"Serangan,
Peranan Arsitektur dalam Mengembalikan Sistem Kehidupan yang Hancur di Tanah
Reklamasi"
Serangan ide-ide dalam meregenerasi kehidupan yang telah mati di tanah
reklamasi, Pulau Serangan. Ide yang dilihat dari perspektif arsitektur dan
hubungannya dengan manusia beserta lingkungannya dalam menjalankan kembali
sistem kehidupan yang berkelanjutan.
Ditengah hirukpikuk teriakan "Tolak Reklamasi" Teluk Benoa yang
sedang ramai, ternyata ada sebuah pulau hasil reklamasi yang menyebabkan
degradasi ekosistem dan perubahan sistem kehidupan lainnya. Pulau Serangan,
pulau yang dulunya sempat disebut The Golden Island karena keragaman
ekosistemnnya, kini terbengkalai dan terhenti pengembangannya. Perubahan fungsi
lautan menjadi daratan secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar tentunya
merubah sistem kehidupan yang telah berjalan selama bertahun-tahun. Perubahan
satu ekosistem berakibat menghancurkan rantai makanan yang ada didalamnya dan
sedikit banyak berdampak pada manusia yang bergantung pada ekosistem tersebut.
Lalu apa sangkut pautnya reklamasi dengan arsitektur? Mengapa arsitektur
yang harus bertanggung jawab? Banyak yang tidak tahu, bahwa alasan
direklamasinya Pulau Serangan adalah untuk kepentingan sebuah perusahaan yang
ingin membangun resort di dalamnya, untuk membangun tatanan arsitektur.
Alih-alih membuat kawasan indah, pembangunan ini mangkrak dan malah membiarkan
ekosistem yang terlanjur rusak dibiarkan begitu saja. Bagaimana arsitektur bisa
berperan untuk mengembalikan sistem kehidupan tersebut?
Atas dasar memiliki ketertarikan yang sama pada isu-isu lokal, lingkungan
dan sosial budaya yang berhubungan dengan arsitektur. Hal ini lah yang
mendorong Tobias, Mona, Rachel, Kiky dan Octa berkolaborasi untuk pertama
kalinya dalam mengikuti kompetisi FuturArc Prize 2015 kategori profesional.
Tentang
Tobias, Mona, Rachel, Kiky dan Octa :
Tim yang terdiri dari 5 junior architect yang bekerja di biro yang
berbeda-beda di Denpasar. Tobias Kea S (Tobias), Alexander Octa Kusuma W
(Octa), Lecia Mona Karlina (Mona) merupakan lulusan Teknik Arsitektur UGM
angkatan 2008. Sedangkan, Rachel Febrina (Rachel) merupakan lulusan Teknik
Arsitektur Universitas Tarumanegara angkatan 2009 dan Rizky Rachmandaty (Kiky)
merupakan lulusan Teknik Arsitektur ITS angkatan 2009. Pada dasarnya, kami
memiliki ketertarikan yang sama pada isu-isu lokal, lingkungan dan sosial
budaya yang berhubungan dengan arsitektur. Hal ini lah yang mendorong kami
berkolaborasi untuk pertama kalinya dalam mengikuti kompetisi FuturArc Prize
2015 kategori profesional. Saat ini Tobias dan Kiky bekerja di EFF Studio, Mona
di GFAB Architects, Octa bekerja di AEDAS dan Rachel di Word of Mouth.
Tentang Architects
Under Big 3:
Architects
Under Big 3 (AUB3) diselenggarakan pada Jumat pertama tiap bulan yang dibawakan
oleh arsitek muda berusia di bawah 30 tahun. Dalam kegiatan ini, arsitek muda
diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran
mereka pada publik melalui presentasi non formal yang diteruskan dengan diskusi
santai. Bertempat di Danes Art Veranda, peserta diberi kebebasan untuk memilih
ruangnya sendiri - di halaman, dek, roof top, galeri - dimanapun tempat dimana
mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya. Melalui
pendekatan ini, arsitek muda beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan
untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik
khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur.
Nama kegiatan : Architects
Under Big 3
Edisi : 63
Jenis kegiatan : Presentasi
dan Diskusi
Pembicara : Tobias Kea S, Lecia Mona K, Rachel Febrina, Rizky
Rachmadanti, Alexander Octa Kusuma W
Hari, Tanggal : Jumat,
03 Juli 2015
Waktu : 19.00
- 21.00 WITA
Lokasi : Danes
Art Veranda, Jl. Hayam Wuruk no. 159 Denpasar 80235 Bali, Indonesia
Telepon : +62-361-242659
Fax : +62-361-242588
Contact Person :
+62-81-238-443-09 (Gian); +62 – 85- 780-1218-68 (Kity)
Issuu : Architects
Under Big 3
Facebook : Architects
Under Big 3
Twitter: @underbig3
No comments:
Post a Comment