Monday, February 10, 2014

Post Event Release : Architects Under Big 3 #46 I Gusti Ngurah Pramandha W


The Presenter : IGN Pramandha W
Diskusi di Danes Art Veranda bersama Rah Ade malam ini di mulai dengan cerita mengenai pengalaman Rah Ade sebelum memulai karir sebagai Freelance Architect, Rah Ade menjelaskan bahwa Rah Ade menempuh pendidikan S1 dimulai dari tahun 2006 dan lulus pada 2010, semenjak saat itu pada tahun 2010 hingga 2012 Rah Ade memulai karir di sebuah konsultan Arsitektur di denpasar, proyek proyek yang di tangani Rah Ade seperti vila, hotel, rumah tinggal dan hospitality, selama bekerja di perusahaan ini Rah Ade mendapat pembelajaran mengenai bagaimana profesi arsitek itu sendiri dan bagaimana figur seorang arsitek serta cara menangani klien. Pertengahan 2012 Rah Ade memutuskan untuk resign dan ingin mencoba melihat arsitektur dari sudut pandang yang berbeda, maka dari itu Rah Ade selanjutnya memilih untuk bekerja di sebuah konsultan asing, tepatnya konsultan Landscape Australia yang terletak di Tanah Lot, selama bekerja Rah Ade tidak merasakan kecocokan mengenai bidang yang di tangani dalam pekerjaan nya di konsultan ini, maka dari itu setelah 3 minggu bekerja, Rah Ade memutuskan untuk resign, 2 bulan setelah resign Rah Ade mendapatkan panggilan untuk melakukan interview di sebuah konsultan asing, namun sebelum melakukan wawancara, Rah Ade di berikan kesempatan untuk berkeliling melihat studio tempat nya akan bekerja, selama berkeliling Rah Ade merasa seperti kembali ke masa masa awal nya bekerja dan lulus kuliah, Rah Ade merasa seperti jalan di tempat dan keinginan nya untuk bekerja di perusahaan tersebut hilang seketika, dan Rah Ade pun menolak secara halus kesempatannya untuk bekerja di konsultan asing tersebut, dan memutuskan untuk tidak lagi mencari lapangan pekerjaan dan memulai karir sebagai arsitek freelance.

 
Rah Ade merangkum sendiri beberapa tahap yang harus Rah Ade jalani sendiri untuk membuka peluang bagi dirinya sendiri sebagai freelancer, tahap awal yang Rah Ade lakukan adalah “Membuat Brand” , Rah Ade memulai dengan mendirikan studio kecil tanpa badan hukum dengan nama Yama Architect, Rah Ade melakukan semuanya sendiri pada tahap ini, yakni melakukan gambar arsitektur, drafting dan meeting, namun ada beberapa kali Rah Ade menggunakan bantuan dari outsource, Rah Ade melakukan semuanya seorang diri dengan tujuan untuk dapat memperkenalkan brand nya sendiri dengan baik kepada pihak pihak yang terkait dengan arsitektur, Rah Ade juga menyebarkan kartu nama kepada supplier material dengan memanfaatkan even seperti Indo Built Tech serta BCI Asia dan dari sana Rah Ade mulai di kenal dan mendapat pengetahuan tentang material melalui tawaran pengenalan produk material yang dilakukan oleh produsen.

Tahap kedua yang Rah Ade lakukan adalah “Ber- Mitra dengan instansi arsitektur lain”, tidak semua pekerjaan yang Rah Ade terima datang langsung dari klien, sebagian pekerjaan datang dari instansi lain seperti developer, kontraktor atau konsultan lain. Beberpa proyek pertama Rah Ade datang dari kontraktor yang membutuhkan jasa gambar Arsitektur. Walaupun Rah Ade bekerja dengan instansi lain, Rah Ade tetap maju dengan brand nya sendiri sebagai Yama Architect, sehingga hak desain tetap menjadi hak milik Yama Architect. Rah Ade juga ikut bergabung dalam keanggotaan IAI agar dapat menambah relasi teman teman arsitek lainnya. 

Tahap ketiga yang Rah Ade anggap penting untuk berkarir sebagai freelance architect adalah “pentingnya rasa percaya diri”, menurut Rah Ade percaya diri penting bagi kita sebagai arsitek, terutama ketika kita sebagai arsitek muda yang memimpin di lapangan kemudian orang akan men judge kita karena masih muda berarti pengalaman masih kurang dan akhirnya di remehkan. Menurut Rah Ade rasa percaya diri cenderung meningkat sejalan dengan banyaknya pekerjaan yang telah di selesaikan, selama ini Rah Ade selalu tampil dengan apa adanya dan konsisten, dan juga menurut Rah Ade sedikit idealis dan sok tau mungkin juga perlu.

Tahap ke empat adalah “ketahui seberapa besar harga kemampuan kita”, Rah Ade bercerita bahwa Rah Ade pernah mengalami kehilangan klien karena harga yang diberikan terlalu tinggi, sehingga mulai sekarang Rah Ade menentukan harga berdasarkan kemampuan klien, Rah Ade berusaha untuk mengenal terlebih dahulu siapa klien nya, dan dengan mempelajari hal tersebut Rah Ade tau tindakan yang harus di ambil selanjutnya, apakah menggunakan harga standart atau memberikan harga yang lebih rendah dari harga standart, serta apakah harus menolak pekerjaan yang di berikan atau memberikan alternative lain terhadap pekerjaan tersebut. Dengan kata lain menentukan harga tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan atas seberapa besar kemampuan Rah Ade tetapi kemampuan klien juga harus dipertimbangkan.

Tahap kelima adalah “kesadaran sebagai penjual jasa”, Rah Ade menjelaskan bahwa Rah Ade mendapatkan pelajaran dari tempat pertamanya bekerja yakni “Jangan menolak rejeki, kerjakan saja”, sementara dari tempat keduanya bekerja Rah Ade mendapat nasihat “jangan pernah berkata malas, capek, sibuk kepada orang yang memberimu kesempatan”, sebagai freelancer bagi Rah Ade untuk saat ini apapun pekerjaan yang datang, mulai dari gudang sampai resort tetap dikerjakan Rah Ade dengan sebaik mungkin. Menurut Rah Ade ada beberapa arsitek besar yang mungkin menolak beberapa pekerjaan yang datang kepada mereka, hal ini disetujui oleh Rah Ade dengan alasan efisiensi waktu, namun menurut Rah Ade untuk saat ini dengan jam terbang dan kemampuan yang dimiliki, Rah Ade merasa ia belum sampai pada tahap bisa memilih milih pekerjaan.  
Tahap terakhir yang dijalani Rah Ade adalah “saya melakukan apa yang saya suka”, Rah Ade mencintai pekerjaan nya di bidang arsitektur, Rah Ade menyadari bahwa dunia arsitektur begitu luas ketika mendalaminya sebagai seorang freelancer, dan tidak mungkin untuk mengerjakan semuanya, maka dari itu Rah Ade berusaha untuk membatasi lingkup pekerjaan yang diambil, bagian mana yang Rah Ade suka dan tidak suka serta bagian mana yang memberikan keuntungan dan bagian mana yang tidak, sehingga sampai saat ini Rah Ade fokus di bidang design dan pengawasan, dan berusaha untuk tidak lagi mengambil porsi MEP dan struktur. Menurut Rah Ade orang lain mungkin dapat melakukan lebih dari yang Rah Ade lakukan, namun penting bagi Rah Ade untuk mengetahui batas kemampuan kita agar tidak mengecewakan dan merugikan orang lain. Kemudian Rah Ade menunjukan beberapa foto proyek yang pernah di tangani, beberapa di antaranya terdapat renovasi rumah tinggal penatih, kampus STIKI Indonesia, renovasi rumah kerobokan, De Lalis Homestay, Vila Penestanan dan Perumahan tukad balian.


Ki-Ka : Arya, Kiki
Diskusi berlanjut ke sesi tanya jawab, pertanyaan pertama datang dari kiki (Internship Popo Danes Architect), salah satu proyek renovasi yang dimiliki Rah Ade ada yang di liput oleh sebuah majalah renovasi edisi 33, kiki menanyakan bagaimana sampai proyek Rah Ade dapat diliput oleh majalah terebut, apakah ada konsep yang special, pertanyaan kedua dari kiki adalah apa ciri khas dari Yama Architect dari segi konsep dan desain nya. Rah Ade menanggapi dengan penjelasan bahwa untuk karya yang diliput di majalah tersebut berdasarkan permintaan dari majalah, di majalah tersebut terdapat kolom untuk karya mahasiswa, pada saat itu Rah Ade sedang menempuh S2 dan melalui social media Facebook majalah tersebut mengajukan petanyaan kepada Rah Ade, apakah ada tugas mahasiswa atau proyek mahasiswa yang dapat diliput oleh majalah tersebut. Untuk pertanyaan kedua Rah Ade menjelaskan bahwa Rah Ade masih mencari dan belum menemukan seperti apa desain yang khas dari Yama Architect, dikarenakan selama ini Rah Ade mendisain sesuai dengan keinginan klien, Rah Ade menjelaskan biar orang lain saja yang menilai, Rah Ade akan tetap menjalani pekerjaan mendisain hingga dapat menemukan apa yang menjadi ciri khas dari Yama Architect.

Pertanyaan kedua datang dari Kika (arsitek Popo Danes), kika menanyakan perihal bagaimana cara Rah Ade untuk bisa mendapatkan klien sendiri, Rah Ade menjelaskan bahwa kemampuan verbal yang Rah Ade miliki terbatas, dan Rah Ade bukan termasuk orang yang pandai berkomunikasi, sehingga tiap orang memiliki trik dan seni tersendiri untuk mendapatkan klien, Rah Ade melakukan nya dengan mencari kenalan yang berkecimpung di dunia arsitektur seperti kontraktor dan developer baru yang masih senang untuk menggunakan jasa arsitek freelance, dari sana satu persatu Rah Ade bertemu dengan klien mereka dank lien nya dapat mempertemukan Rah Ade dengan klien yang lain.
Pertanyaan ketiga datang dari Arya, Arya menanyakan perihal hal apa yang paling susah unuk menjadi freelancer, kekhawatiran terbesar apa sebagai freelancer dan bagaimana cara kita untuk menilai value diri kita sendiri, Rah Ade menanggapi dengan penjelasan bahwa ketakutan terbesar sebagai seorang freelancer adalah, apakah pekerjaan gambar kita akan di bayar, karena pasti kita akan rugi bila sudah menggambar dengan baik namun tidak memperoleh bayaran, tapi menurut Rah Ade jangan pernah menolak rejeki, selama masih ada kesempatan di kerjakan saja, karena mendisain adalah kesenangan Rah Ade, dan Rah Ade merasa selama ia senang melakukan pekerjaan tersebut, semua akan baik baik saja. Untuk menilai value diri kita sendiri harus disesuaikan juga dengan kemampuan klien, menurut Rah Ade bagian terpenting dari seorang klien adalah ketika mereka meng apresisasi desain kita dengan baik dan setelah itu kita lihat kemampuan klien, sehingga kita dapat menentukan apakah klien akan menghargai kita sesuai standart atau di bawah standar atau mungkin lebih.

Diksusi bersama Rah Ade di tutup dengan kesimpulan bahwa untuk menjadi freelancer memiliki tantangan dan kekhawatiran yang besar di awal, hal itu terdiri dari apakah kita akan menerima bayaran atau tidak, dan kepercayaan diri sangat di butuhkan untuk menghadapai kalangan professional lain nya, dan yang terakhir untuk menjadi seorang arsitek kita harus menjadi seseorang yang humble, karena kita akan banyak bekerja dengan orang lain dan agar kita dapat dengan mudah untuk mendapatkan klien. 

No comments:

Post a Comment