Saturday, February 4, 2012

Post Event Release Architects Under Big 3 #22 Dany Cahyono


Dany Cahyono

Jumat bulan ini, Architects Under Big 3 menampilkan seorang arsitek muda asal Bali, Dany Cahyono. Di depan sekitar 65 orang audien, Danny menpresentasikan pengalaman dan pemikirannya dalam judul “Hijau” Saja Tidak Cukup.

Akhir – akhir ini semakin sering kita jumpai fenomena “hijau” di berbagai media, baik elektronik maupun cetak. Hampir semua produk di setiap aspek kehidupan berlomba – lomba memberikan label “hijau” pada produknya, termasuk diantaranya di bidang arsitektur. Banyak arsitek melakukan terobosan dalam teknologi arsitektur. Mereka berlomba – lomba menjadi yang ter-hijau dan mengklaim dirinya “hijau”. Begitu maraknya hingga memunculkan titik jenuh akan istilah “go green”.

Di ranah arsitektur sendiri, hal ini sebenarnya bukan masalah yang baru. “hijau” yang merupakan terminologi dari sustainable architecture sudah diperbincangkan sejak tahun 1980 di Brundtland Commisions. Kemudian diikuti oleh kesepakatan bersama di Rio Summit di tahun 1992 bahwa sustainable merupakan “Sebuah pengembangan untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang dengan tidak mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.“ yang belakangan sering dikenal dengan istilah “hijau”. Namun, tidak ada tolak ukur yang baku akan bagaimana menciptakan sebuah bangunan yang memenuhi standar bangunan hijau.


Pemahaman tersebut kemudian mengarah kepada optimasi pada energi konstruksi, yaitu bagaimana menciptakan sebuah bangunan yang memenuhi standar green building. Berbagai teknologi mencoba menjawab tuntutan ini, antara lain solar cell, green roof, green wall yang notabene masih sangat mahal untuk dijangkau masyarakat. Namun itupun belum cukup untuk mengukur seberapahijau” bangunan yang akan tercipta.

Audien AUB3
Dany mengatakan, marilah kita bercermin pada Museum Guggenheim karya Frank O. Gehry. Museum ini merupakan sebuah proyek yang sangat berani dengan anggaran yang sangat tinggi untuk ukuran sebuah kota yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi. Namun siapa sangka karya ini mampu menciptakan fenomena yang dikenal dengan “Bilbao Effect”. Memberikan dampak positif dalam segi ekonomi lokal, dengan mengangkat sektor pariwisata, dan membuka banyak lapangan kerja.

Secara garis besar tujuan dari “hijau” ini yaitu menciptakan sebuah proyek yang mandiri. Seruan Cathleen McGuigan tentang “Green Buildings are ugly” dalam artikelnya The Bad News About Green Architecture,  bisa diterjemahkan apakah green yang ingin dicapai ini hanya sekedar “green look”.

Masyarakat seolah terlalu diburu oleh isu global warming. Terlalu banyak energi yang akan terbuang hanya untuk mencari cara agar bisa sepenuhnya tampil “hijau”. Bila mengalihkan pemahaman ke konteks yang lebih luas lagi, arsitek dapat membagi pola pikir kepada masyarakat.  Ini merupakan usaha yang tidak sepele apalagi jika sampai mampu membangun arsitektur yang mempu menjaga keterkaitan sosial dengan lingkungan sekitarnya, Arsitektur yang mampu berbagi dengan sekitarnya, sanggup mengembalikan jati diri manusia. Mengembalikan pola pikir dan gaya hidup yang “hijau” seperti leluhur kita. Tidak menutup kemungkinan, karena arsitek adalah seorang intelek yang dituntut paham dalam berbagai aspek, salah satu agent of change.

Hijau Saja Tidak Cukup.

Sesi presentasi kemudian berlanjut ke sesi diskusi. Penanya pertama adalah Sangga, seorang mahasiswa Universitas Udayana, ia menanyakan bagaimana cara paling mudah untuk membagikan konsep “hijau” ke masyarakat? Dany menjawab, cara yang yang paling mudah adalah dengan memberikan wawasan kepada masyarakat luas selain di komunitas arsitektur. Modal yang dibutuhkan hanyalah komunikasi.

Sangga, Alice, dan Errik
Penanya berikutnya adalah Errik, ia menanyakan apa makna “hijau” bagi Dany? Dan apakah Dany memiliki gagasan kegiatan yang para kaum muda dapat berpartisipasi. Dany menjawabnya dengan singkat, makna “hijau” bagi Dany adalah berbagi. Untuk saat ini, Dany belum bisa menawarkan kegiatan “hijau”. Yang saat ini ia lakukan adalah bagaimana bisa menyadarkan dan memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai konsep “hijau”. Alice, presenter AUB3 bulan Agustus 2011 ikut menanggapi presentasi Dany. Ia mengatakan bahwa, dalam menerapkan konsep “hijau” yang pertama kali harus dilakukan adalah perubahan pada pola pikir.

No comments:

Post a Comment