Diskusi hangat di area taman Popo Danes Architect kali
ini diawali Ronaldiaz dengan penjelasan mengapa Agritektur bisa ada, Agritektur
adalah kepanjangan dari agrikultur dan arsitektur, bermula dari pengalaman
Ronaldiaz dengan ayahnya yang mengunjungi sebuah lahan kosong
di daerah lembang Bandung, dan ayah Ronaldiaz terkejut, biji durian
6 bulan yang lalu dia buang disana ternyata
tumbuh menjadi pohon durian, dari sana Ronaldiaz mengalamai perubahan mindset dimana dulu sebagai seorang
Arsitek berpikir sepetak tanah bila dibuat perkerasan
dan dibersihkan dapat dijual, akan tetapi hal tersebut akhirnya membuat tanah
tersebut tidak produktif karena infrastruktur yang dibangun di atasnya, namun
apabila tanah tersebut dijadikan tanah produktif dengan ditanami oleh petani,
hasilnya adalah dapat mengurangi tingkat import Indonesia di bahan pangan,
seperti singkong, kedelai, beras, kentang, jagung, gandum dan garam, dimana bahan pangan tersebut dapat
dengan mudah diperoleh di dalam Indonesia.
Menurut Ronaldiaz, tanah menjadi tidak produktif dengan bermula
pemberdayaan sebuah desa dengan membangun jalan, lambat laun terjadi perkembangan
infrastruktur lain nya di sekitar jalan sehingga terjadilah
konversi lahan produktif menjadi tidak produktif. Konversi lahan yang
menghabiskan lahan produktif tadi menyebabkan petani yang awalnya memiliki tanah untuk berproduksi
kini tidak memiliki pekerjaan
lagi dan terjadilah urbanisasi, lalu menyebabkan kemiskinan dan kelaparan
di kota kota besar, dari sini Ronaldiaz dan timnya ingin meningkatkan kepercayaan diri
dan kebangaan berprofesi sebagai Petani, dengan membuat sebuah toko yang
disebut Agritektur, sebuah ide pasar Zero
Waste System untuk memperpendek jarak antara konsumen dengan petani. Mewadahi
petani lokal untuk masuk ke pasar ini
dan konsumen bisa mendapatkan harga bahan yang lebih murah,
Agritektur
berlandaskan sistem koperasi,
dimana agritektur dapat menjembatani antara petani dan kosumen, dan konsumen
dapat mengetahui asal bahan pangan nya serta dapat berkontribusi dengan menjadi
bagian dari agritektur. Petani
bertugas mensuplai bahan pangan dan agritektur melakukan riset untuk inovasi pengolahan
bahan pangan tersebut.
Pada
akhir tahun 2012,
Agritektur sudah memiliki komunitas, dan akhirnya terbentuklah ide untuk
mengadakan acara Table to farm, Table to farm yang pertama diadakan di
pertanian jamur, dimana mereka membuat 7 jenis makanan jamur, dan kegiatan
tersebut di ikuti oleh beberapa komunitas. Pada awalnya anggota di dalam
beberapa komunitas tidak mengenal satu sama lain akhirnya dapat berkenalan
dikarenakan proses
kegiatan memasak dan menyiapkan meja bersama, Ronaldiaz menyebutnya Strangers become Friends.
Acara
selanjutnya oleh Agritektur dibentuk dengan system lain, dimana Agritektur
ingin membuat konsumen mengetahui dari mana asal bahan pangan yang mereka
pilih di dalam pasar , Agritektur ingin memberikan pengalaman tersendiri bagi
konsumen dalam acara ini, terdapat pembagian dalam ingredients yang dapat dipilih sendiri oleh konsumen lalu diberikan
kepada chef dan akhirnya dapat
dimasak, namun menurut Ronaldiaz dalam acara kedua ini, konsep Strangers become Friends kurang terjadi.
Acara Agritektur selanjutnya di adakan
dengan konsep Alfresco , share your food,
share your story, dimana komunitas yang menghadiri membawa makanan mereka
sendiri, sehingga mereka dapat berbagi makanan dan bercerita.
Lambat laun Agritektur
terus berkembang, dan akhirnya Agritektur mendapatkan tawaran untuk membuat Farmers Market di daerah Bojong Koneng Bandung, yang diberi nama
Parappa (Pasar Para
Petani), pada malam hari Parappa
menjadi tempat berkumpul dan makan makan, sedangkan pada pagi hari menjadi tempat
berjualan sayur, kegiatan lain pada pagi hari yang di adakan di Parapa adalah
Yoga, Zumba dan senam untuk para
masyarakat sekitar, dengan bertujuan para ibu-ibu yang sudah berolahraga pada
pagi hari dapat berbelanja sayur di Parappa.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab,
pertanyaan pertama datang Azri (arsitek bekerja di GFab) bertanya perihal
apakah konsep agrikultur bisa diterapkan ditempat lain, karena konsep ini
bermula di Bandung,
dimana Bandung adalah sebuah kota komunitas, apakah bisa di
terapkan di tempat terpencil lain seperti Banjarmasin dan lain nya, pertanyaan
kedua Azri mengenai siapa pelaku farmers
market apakah petani yang langsung menjual produk hasil mereka, atau hanya
mendistribusi ke komunitas dan apakah orang komunitas yang menjual produk
distribusi dari petani tau dengan baik tentang produk tersebut. Ronaldiaz
menanggapi dengan pendapat bahwa setiap daerah terdapat perbedaan komunitas dan
produk yang bisa di jual dari petani lokal, sehingga harus banyak melakukan riset
untuk mengetahui hal tersebut, perihal farmers
market, pada awal nya Ronaldiaz dan tim yang mengambil sendiri dari para
petani, dikarenakan pada awalnya para petani belum percaya diri, Ronaldiaz dan
tim pada awalnya mendapat penjelasan dari para petani, dan apa yang dijelaskan
oleh para petani tentang produknya, dijelaskan kembali kepada konsumen, namun
lambat laun akhinya para petani memiliki kemauan untuk datang dan menjelaskan
kepada konsumen tentang produk mereka, jadi menurut Ronaldiaz hal ini memang
harus dibiasakan, karena petani sekarang sudah banyak macam nya, seperti petani
Wine dan petani jenis-jenis Herbs.
Pertanyaan kedua datang dari Mosa, menurut Mosa , yang
menarik dari Agrikultur adalah dasaranya dari komunitas, komunitas dapat
bersifat advantages dan disadvantages, menurut Mosa pertanyaan
mengenai komunitas yang terpenting adalah What
next ?, karena menurut Mosa sering kali suatu komunitas itu terjadi,
terlaksana dan bila sudah selesai, komunitas tersebut akan berhenti, hal yang menurut
Mosa dapat membuat sebuah komunitas berhenti adalah apabila Founding Father komunitas tersebut
meninggal. Inti yang penting dari sebuah komunitas adalah well documented, untuk berjaga jaga bila komunitas tersebut bubar,
ada orang lain yang ingin membuat dengan versi yang lain, orang tersebut akan
memiliki dokumentasi yang lengkap, dan Mosa berpendapat Agritektur adalah
komunitas yang keren. Karena Agritektur memiliki banyak pendokumentasian
tentang kegiatannya dari awal. Ronaldiaz menanggapi pendapat Mosa dengan
menjelaskan bahwa saat ini Ronaldiaz dan tim sedang konsisten dengan Parapa di
Bandung, Ronaldiaz menjelaskan bahwa Agritektur tidak terlalu komunitas karena sebenarnya
Agritektur adalah Profit Base, Ronaldiaz
percaya bila kegiatan nya tidak menghasilkan maka komunitas nya tidak akan sustain, semua hal yang dilakukan
Agritektur adalah bertujuan untuk menghasilkan, namun profit nya digunakan
untuk membangun komunitas dan bukan kepentingan pribadi.
Pertanyaan ketiga datang dari Satya (mahasiswa Udayana),
Satya berpendapat bahwa konsep Agritektur termasuk jarang, inti pertanyaan
Satya adalah apa hubungan yang paling tinggi antara Agrikultur dengan
Arsitektur, apakah ada hubungan agrikultur dengan seni mendisain bangunan.
Ronaldiaz menanggapi dengan penjelasan kebutuhan manusia adalah sandang, pangan
dan papan, Ronaldiaz berpendapat bahwa saat ini kebutuhan Papan mengalahkan
kebutuhan Pangan, sebagai Arsitek kita harus berpikir holistik, bukan hanya
membangun bangunan, tapi dari ilmu tersebut kita dapat pergunakan untuk
membangun hal lain. Ronaldiaz memberikan contoh video mengenai sebuah perusahaan
IT di Jepang, dimana di dalam perusahaan tersebut juga dijadikan lahan untuk
menanam tanaman bahan pangan didalam pot, didalam video ini menggambarkan
suasana kantor yang kaya akan Natural Sun
Light dan didalam nya banyak terdapat tanaman, terdapat banyak tomat yang
menggantung di atas meeting room, dan banyak tanaman sayuran yang lain, jadi
menurut Ronaldiaz, arsitek dapat menyeimbangkan desain nya di bidang agrikultur
dengan arsitektur dengan seperti halnya contoh kantor tersebut.
Pertanyaan keempat kembali datang dari Azri (arsitek bekerja di GFab), Azri bertanya apakah Agrikultur sudah
mengembangkan sistim yang mengarahkan manusia agar aware dengan makanan nya sendiri, Ronaldiaz menanggapi dengan keinginan Agritektur untuk mengembangkan lifestyle bahwa makanan lokal adalah
makanan yang keren, karena saat ini banyak orang berpendapat bahwa semakin
import adalah semakin bagus, disini dengan Agritektur, Ronaldiaz ingin
mengembangkan mindset bahwa semakin
lokal adalah semakin bagus.
Pertanyaan keempat kembali datang dari Mitha, Mitha mengajukan pendapat tentang hubungan
Agritektur dengan Arsitektur, bahwa kegiatan kegiatan Agritektur membentuk
psikologi manusia untuk lebih jauh mengenal bahan pangan yang ditemui sehari
hari, dan mencoba mengangkat produk lokal untuk diminati masyarakat
Diskusi kali ini di tutup dengan kesimpulan dari
Ronaldiaz yang mengharapkan semoga kita semakin peduli dari mana datangnya
makanan yang kita makan, dan inti dari Agritektur itu ingin membantu
parta petani lokal untuk
mengkampanyekan Eat localy Think Globaly.
The Audience AUB3 #44 |
No comments:
Post a Comment