangunan dengan
strategi solar panels dan daylighting, dalam kategori Food & Water, Arya mengidentifikasi
mengenai ruang lingkup aliran makanan dari ruang lingkup yang berbeda yakni bangunan, site dan
regional, dari identifikasi tersebut timbul ide untuk membuat peternakan ayam di dalam sekolah yang bertujuan untuk penyediaan makanan langsung kepada anak anak di sekolah dan sekaligus membuat anak anak bergairah untuk berinteraksi dengan lingkungan dan hewan hewan. Untuk
kategori (Re)Skilling, Arya dan tim
ingin semua orang yang menggunakan fasilitas tersebut baik anak anak, orang
dewasa dan orang tua saling berinteraksi, dengan membuat fasilitas publik seperti
community classroom, library, adventure
playground dan soccer field , hal yang ingin arya dan
tim capai dalam pengkategorian 3 hal tadi adalah memperbaiki kualitas lingkungan dengan mempererat hubungan
manusia dan lingkungan sekitar.
Dalam mata kuliah Site
& Water in Sustainable Design arya belajar bagaimana air mengalir di
dalam sebuah site, contoh yg di ambil Arya adalah Rapson Hall, sekolah arsitektur di universitas minesota, Arya
mengawali dengan identifikasi lokasi dan kondisi tanah sebelum bangunan ada,
hal tersebut dilakukan agar mengetahui tingkat penyerapan tanah pada saat itu,
intinya Arya dan tim ingin infiltrasi air ke tanah kembali saat bangunan belum
ada.
Presentation session |
Semester kedua adalah spring
semester, di semester ini arya belajar mengenai material performance in sustainable design dan energy
and Indoor environmental quality in sustainable design, material performance in
sustainable design mengajarkan bagaimana performa bahan bahan yang kita gunakan dalam bangunan,
sedangkan energy and Indoor environmental
quality in sustainable design, adalah mata kuliah wajib terakhir yang Arya
ambil yang memperkenalkan bagaimana cara menganalisa kualitas indoor dalam
sebuah bangunan.
Selain mata kuliah wajib, arya juga mengambil mata kuliah
pilihan, salah satu yang diambil oleh Arya merupakan mata kuliah yang teorinya
diluar jalur arsitektur yakni Toy Product
Design, dalam kelas ini Arya bekerja sama dengan klien Manhattan Toys, sebuah pabrik mainan di Minneapolis, dimana Arya mendisain mainan untuk anak anak usia 10
tahun ke bawah, pada saat itu arya mendisain sebuah mainan ramah lingkungan, Arya
membuat mainan yang disebut Marble Run
menggunakan bahan bahan yang dapat di daur ulang seperti kaleng dan botol aqua,
di dalam sketch desain Marble Run Arya
menggunakan bahan kardus, kaleng dan gulungan tisu toilet serta botol plastik,
setelah membuat sketch, dilanjutkan pembuatan prototype dengan 3d printer untuk membuat konektor mainan, setelah itu
prototype di presentasikan kehadapan
klien dan keluarga serta anak anak yang di sebut pleasanttation, pleasanttation
merupakan cara membuat presentasi yang menarik bagi anak anak, Arya dan tim termasuk
tim yg beruntung, karena hak paten Marble
Run di beli Manhatan Toys, dan
berencana akan di produksi.
Di akhir presentasi arya berbagi pengalaman setelah lulus
program master, Arya mendapat kesempatan magang di Walt Disney selama 3 bulan, pada tahun 2012, arya bersama 3 teman
nya mendaftar kompetisi untuk mendisain wahana Walt Disney, desain Arya bersama tim berhasil masuk ke dalam finalis 6 besar dari 187
karya yang masuk dari negara Amerika. Berkat keberhasilan di kompetisi ini,
Arya berhasil mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Walt Disney Imagineering Summer Internship.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari
para penonton. Pertanyaan pertama datang dari Aditya (Universitas Udayana), pertanyaan
Aditya terkait dengan bagaimana cara Arya untuk bisa mendapatkan kesempatan
belajar ke amerika dan bagaimana perbedaan pendidikan di indonesia dan USA
serta bagaimana rencana arya saat ini setelah lulus dari Minnesota.
Arya menanggapi dengan bercerita pada saat Arya mendaftar
beasiswa Fullbright untuk program master, Fullbright merupakan beasiswa
kerjasama Indonesia dengan Amerika, setelah mendaftar, arya mengikuti tes
seleksi administrasi dan tes wawancara, tes wawancara di lakukan Arya dengan
lancar, sehingga kesempatan Arya pada saat itu sudah 90% untuk dapat berangkat
ke Amerika.
Menurut Arya terdapat perbedaan yang signifikan dari segi
akademis, budaya dan iklim, dari segi akademisi, kelas master di USA merupakan
kelas seminar, fokus dari kegiatan kelas adalah diskusi, dimana mahasiswa nya
aktif bertanya dan berdiskusi, sehingga mahasiswa dinilai dari keaktifan nya
dalam berdiskusi. Mengenai rencana kedepan, Arya menemukan kesulitan mencari
tempat kerja di Indonesia yang dapat
mengoptimalkan skill arya yang di peroleh selama menempuh pendidikan di U.S,
maka dari itu Arya berencana tahun depan untuk kembali ke U.S untuk dapat
melanjutkan program magang.
Aditya (Universitas Udayana) kembali bertanya, kali ini mengenai
perbedaan dalam merancang bangunan dan mainan.
Menurut Arya lebih menyenangkan mendisain mainan, namun
tingkat kesulitan nya sama, karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan, tujuan
Arya mengambil mata kuliah Toy Design adalah
Arya ingin melihat konsep desain dari segi produk desain, hal ini secara tidak
langusng membantu arya dalam hal konsep desain karena secara langsung Arya
mengalami hands on experience, yaitu
arya langsung membuat produk yg dapat langsung digunakan.
Pertanyaan kedua datang dari Tita (Arsitek di Popo Danes),
yakni menanyakan permasalahan penggunaan air hujan, bagaimana yakin akan
penggunaan 100% air hujan dalam bangunan tanpa mengandalkan PAM, serta dari
segi teknologi material, material sustainable apa yang cocok dapat digunakan di
Indonesia
Arya menanggapi dengan harus mencari data curah hujan
yang tepat, serta dengan pembagian penggunaan air hujan 23% untuk hardscaping,
32% untuk landscaping, 45%untuk green roof, dan 45% ini masuk kedalam
penampungan yang akan cukup digunakan selama setahun, dan untuk fasilitas WC,
disarankan menggunakan low flow yang
menggunakan sedikit air. Pertanyaan kedua dari Tita ditanggapi Arya dengan
pendapat bahwa bahan bahan traditional sudah sangat bagus di gunakan di
Indonesia, tetapi ada beberapa teknologi
bahan bahan yg canggih dan bisa dipadupadankan, salah satunya adalah aluminium
yang bisa bereaksi terhadap panas dan cahaya serta gerakan, dan teknologi seperti
itu menurut Arya dapat di gunakan untuk tirai bangunan di Indonesia.
Pertanyaan Ketiga datang dari Pande (Universitas Udayana),
Pande bertanya mengenai bagaimana sebagai arsitek, merancang Sustainable Design yang bisa diterima
dari segi ekonomi, karena penerapan teknologi sustainable tergolong sangat mahal,
lalu Pande juga bertanya mengenai apakah ada teori sustainable design yg sudah
di aplikasikan Arya selama magang bersama Walt
Disney.
Arya kemudian berpendapat bahwa masih banyak pandangan
skeptis karena teknologi sustainable tergolong sangat mahal, dan Arya berharap
semoga dengan perkembangan teknologi, bisa menjadi lebih murah. Mengenai teori Sustainable Design selama magang bersama
Walt Disney, Arya berpendapat bahwa tidak ada yang diterapkan selama magang bersama
Walt Disney, karena konsep Sustainable Design
susah untuk diterapkan kedalam bangunan yang fungsi nya hiburan.
The Audience |
Diskusi kali ini ditutup dengan kesimpulan dari Arya yang
menyarankan rekan rekan untuk pergi travelling
sesering mungkin agar pandangan kita lebih terbuka, dan apabila memperoleh kesempatan
untuk kuliah di luar negeri, Arya meyakinkan untuk langsung mengambilnya dan
jangan ragu. Arya juga berkesimpulan bahwa Sustainable
merupakan bidang yang sangat menarik dan sangat membantu kita sebagai arsitek
untuk mempererat hubungan kita dengan lingkungan, tetapi penerapan nya cukup sulit
dan rumit, sehingga susah untuk menerapkan teknologi sustainable design yang
murah.
No comments:
Post a Comment