Diskusi
AUB bersama Agnes di Rooftop PopoDanes Architect tergolong unik, karena Agnes
mengawali diskusi nya dengan meminta peserta yang hadir untuk memperkenalkan
diri dengan menyebut nama dan menyebutkan 1 fakta unik dari diri mereka, Agnes
pun mengawali perkenalan dari dirinya sendiri, Agnes Carissa adalah lulusan
UNSW (University of New South Wales) dan fakta unik yang dimiliki Agnes adalah
kemanapun Agnes pergi, tidak banyak orang yang bisa menebak dari mana daerah
asal Agnes dimana itu adalah Bali, Agnes menjelaskan kebanyakan orang selalu
menerka Agnes berasal dari Jakarta, perkenalan pun berlanjut ke peserta diskusi
yang hadir dan suasana diskusi menjadi fun.
Agnes
pun melanjutkan diskusi ke materi presentasi, Agnes menjelaskan mengenai
pengalaman pertama Agnes menepuh pendidikan di UNSW, perkenalan awal dari UNSW
disebut dengan O-week (Orientation Week) atau di Indonesia sering disebut
dengan ospek yang diadakan 2 kali setahun yakni bulan Februari dan Juli, Agnes
menjelaskan bahwa inti dari kegiatan O Week ini adalah ‘having fun’, karena
setiap fakultas memiliki cara dan game yang unik untuk memperkenalkan jurusan
mereka kepada mahasiswa baru. Agnes menjelaskan bahwa jurusan yang diambil
Agnes yakni Interior Architecture termasuk di dalam fakultas Built Environment.
Seminggu
setelah melewati O Week, Agnes menerima kuliah dari dosennya yang bernama
Russel Rodrigo yang merupakan ketua
jurusan Interior Architecture, hari pertama Agnes menerima kuliah dari Russel
Rodrigo, beliau memberi pertanyaan “What is Interior Architecture”, yang
jawabannya adalah desain yang secara general memiliki kaitan langsung dengan
manusia, namun Agnes menjelaskan lagi bahwa Interior Architecture berbeda
dengan Interior Design, memiliki arti yang berbeda namun saling melengkapi,
sebagian besar elemen dalam desain dibawa kedalam elemen Arsitektur dimana
mikro mempengaruhi makro.
Agnes
menjelaskan ada beberapa elemen interior mikro yang dapat mempengaruhi makro,
yakni Shadow (bisa memberikan kesan “wow” kedalam sebuah ruangan dan sebuah
Arsitektur), lalu Materiality (seperti kayu dapat menimbulkan kesan homy dan
leisure), Detail, Lighting (dapat meberi Ambience yang berbeda pada sebuah
ruangan), Alienation (elemen elemen kontemporer yang menciptakan arsitektur
baru), Structureless (dimana boundary wall, ceiling dan floor menjadi 1
finishing dan tidak akan terlihat dimana letak struktur nya). Agnes memberikan
contoh karya Shigeru Ban (Center Pompidou),
menurut Agnes bangunan dapat member contoh mengenai “Interior part of
Exterior, dimana ambience diluar terasa di interior bangunan ini, sehingga
menurut Agnes bahwa Interior sebuah bangunan perlu merasakan apa yang terlihat
di Exterior. Contoh selanjutnya yang Agnes beri adalah Alila Vila, Uluwatu,
menurut Agnes variasi design bangunan ini terdapat di Shadow Cast dan Lighting
nya, dimana elemen detail ukiran yang ada pada Alila merupakan point of unique
sehingga mikro (detail ukiran) dapat mempengaruhi tampilan makro dari Alila.
Menurut Agnes, Arsitek yang selalu memilik konsep Interior Architecture adalah
Zaha Hadid, dimana disetiap desain Zaha Hadid, permainan yang ada di exterior
nya selalu di bawa langsung ke interiornya.
Agnes
pun melanjutkan diskusi nya ke studio Tugas Akhir nya, Tugas Akhir Agnes di
beri judul Bondi Pavillion, merupakan sebuah bangunan performing arts yang
berlokasi di Bondi, Bondi Pavillion merupakan proyek revitalisasi di Tugas
Akhir Agnes, karena Agnes merasa kehadiran bangunan ini tidak dirasakan oleh
orang di sekitar nya walaupun banyak orang berkumpul menikmati view pantai yang
ada di dekat Bondi Pavillion, namun mereka bila ditanya mengenai Bondi
Pavillion banyak yang kurang mengetahui, begitu menurut research finding yang
dilakukan Agnes.
Beberapa research yang dilakukan Agnes adalah akses disekitar existing,
people density dsb, dari research finding Agnes dapat menemukan colour palete
pada Bondi pavillion, ciri khas bangunan dan bagaimana struktur bangunan
tersebut, setelah mendapatkan beberapa hasil tersebut, Agnes memulai dengan
membuat diagram angin dan diagram orientasi matahari, karena menurut Agnes,
bangunan eksisting Bondi Pavilion ini sangat “stuffy” di luar dan Agnes ingin
mencari cara agar dapat membuat bangunan lebih “airy” di dalam tanpa mengubah
bentukan luar Bondi Pavilion.
Agnes kemudian memperoleh beberapa strategi desain yakni; eksterior
bangunan yang tidak boleh diubah membuat Agnes melakukan extention ke bawah
sehingga terdapat lower ground dan basement, lalu Agnes muncul dengan konsep “wave”
dikarenakan letak Bondi Pavilion yang sangat berdekatan dengan pantai dan
menurut Agnes wave (gelombang) merupakan salah satu bagian dari pantai dan juga
tedapat istilah wave di dalam musik, sehingga membuat kata “wave” mempunyai
kaitan langsung dengan Bondi Pavilion yang dekat dengan pantai dan merupakan
bangunan Performing Arts. Desain Agnes mengarahkan orang yang akan memasuki
Bondi Pavilion di arahkan ke lantai basement dengan tujuan agar orang yang
memasuki Bondi Pavilion lebih mengeksplor bangunan tersebut. Agnes juga
menggunakan material yang memiliki warna kontras di area reception dengan
tujuan menimbulkan kesan outstanding dan orang bisa mendapatkan kesan bahwa itu
tempat baru. Lantai paling atas (ground) di gunakan Agnes untuk area shower
dengan tujuan mempermudah orang yang datang dari pantai dan juga di area shower
dapat menikmati musik dari galeri di bawahnya.
Agnes selanjutnya menjelaskan tentang mata kuliah lainnya yang sudah di
terima selama di UNSW, salah satunya adalah pelajaran menggambar teknik, dimana
Agnes di beri sebuah proyek untuk merenovasi sebuah “Wine Bar” yang facade nya
tidak boleh di ubah karena termasuk bangunan bersejarah. Selanjutnya mata
kuliah “History” dimana Agnes mempelajari tentang Hary Sadler house, dan di
winter course Agnes mengikuti kompetisi bersama kelompoknya untuk Housing for
Health yang di adakan oleh organisasi Health Habitat. Agnes juga menjelaskan di
akhir masa perkuliahan nya di UNSW hanya 50 orang yang berhasil lulus dari 250
mahasiswa yang pertama mendaftar.
Diskusi pun berlanjut ke sesi tanya jawab, pertanyaan pertama datang dari
Darma (mahasiswa Universitas Udayana), Darma bertanya perihal keberhasilan
Agnes yang masuk dalam 50 orang yang dapat lulus dari UNSW. Agnes menjelaskan
ketika kita melakukan research finding, haruslah research yang dalam, agar kita
dapat memahami siapa klien kita, apa yang diinginkan klien dan apa brief nya,
menurut Agnes ini merupakan dasar dari segalanya.
Pertanyaan kedua datang dari Gede (mahasiswa Universitas Udayana), Gede
bertanya perihal bagaimana Agnes dapat memperoleh kesempatan untuk dapat kuliah
di Australia. Agnes menjelaskan bahwa sebelum Agnes memulai kuliahnya di UNSW,
Agnes mengikuti foundation di Indonesia, karena basis pengajaran di Australia
berbeda dengan Indonesia, Agnes mengikuti foundation selama 8 bulan dan Agnes
harus lulus dari semua nilai dari pelatihan selama 8 bulan, apabila Agnes dapat
lulus dari semua mata pelajaran (termasuk matematika dan bahasa) maka Agnes pun
dapat berangkat ke UNSW.
Pertanyaan ketiga datang dari Kika (Arsitek PopoDanes), Kika bertanya
perihal tantangan apasaja yang di hadapi Agnes selama Winter Course. Agnes
menjelaskan bahwa Agnes hanya diberi waktu 3 minggu untuk menyelesaikan sebuah
permainan dan diharuskan membentuk kelompok dengan teman teman yang sama sekali
belum dikenal, setelah membentuk team mereka harus mengerjakan sebuah desain
dan membuat maket skala 1:10 yang akhirnya harus dibuat dengan skala 1:1,
sehingga menurut Agnes tantangannya adalah bagaimana kita harus bisa akrab
dengan orang baru dan bagaimana harus dapat bekerjasama dengan orang baru.
Pertanyaan terakhir datang dari Kity (Arsitek PopoDanes), Kity bertanya
perihal pilihan Agnes untuk magang di Popo Danes. Agnes menjelaskan dengan 2
poin, yang pertama dikarenakan nama Popo Danes adalah nama arsitek yang Agnes
sudah ketahui sejak Agnes kecil, dan kedua, menurut Agnes, Popo Danes memiliki
karakter yang kuat dalam desain, Popo Danes dapat membuat icon yang benar benar
merupakan ciri khas Popo Danes sendiri, Agnes juga menyukai desain arsitektur
Bali dari Popo Danes yang menurut Agnes “airy” dan “homy”.
No comments:
Post a Comment