Presenter AUB3 #75, Vastu Studio (Dika dan Dhira)
Pada Jumat
tanggal 22 Juli 2016, AUB3 telah mencapai edisi yang ke 75 dan dihadiri oleh
sekitar 50 peserta. Kali ini AUB3 menghadirkan presenter yang berasal dari kota
kembang, Bandung, yakni Vastu Studio. Studio yang terdiri dari 4 anggota, Belly
Munandar, Davin, M. Harsyadika, serta Andhira Raydhania Putri menceritakan
tentang pengalaman mereka dalam mengelola konsultan arsitektur sesaat setelah
lulus kuliah. Namun sayangnya, presentasi ini hanya dihadiri oleh M. Harsyadika
dan Andhira Raydhania sebagai perwakilan dari Vastu Studio dikarenakan adanya
halangan 2 orang di antara mereka. Di sini arsitek – arsitek muda tersebut
berusaha membandingkan pengalaman mereka antara bekerja di bawah naungan sebuah
perusahaan yang sudah mapan, dengan berkarya secara pribadi. Strategi mempertahankan
keberlanjutan biro, bagaimana mereka dalam mengalami masa paceklik, tujuan
jangka pendek – menengah – jauh, serta kesalahan sekaligus keputusan yang
diambil selama 1,5 tahun berkarya dibagikan secara terus terang kepada semua
peserta AUB3.
Audiens AUB3 #75
Presentasi
berlanjut ke sesi diskusi yang cukup aktif. Pertanyaan pertama datang dari Herdi,
seberapa besar dampak perbedaan kualitas visualisasi dalam proses kesepakatan
suatu proyek. Pertanyaan yang cukup menarik, mengingat betapa dalam proses
perkuliahan nilai kualitas desain sering dikaitkan dengan kualitas produksi gambar
presentasi. Vastu Studio berpendapat, atau lebih tepatnya bercerita, selama ini
kualitas visualisasi bukanlah yang memegang peranan penting dalam kesepakatan
proyek dengan klien, Justru, pemahaman budgeting
lebih mampu diterima klien sebagai bahan pertimbangan desain sang arsitek.
Pertanyaan
berlanjut dari Dini, darimana Vastu Studio memperoleh klien mengingat mereka
merupakan konsultan arsitek yang masih terbilang cukup muda yang notabene belum
mempunyai cukup portfolio untuk memikat hati klien. Dalam hal ini, Vastu Studio
memperoleh klien dari koneksi antar teman, sehingga klien pun sudah mengerti
kondisi dan kualitas dari desain mereka.
Pertanyaan
berikutnya berasal dari Aci mengenai konflik apa yang terjadi di dalam suatu
biro yang terdiri dari lebih dari 1 kepala. Seperti kita ketahui, arsitek
adalah profesi yang leader oriented dimana
semua keputusan idealnya berpusat dari satu sumber. Konflik desain memang
sering terjadi, namun seiring berjalannya waktu, setiap personal mampu memahami
dan berkompromi dengan desain individu lainnya.
Mona pun
mengajukan pertanyaan mengenai tanggapan orangtua terhadap keputusan yang
diambil oleh mahasiswa yang baru lulus, umumnya seorang fresh graduate diharapkan memiliki pekerjaan dengan penghasilan
tetap dan di bawah seorang pembimbing yang baik. Hal ini pun tidak menjadi
sebuah permasalahan besar bagi para anggota Vastu Studio dengan para orangtua
mereka.
Para Penanya AUB3 #75
Diskusi
berikutnya datang dari Erik yang bertanya bagaimanakah membagi waktu sedangkan
masing-masing anggota dari Vastu Studio mempunyai kegiatan lain di luar proyek
dari Vastu Studio itu sendiri. Dika sebagai perwakilan dari Vastu Studio
memberikan penjelasan bahwa dia belum pernah menghadapi kondisi yang seperti
itu, selama ini ia selalu mempunyai kegiatan yang tidak overlapping dengan kegiatannya yang lain. Pertanyaan terakhir
diberikan oleh Mujahid yang bertanya apakah Vastu Studio mempunyai tujuan
jangan pendek, menengah, ataupun panjang, dan apakah ada keinginan untuk
mempunyai sebuah kantor sendiri kelak. Arsitek pada umum nya menginginkan untuk
mempunyai sebuah kantor sendiri, begitu pula Vastu Studio yang mempunyai keinginan untuk
mendirikan sebuah kantor dimana semua anggota bekerja bersama-sama di suatu
tempat nantinya. Mereka pun mempunyai tujuan utama untuk menjadi sebuah studio
desain dan dokumentasi yang mumpuni di bidangnya.
Acara
malam ini pun ditutup dengan sesi foto dan pembagian sertifikat kepada para
presenter AUB3 #75.
Pembagian sertifikat AUB3 untuk presenter AUB3 #75
Presenter serta para peserta AUB3 #75
No comments:
Post a Comment