Saturday, December 7, 2013

Post Event Release: Architects Under Big 3 #44 Ronaldiaz Hartantyo


Ronaldiaz Hartyanto the presenter


Diskusi hangat di area taman Popo Danes Architect kali ini diawali Ronaldiaz dengan penjelasan mengapa Agritektur bisa ada, Agritektur adalah kepanjangan dari agrikultur dan arsitektur, bermula dari pengalaman Ronaldiaz dengan ayahnya yang mengunjungi sebuah lahan kosong di daerah lembang Bandung, dan ayah Ronaldiaz terkejut, biji durian 6 bulan yang lalu dia buang disana ternyata tumbuh menjadi pohon durian, dari sana Ronaldiaz mengalamai perubahan mindset dimana dulu sebagai seorang Arsitek berpikir sepetak tanah bila dibuat perkerasan dan dibersihkan dapat dijual, akan tetapi hal tersebut akhirnya membuat tanah tersebut tidak produktif karena infrastruktur yang dibangun di atasnya, namun apabila tanah tersebut dijadikan tanah produktif dengan ditanami oleh petani, hasilnya adalah dapat mengurangi tingkat import Indonesia di bahan pangan, seperti singkong, kedelai, beras, kentang, jagung, gandum dan garam, dimana bahan pangan tersebut dapat dengan mudah diperoleh di dalam Indonesia.


Menurut Ronaldiaz, tanah menjadi tidak produktif dengan bermula pemberdayaan sebuah desa dengan membangun jalan, lambat laun terjadi perkembangan infrastruktur lain nya di sekitar jalan sehingga terjadilah konversi lahan produktif menjadi tidak produktif. Konversi lahan yang menghabiskan lahan produktif tadi menyebabkan petani yang awalnya memiliki tanah untuk berproduksi kini tidak memiliki pekerjaan lagi dan terjadilah urbanisasi,  lalu menyebabkan kemiskinan dan kelaparan di kota kota besar, dari sini Ronaldiaz dan timnya ingin meningkatkan kepercayaan diri dan kebangaan berprofesi sebagai Petani, dengan membuat sebuah toko yang disebut Agritektur, sebuah ide pasar Zero Waste System untuk memperpendek jarak antara konsumen dengan petani. Mewadahi petani  lokal untuk masuk ke pasar ini dan konsumen bisa mendapatkan harga bahan yang lebih murah,

Agritektur berlandaskan sistem koperasi, dimana agritektur dapat menjembatani antara petani dan kosumen, dan konsumen dapat mengetahui asal bahan pangan nya serta dapat berkontribusi dengan menjadi bagian dari agritektur. Petani bertugas mensuplai bahan pangan dan agritektur melakukan riset untuk inovasi pengolahan bahan pangan tersebut.

Pada akhir tahun 2012, Agritektur sudah memiliki komunitas, dan akhirnya terbentuklah ide untuk mengadakan acara Table to farm, Table to farm yang pertama diadakan di pertanian jamur, dimana mereka membuat 7 jenis makanan jamur, dan kegiatan tersebut di ikuti oleh beberapa komunitas. Pada awalnya anggota di dalam beberapa komunitas tidak mengenal satu sama lain akhirnya dapat berkenalan dikarenakan proses kegiatan memasak dan menyiapkan meja bersama, Ronaldiaz menyebutnya Strangers become Friends.
Acara selanjutnya oleh Agritektur dibentuk dengan system lain, dimana Agritektur ingin membuat konsumen mengetahui dari mana asal bahan pangan yang mereka pilih di dalam pasar , Agritektur ingin memberikan pengalaman tersendiri bagi konsumen dalam acara ini, terdapat pembagian dalam ingredients yang dapat dipilih sendiri oleh konsumen lalu diberikan kepada chef dan akhirnya dapat dimasak, namun menurut Ronaldiaz dalam acara kedua ini, konsep Strangers become Friends kurang terjadi.  Acara Agritektur selanjutnya di adakan dengan konsep Alfresco , share your food, share your story, dimana komunitas yang menghadiri membawa makanan mereka sendiri, sehingga mereka dapat berbagi makanan dan bercerita.

Lambat laun Agritektur terus berkembang, dan akhirnya Agritektur mendapatkan tawaran untuk membuat Farmers Market di daerah Bojong Koneng Bandung, yang diberi nama Parappa (Pasar Para Petani), pada malam hari Parappa menjadi tempat berkumpul dan makan makan, sedangkan pada pagi hari menjadi tempat berjualan sayur, kegiatan lain pada pagi hari yang di adakan di Parapa adalah Yoga, Zumba dan senam untuk para masyarakat sekitar, dengan bertujuan para ibu-ibu yang sudah berolahraga pada pagi hari dapat berbelanja sayur di Parappa.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, pertanyaan pertama datang Azri (arsitek bekerja di GFab) bertanya perihal apakah konsep agrikultur bisa diterapkan ditempat lain, karena konsep ini bermula di Bandung, dimana Bandung  adalah sebuah kota komunitas, apakah bisa di terapkan di tempat terpencil lain seperti Banjarmasin dan lain nya, pertanyaan kedua Azri mengenai siapa pelaku farmers market apakah petani yang langsung menjual produk hasil mereka, atau hanya mendistribusi ke komunitas dan apakah orang komunitas yang menjual produk distribusi dari petani tau dengan baik tentang produk tersebut. Ronaldiaz menanggapi dengan pendapat bahwa setiap daerah terdapat perbedaan komunitas dan produk yang bisa di jual dari petani lokal, sehingga harus banyak melakukan riset untuk mengetahui hal tersebut, perihal farmers market, pada awal nya Ronaldiaz dan tim yang mengambil sendiri dari para petani, dikarenakan pada awalnya para petani belum percaya diri, Ronaldiaz dan tim pada awalnya mendapat penjelasan dari para petani, dan apa yang dijelaskan oleh para petani tentang produknya, dijelaskan kembali kepada konsumen, namun lambat laun akhinya para petani memiliki kemauan untuk datang dan menjelaskan kepada konsumen tentang produk mereka, jadi menurut Ronaldiaz hal ini memang harus dibiasakan, karena petani sekarang sudah banyak macam nya, seperti petani Wine dan petani jenis-jenis Herbs.





Para penanya (ki-ka) : Satya,Mitha,Mosa, Azri
Pertanyaan kedua datang dari Mosa, menurut Mosa , yang menarik dari Agrikultur adalah dasaranya dari komunitas, komunitas dapat bersifat advantages dan disadvantages, menurut Mosa pertanyaan mengenai komunitas yang terpenting adalah What next ?, karena menurut Mosa sering kali suatu komunitas itu terjadi, terlaksana dan bila sudah selesai, komunitas tersebut akan berhenti, hal yang menurut Mosa dapat membuat sebuah komunitas berhenti adalah apabila Founding Father komunitas tersebut meninggal. Inti yang penting dari sebuah komunitas adalah well documented, untuk berjaga jaga bila komunitas tersebut bubar, ada orang lain yang ingin membuat dengan versi yang lain, orang tersebut akan memiliki dokumentasi yang lengkap, dan Mosa berpendapat Agritektur adalah komunitas yang keren. Karena Agritektur memiliki banyak pendokumentasian tentang kegiatannya dari awal. Ronaldiaz menanggapi pendapat Mosa dengan menjelaskan bahwa saat ini Ronaldiaz dan tim sedang konsisten dengan Parapa di Bandung, Ronaldiaz menjelaskan bahwa Agritektur tidak terlalu komunitas karena sebenarnya Agritektur adalah Profit Base, Ronaldiaz percaya bila kegiatan nya tidak menghasilkan maka komunitas nya tidak akan sustain, semua hal yang dilakukan Agritektur adalah bertujuan untuk menghasilkan, namun profit nya digunakan untuk membangun komunitas dan bukan kepentingan pribadi.

Pertanyaan ketiga datang dari Satya (mahasiswa Udayana), Satya berpendapat bahwa konsep Agritektur termasuk jarang, inti pertanyaan Satya adalah apa hubungan yang paling tinggi antara Agrikultur dengan Arsitektur, apakah ada hubungan agrikultur dengan seni mendisain bangunan. Ronaldiaz menanggapi dengan penjelasan kebutuhan manusia adalah sandang, pangan dan papan, Ronaldiaz berpendapat bahwa saat ini kebutuhan Papan mengalahkan kebutuhan Pangan, sebagai Arsitek kita harus berpikir holistik, bukan hanya membangun bangunan, tapi dari ilmu tersebut kita dapat pergunakan untuk membangun hal lain. Ronaldiaz memberikan contoh video mengenai sebuah perusahaan IT di Jepang, dimana di dalam perusahaan tersebut juga dijadikan lahan untuk menanam tanaman bahan pangan didalam pot, didalam video ini menggambarkan suasana kantor yang kaya akan Natural Sun Light dan didalam nya banyak terdapat tanaman, terdapat banyak tomat yang menggantung di atas meeting room, dan banyak tanaman sayuran yang lain, jadi menurut Ronaldiaz, arsitek dapat menyeimbangkan desain nya di bidang agrikultur dengan arsitektur dengan seperti halnya contoh kantor tersebut.

Pertanyaan keempat kembali datang dari Azri (arsitek bekerja di GFab),  Azri bertanya apakah Agrikultur sudah mengembangkan sistim yang mengarahkan manusia agar aware dengan makanan nya sendiri, Ronaldiaz menanggapi dengan  keinginan Agritektur untuk mengembangkan lifestyle bahwa makanan lokal adalah makanan yang keren, karena saat ini banyak orang berpendapat bahwa semakin import adalah semakin bagus, disini dengan Agritektur, Ronaldiaz ingin mengembangkan mindset bahwa semakin lokal adalah semakin bagus.

Pertanyaan keempat kembali datang dari Mitha, Mitha mengajukan pendapat tentang hubungan Agritektur dengan Arsitektur, bahwa kegiatan kegiatan Agritektur membentuk psikologi manusia untuk lebih jauh mengenal bahan pangan yang ditemui sehari hari, dan mencoba mengangkat produk lokal untuk diminati masyarakat

Diskusi kali ini di tutup dengan kesimpulan dari Ronaldiaz yang mengharapkan semoga kita semakin peduli dari mana datangnya makanan yang kita makan, dan inti dari Agritektur itu ingin membantu parta petani lokal untuk mengkampanyekan Eat localy Think Globaly.

The Audience AUB3 #44



No comments:

Post a Comment