The Presenter : IGN Pramandha W |
Rah
Ade merangkum sendiri beberapa tahap yang harus Rah Ade jalani sendiri untuk
membuka peluang bagi dirinya sendiri sebagai freelancer, tahap awal yang Rah
Ade lakukan adalah “Membuat Brand” ,
Rah Ade memulai dengan mendirikan studio kecil tanpa badan hukum dengan nama
Yama Architect, Rah Ade melakukan semuanya sendiri pada tahap ini, yakni
melakukan gambar arsitektur, drafting
dan meeting, namun ada beberapa kali
Rah Ade menggunakan bantuan dari outsource,
Rah Ade melakukan semuanya seorang diri dengan tujuan untuk dapat
memperkenalkan brand nya sendiri
dengan baik kepada pihak pihak yang terkait dengan arsitektur, Rah Ade juga
menyebarkan kartu nama kepada supplier
material dengan memanfaatkan even seperti Indo
Built Tech serta BCI Asia dan
dari sana Rah Ade mulai di kenal dan mendapat pengetahuan tentang material
melalui tawaran pengenalan produk material yang dilakukan oleh produsen.
Tahap
kedua yang Rah Ade lakukan adalah “Ber- Mitra dengan instansi arsitektur lain”,
tidak semua pekerjaan yang Rah Ade terima datang langsung dari klien, sebagian
pekerjaan datang dari instansi lain seperti developer, kontraktor atau
konsultan lain. Beberpa proyek pertama Rah Ade datang dari kontraktor yang
membutuhkan jasa gambar Arsitektur. Walaupun Rah Ade bekerja dengan instansi
lain, Rah Ade tetap maju dengan brand nya sendiri sebagai Yama Architect,
sehingga hak desain tetap menjadi hak milik Yama Architect. Rah Ade juga ikut
bergabung dalam keanggotaan IAI agar dapat menambah relasi teman teman arsitek
lainnya.
Tahap
ketiga yang Rah Ade anggap penting untuk berkarir sebagai freelance architect
adalah “pentingnya rasa percaya diri”, menurut Rah Ade percaya diri penting
bagi kita sebagai arsitek, terutama ketika kita sebagai arsitek muda yang
memimpin di lapangan kemudian orang akan men judge kita karena masih muda
berarti pengalaman masih kurang dan akhirnya di remehkan. Menurut Rah Ade rasa
percaya diri cenderung meningkat sejalan dengan banyaknya pekerjaan yang telah
di selesaikan, selama ini Rah Ade selalu tampil dengan apa adanya dan
konsisten, dan juga menurut Rah Ade sedikit idealis dan sok tau mungkin juga
perlu.
Tahap
ke empat adalah “ketahui seberapa besar harga kemampuan kita”, Rah Ade
bercerita bahwa Rah Ade pernah mengalami kehilangan klien karena harga yang
diberikan terlalu tinggi, sehingga mulai sekarang Rah Ade menentukan harga
berdasarkan kemampuan klien, Rah Ade berusaha untuk mengenal terlebih dahulu
siapa klien nya, dan dengan mempelajari hal tersebut Rah Ade tau tindakan yang
harus di ambil selanjutnya, apakah menggunakan harga standart atau memberikan
harga yang lebih rendah dari harga standart, serta apakah harus menolak
pekerjaan yang di berikan atau memberikan alternative lain terhadap pekerjaan
tersebut. Dengan kata lain menentukan harga tidak hanya berdasarkan pada
pertimbangan atas seberapa besar kemampuan Rah Ade tetapi kemampuan klien juga
harus dipertimbangkan.
Tahap
kelima adalah “kesadaran sebagai penjual jasa”, Rah Ade menjelaskan bahwa Rah
Ade mendapatkan pelajaran dari tempat pertamanya bekerja yakni “Jangan menolak
rejeki, kerjakan saja”, sementara dari tempat keduanya bekerja Rah Ade mendapat
nasihat “jangan pernah berkata malas, capek, sibuk kepada orang yang memberimu
kesempatan”, sebagai freelancer bagi Rah Ade untuk saat ini apapun pekerjaan
yang datang, mulai dari gudang sampai resort tetap dikerjakan Rah Ade dengan
sebaik mungkin. Menurut Rah Ade ada beberapa arsitek besar yang mungkin menolak
beberapa pekerjaan yang datang kepada mereka, hal ini disetujui oleh Rah Ade
dengan alasan efisiensi waktu, namun menurut Rah Ade untuk saat ini dengan jam
terbang dan kemampuan yang dimiliki, Rah Ade merasa ia belum sampai pada tahap
bisa memilih milih pekerjaan.
Tahap
terakhir yang dijalani Rah Ade adalah “saya melakukan apa yang saya suka”, Rah
Ade mencintai pekerjaan nya di bidang arsitektur, Rah Ade menyadari bahwa dunia
arsitektur begitu luas ketika mendalaminya sebagai seorang freelancer, dan
tidak mungkin untuk mengerjakan semuanya, maka dari itu Rah Ade berusaha untuk
membatasi lingkup pekerjaan yang diambil, bagian mana yang Rah Ade suka dan
tidak suka serta bagian mana yang memberikan keuntungan dan bagian mana yang
tidak, sehingga sampai saat ini Rah Ade fokus di bidang design dan pengawasan,
dan berusaha untuk tidak lagi mengambil porsi MEP dan struktur. Menurut Rah Ade
orang lain mungkin dapat melakukan lebih dari yang Rah Ade lakukan, namun
penting bagi Rah Ade untuk mengetahui batas kemampuan kita agar tidak
mengecewakan dan merugikan orang lain. Kemudian Rah Ade menunjukan beberapa
foto proyek yang pernah di tangani, beberapa di antaranya terdapat renovasi
rumah tinggal penatih, kampus STIKI Indonesia, renovasi rumah kerobokan, De
Lalis Homestay, Vila Penestanan dan Perumahan tukad balian.
Ki-Ka : Arya, Kiki |
Diskusi
berlanjut ke sesi tanya jawab, pertanyaan pertama datang dari kiki (Internship
Popo Danes Architect), salah satu proyek renovasi yang dimiliki Rah Ade ada
yang di liput oleh sebuah majalah renovasi edisi 33, kiki menanyakan bagaimana
sampai proyek Rah Ade dapat diliput oleh majalah terebut, apakah ada konsep
yang special, pertanyaan kedua dari kiki adalah apa ciri khas dari Yama
Architect dari segi konsep dan desain nya. Rah Ade menanggapi dengan penjelasan
bahwa untuk karya yang diliput di majalah tersebut berdasarkan permintaan dari
majalah, di majalah tersebut terdapat kolom untuk karya mahasiswa, pada saat
itu Rah Ade sedang menempuh S2 dan melalui social media Facebook majalah
tersebut mengajukan petanyaan kepada Rah Ade, apakah ada tugas mahasiswa atau
proyek mahasiswa yang dapat diliput oleh majalah tersebut. Untuk pertanyaan
kedua Rah Ade menjelaskan bahwa Rah Ade masih mencari dan belum menemukan
seperti apa desain yang khas dari Yama Architect, dikarenakan selama ini Rah
Ade mendisain sesuai dengan keinginan klien, Rah Ade menjelaskan biar orang
lain saja yang menilai, Rah Ade akan tetap menjalani pekerjaan mendisain hingga
dapat menemukan apa yang menjadi ciri khas dari Yama Architect.
Pertanyaan
kedua datang dari Kika (arsitek Popo Danes), kika menanyakan perihal bagaimana
cara Rah Ade untuk bisa mendapatkan klien sendiri, Rah Ade menjelaskan bahwa
kemampuan verbal yang Rah Ade miliki terbatas, dan Rah Ade bukan termasuk orang
yang pandai berkomunikasi, sehingga tiap orang memiliki trik dan seni
tersendiri untuk mendapatkan klien, Rah Ade melakukan nya dengan mencari
kenalan yang berkecimpung di dunia arsitektur seperti kontraktor dan developer
baru yang masih senang untuk menggunakan jasa arsitek freelance, dari sana satu
persatu Rah Ade bertemu dengan klien mereka dank lien nya dapat mempertemukan
Rah Ade dengan klien yang lain.
Pertanyaan
ketiga datang dari Arya, Arya menanyakan perihal hal apa yang paling susah unuk
menjadi freelancer, kekhawatiran terbesar apa sebagai freelancer dan bagaimana
cara kita untuk menilai value diri kita sendiri, Rah Ade menanggapi dengan
penjelasan bahwa ketakutan terbesar sebagai seorang freelancer adalah, apakah
pekerjaan gambar kita akan di bayar, karena pasti kita akan rugi bila sudah
menggambar dengan baik namun tidak memperoleh bayaran, tapi menurut Rah Ade
jangan pernah menolak rejeki, selama masih ada kesempatan di kerjakan saja,
karena mendisain adalah kesenangan Rah Ade, dan Rah Ade merasa selama ia senang
melakukan pekerjaan tersebut, semua akan baik baik saja. Untuk menilai value
diri kita sendiri harus disesuaikan juga dengan kemampuan klien, menurut Rah
Ade bagian terpenting dari seorang klien adalah ketika mereka meng apresisasi
desain kita dengan baik dan setelah itu kita lihat kemampuan klien, sehingga
kita dapat menentukan apakah klien akan menghargai kita sesuai standart atau di
bawah standar atau mungkin lebih.
Diksusi
bersama Rah Ade di tutup dengan kesimpulan bahwa untuk menjadi freelancer
memiliki tantangan dan kekhawatiran yang besar di awal, hal itu terdiri dari
apakah kita akan menerima bayaran atau tidak, dan kepercayaan diri sangat di
butuhkan untuk menghadapai kalangan professional lain nya, dan yang terakhir
untuk menjadi seorang arsitek kita harus menjadi seseorang yang humble, karena
kita akan banyak bekerja dengan orang lain dan agar kita dapat dengan mudah
untuk mendapatkan klien.
No comments:
Post a Comment