[Scroll down for english version]
Architects Under Big 3 #53 Tobias Kea Suksmalana
"Filosofi
Loloh Cem Cem"
Pencarian menyarikan “Arsitektur Nusantara” dalam era
kekinian
Cara saya memahami arsitektur nusantara dalam
era kekinian dapat dianalogikan dengan loloh cemcem. Loloh cemcem merupakan
minuman tradisional masyarakat Bali timur. Loloh berarti jamu sedangkan cemcem
adalah salah satu nama daun.
Seperti
halnya loloh cemcem yang terbuat dari sari daun cemcem yang dicampur dengan sari-sari
dari bahan alami lainnya, mengkinikan arsitektur
nusantara tidaklah jauh berbeda. Proses mengkinikan arsitektur nusantara dapat
dimulai dengan mengumpulkan ‘sari-sari’ ilmu membangun dari tiap daerah di
nusantara. Sari-sari tersebut dapat dipilih dan kemudian dikombinasikan menjadi
sesuatu yang bernilai.
Dalam diskusi kali ini saya ingin mengajak
untuk membahas beberapa poin penting mengenai pengalaman saya dalam pencarian
menyarikan “Arsitektur Nusantara” dalam era kekinian, seperti apa dan siapa
arsitektur nusantara, analogi penggambaran arsitektur nusantara, bagaimana saya
mencari, merawat dan menghidupi serta kesimpulan saya mengenai kenusantaraan.
Salam,
Tobias
Tentang Tobias :
Tobias Kea Suksmalana atau biasa dipanggil Tobias, lahir
pada 22 Juli 1990 di Jogjakarta. Menyelesaikan studi Arsitektur nya di
Universitas Gajah Mada pada tahun 2013. Pada saat ini Tobias bekerja bersama
Effan Adhiwira di EFF Studio. Pemikiran Tobias
bahwa kenusantaraan sudah sewajarnya ada dalam diri kita, dan kata nusantara
tidak perlu muncul lagi karena sudah seharusnya mendarah daging dalam cara kita
merancang (sebagai arsitek khususnya dan sebagai manusia pada umumnya). Memaknai
arsitektur nusantara seharusnya bukan menjadi hal yang rumit. Mengapa? Karena
kita adalah manusia nusantara, yang masih memiliki kesempatan untuk merasakan
dan belajar, baik secara langsung atau tidak langsung tentang arsitektur
nusantara.
[English
Version]
Architects Under Big 3 #53 Tobias Kea Suksmalana
"Loloh Cem Cem Philosophy"
Pencarian menyarikan “Arsitektur Nusantara” dalam era
kekinian
The way I
understand the architecture of the archipelago (Traditional Architecture) in
the contemporary era analogous to loloh cemcem. Loloh cemcem a East Balinese
traditional beverage . Loloh means herbs while cemcem is one of the names of
leaves.
Just as loloh
cemcem made from the juice of the cemcem leaves mixed with juices
of other natural materials, updating the archipelago is not much different
architecture. The process of updating the archipelago architecture can begin to
collect 'exctract’ science building of each region in the archipelago. Exctracts can be
selected and then combined into something of value.
In the
discussion this time I would like to invite to discuss some important points
about my experience in extracting search "Nusantara Architecture" in
the contemporary era, such as what and who the archipelago architecture,
architectural drawing analogies archipelago, how do I look for, care for and
support as well as my conclusions regarding kenusantaraan .
Regards,
Tobias
About Tobias :
Tobias Kea
Suksmalana or used to be called Tobias, was born on July 22, 1990 in
Jogjakarta. Completing his architecture studies at the University of Gajah Mada
in 2013 at this time Tobias worked together Effan Adhiwira at EFF Studio.
Tobias thought that “Kenusantaraan” naturally in us, and the word archipelago
does not need to show up again because it is supposed to be ingrained in the
way we design (as an architect in particular and as people in general).
Interpret the archipelago architecture should not be a complicated thing. Why? Because
we are human archipelago, which still has the opportunity to experience and
learn, either directly or indirectly on the archipelago architecture.
No comments:
Post a Comment