Tuesday, August 8, 2017

Post Event - Architects Under Big 3 88 Sukinsi Sukawruh


Gambar 1 Sukinsi Sukawruh sedang memaparkan materi di AUB 88

Pada edisi ke 88 Architects Under Big 3 kali ini, kita kedatangan tamu seorang arsitek muda yang aktif melakukan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan, sosial, dan arsitektur, Sukinsi Sukawru. Kinsi bercerita mengenai pengalamannya selama terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang pernah ia lakukan dan mengajak para audiens untuk melihat dan berpikir ulang dalam kaitannya dengan arsitektur.
Lulus pada tahun 2016, Kinsi masih mempertanyakan apa dan bagaimana itu arsitektur. Keresahannya semakin bertambah ketika pada 21 ini orang mulai berlomba-lomba untuk menyelesaikan masalah, khususnya di bidang lingkungan dan sosial, yang secara tidak langsung menjadi sebuah tren yang juga menular ke dunia arsitektur. Hal tesebutlah yang medorongnya untuk mulai aktif berkegiatan di bidang sosial dan lingkungan sembari mencari makna dari arsitektur itu sendiri.

Kegiatan lingkungan yang pertama kali ia ikuti adalah komunitas Trash Hero, Ubud. Bersama komunitas tersebut, ia turut serta dalam membersihkan lingkungan dari sampah yang ada. Disini Kinsi juga turut menyadarkan masyarakat bahwa menjaga lingkungan merupakan hal yang penting. Tak hanya ikut serta dalam komunitas tersebut, Kinsi juga sempat mengutip perkataan dari Ida Pedanda Made Gunung bahwa, bahaya sampah yang ada di bali sebenarnya berasal dari pura itu sendiri. Hal ini kemudian menginspirasinya untuk membuat projek kolaborasi dengan memanfaatkan ilmu arsitektur yang dimilikinya untuk mengatasi masalah-masalah sampah yang berasal dari pura.

Setelah kegiatan lingkungan, Kinsi berusaha lagi mencari makna arsitektur melalu kegiatan sosial di Gunung Kidul dengan mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal disana. Disana ia menemukan bahwa teori-teori yang ia pelajari semasa universitas tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi aktual yang ada disana. Masalah-masalah yang timbul di masyarakat terkadang hanya bisa diselesaikan oleh partisipasi masyarakat di dalamnya.

Dengan background pendidikan arsitektur, tentunya Kinsi juga tetap ingin berkarir dan mencoba merasakan bekerja di sebuah konsultan arsitektur. Lagi-lagi sambil mencari apa dan bagaimana arsitektur yang sesungguhnya, Kinsi bekerja sebagai junior architect di Triaco Architect di Denpasar, Bali. Dengan basis desain partisipatori, Kinsi belajar bahwa dalam desain tidak hanya melibatkan satu pihak, melainkan dari banyak multidisiplin ilmu yang memiliki peran yang penting.

Pengalaman Sukinsi dalam kegiatan-kegiatan yang pernah ia lakukan hingga sekarang membuat ia berpikir bahwa seorang arsitek kini banyak hanya mementingkan branding namun tidak memikirkan masalah lingkungan, maupun sosial yang ada di masyarakat. Hal inilah yang kemudian harus dimiliki oleh praktisi arsitek agar lebih memahami makna dan bagaimana suatu karya arsitektur yang sesungguhnya.


Gambar 2 Ari memaparkan hasil dikusi kelompok mengenai makna arsitektur

Setelah sesi pemaparan AUB ke 88 kali ini dilanjutkan dengan sesi diskusi, dimana audiens diajak untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai arsitektur yang telah disiapkan oleh Sukinsi. Audiens kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar. Diskusi berlangsung selama 15 menit dan kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari masing-masing kelompok. Latar belakang audiens yang berbeda menyebabkan jawaban yang dipaparkan berbeda antar kelompok. Kelompok pertama yang diwakili oleh Ari memaparkan bahwa arsitektur merupakan ilmu merancang bangunan yang memperhatikan konstruktibilitas. Bagi Ari, arsitek merupakan pewujud mimpi dari masyarakat. Sedangkan Ica yang berasal dari kelompok kedua memaparkan seorang arsitek harus paham betul mengenai fungsi yang ada didalamnya dan merangkul disiplin-disiplin ilmu lainnya agar menghasilkan karya arsitektur yang tepat guna.

Gambar 3 Suasana Diskusi AUB 88

Arsitek dalam menjalankan karirnya di dunia arsitektur harus selalu belajar dan belajar agar lebih memahami apa makna dibalik ilmu arsitektur yang sesungguhnya. Pengalaman Kinsi di bidang sosial dan lingkungan merupakan contoh bahwa arsitektur tidak hanya tentang estetika, branding, dan ego arsitek, melainkan arsitektur adalah sesuatu yang tidak lepas dari apa yang ada di sekitar kita.

Gambar 4 Foto bersama pembicara dan audiens AUB 88

No comments:

Post a Comment