Friday, May 29, 2015

Architects Under Big 3 #62 I Putu Eka Mulyawan


(scroll down for english version)

Architects Under Big 3 #62 Putu Eka Mulyawan
"Perjalanan Sebagai Ruang Pembelajaran" 

Perjalanan sebagai Ruang Pembelajaran merupakan cara untuk menerangkan bahwa dalam sebuah pergerakan manusia (dalam hal ini sebuah perjalanan) dapat menjadi ruang-ruang belajar temporer. Dimana ruang tersebut dapat dimaknai dan diambil sebagai sebuah pembelajaran yang sebenarnya sangat utuh serta begitu terkait. Narasi-narasi yang terdapat dalam pembelajaran tersebut terkadang merupakan saripati pengalaman dari tiap individu yang kita temui. Bahwa dalam perjalanan bagi pekerja arsitektur selalu menemukan fenomena-fenomena arsitektur dan juga pemikiran yang penting di sekitarnya.



Tujuan utama dari perjalanan tersebut adalah menyelenggarakan sebuah workshop bagi mahasiswa arsitektur Universitas Mercu Buana, sebuah universitas swasta di daerah Bekasi, Jawa Barat. Pihak universitas bekerja sama dengan Rumah Intaran-Bali dan LabTanya-Jakarta sebagai pemateri dalam workshop selama tiga hari tersebut, yaitu dari 20-22Mei 2015. Tema  acaranya adalah “Menemukan Kualitas-Kualitas yang Tidak Terlihat”, dimana tujuan dari penyelenggaraannya adalah memberikan sebuah sudut pandang baru untuk melihat berbagai kualitas yang terdapat di sekitar kita.

Perjalanan juga memberikan begitu banyak pengetahuan dari berbagai orang, bertemu dengan berbagai profesi, terutama dengan arsitek, penyelenggara negara, penggiat wisata desa, dosen, hingga pada pedagang dan penjaja jasa di bidang informal adalah memberikan pengalaman yang menarik. Ada relasi dalam wacana pengembangan desa dan Undang-Undang Desa, seperti yang dapat ditemukan dari Yori Antar, Maximus Tipagau, dan Budiman Sudjatmiko. Arsitek memiliki peranan yang vital, guna memberikan masukan yang penting terhadap berbagai kebijakan di pemerintah dan juga sebagai penghubung bagi orang Desa.

Tentu saja relasi-relasi ini, akan menceritakan lebih jauh mengenai ideologi dan keberpihakan arsitektur pada masyarakat dan menerangkan pengaruh arsitek terhadap pembuat kebijakan. Sisi yang juga menarik adalah peranan arsitek dalam penyelesaian permasalahan perkotaan. Permasalahan sampah, ekologi, dan sosial budaya berkaitan dengan perencanaan ruang dalam arsitektur. Maka diperlukan sebuah pendekatan yang lebih menyeluruh mengenai sebuah proses kebudayaan yang tidak pernah selesai. Serta yang penting adalah penekanan “relevansi” pada setiap proses pembangunan solusi terhadap permasalahan perkotaan, dimana arsitektur harus lebih lentur, luas, dan jauh dari kata selesai.

Salam,
Eka Mulyawan

Tentang Eka Mulyawan :
I Putu Eka Mulyawan biasa dipanggil Ekamul, kelahiran Munggu, 23 Oktober 1990. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Lulusan arsitektur Universitas Udayana, Bali yang telah menyelesaikan kuliahnya selama 6 tahun. Di masa-masa perkuliahan tersebut, banyak bergelut dalam isu-isu kampus, Bali dan nasional. Pernah menjadi anggota Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana 2008-2013, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana 2011-2013, dan juga pernah aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Denpasar 2009-2012.

Sejak SMA menyukai jurnalistik, fotografi, organisasi dan bergabung dengan ekstrakurikuler jurnalistik, Madyapadma SMA Negeri 3 Denpasar. Saat ini lebih tertarik pada sejarah, budaya, arsitektur dan gerakan pemuda. Kesibukannya kini menjalani Program 300 hari di Rumah Intaran "Bekerja, Belajar lagi dan Menulis Buku" di Desa Bengkala, Buleleng, Bali.

 [English Version]

Architects Under Big 3 #62 I Putu Eka Mulyawan
"Journey as a Learning Space"

Journey as a Learning Space is a way to explain that travel movement of humankind can be a temporary  learning space. This can be interpreted and taken as an intact learning that also relating with essential experiences of every individual we meet.         
                
The interpretation became one of the main reason for a 3 days workshop (may 20th - 22nd) held in Mercu Buana University cooperated with Rumah Intaran - Bali and Lab Tanya - Jakarta. In this workshop all participants discussed all about the ''Unseen Qualities" ,how to see them exactly with all brand new perspectives.
Journey also gave much knowledge from various people with their own different professions. Especially in case of an Architect meets Public Servant , Traders, and Countrymen would be a pleasant experience which also provide inputs into some government policies and become a hub for many villages. several architects already done this, some of them are Yori Antar, Maximus Tipagau and Budiman Sudjatmiko.

Another interesting sides from becoming an architect are solving urban, sewages , ecological,  and social problems in way of architectural planning. a wide open planning that sustainable and relevant. a planning that far from 'done' word.

Regards,
Eka Mulyawan  

About Eka Mulyawan:
I Putu Eka Mulyawan (Ekamul) was born in Munggu, October 23rd, 1990 and became the first child from two. Graduated from Udayana University after finishing his study on Architecture major for 6 years. He gains his interest of  Journalistic, Photography and Organization from his former highschool SMA Negeri 3 Denpasar. Those interests made him actively participating in several student body organizations during his study in Udayana University ,such as Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana period 2008 - 2013 , Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana period 2011 - 2013 , and also Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Denpasar period 2009 - 2012.                     Currently, Ekamul is busy taking part in Rumah Intaran's 300days program of working, restudying and book writing in Desa Bengkala , Buleleng, Bali.

No comments:

Post a Comment