Monday, March 10, 2014

Post Event Release : Architects Under Big 3 #47 Ida Bagus Sahadewa


The Presenter : IB Sahadewa

Definisi Jual Diri sudah ditekankan oleh Ida Bagus Sahadewa (Gusde) sebagai marketing profesi Arsitektur versi Gusde sendiri pada awal diskusi di Danes Art Veranda. Mengawali diskusi dengan perkenalan diri sebagai lulusan 2010 S1 Udayana dan pada tahun 2011 melanjutkan Pendidikan Profesi Arsitektur di Institut Teknologi Sepuluh Nopember selanjutnya serius untuk fokus ke bidang Developer dengan mengikuti Certified Property Developer di Panangian School of Property, Jakarta  pada 2013.

Gusde membagi diskusi dalam 5 point untuk diskusi “Jual Diri”, point pertama adalah “Memulai itu gampang”, definisi dari point pertama ini dijelaskan dengan bagaimana awal Gusde mendapat inspirasi untuk memulai karirnya. Setelah lulus S1 dari Universitas Udayana, Gusde pernah berkesempatan untuk bekerja selama 9 bulan di PT.GSA (Giri Suprayatna Architect) yang dipimpin oleh Bapak Giri Suprayatna sendiri, setelah Bapak Giri Suprayatna lulus S1 dari ITS, beliau sama sekali tidak pernah menjadi staff, beliau mengambil pekerjaan apapun itu yang berhubungan dengan bidang yang dipelajari yakni Arsitektur, hingga akhirnya saat ini Bapak Giri mampu untuk memimpin perusahaan nya sendiri. Dari cerita inilah Gusde terinspirasi dan setelah bekerja 9 bulan memutuskan untuk resign dan melanjutkan Pendidikan Profesi Arsitektur di ITS pada 2011, pada saat Gusde melanjutkan studi nya di ITS, Gusde bersama satu orang teman nya sudah memulai merintis perusahaan yang diberi nama PT. Ajisaka pada bulan November 2011, namun pada saat tersebut belum berbadan hukum.


Point kedua adalah “Banyak teman banyak rejeki”, Pada saat pertama memulai Ajisaka, Gusde belum terbayang bagaimana cara mencari proyek dan menjalani perusahaan, namun menurut Gusde yang penting adalah bagaimana pertanggung jawaban dari apa yang sudah kita putuskan. Ajisaka saat ini terdiri dari 8 orang, dan scope pekerjaan yang diambil meliputi desain, interior, struktur dan landscape. Gusde banyak mendapatkan peluang proyek dari banyak bergaul (banyak teman banyak rejeki), menurut Gusde bagi arsitek pemula belum bisa menjual brand, peluang yang kita dapatkan tergantung dari jaringan yang kita punya seperti apa, semua berawal dari network menurut Gusde hal tersebut sanagt berguna bagi profesi Arsitektur, maka dari itu Gusde berkesimpulan bahwa “memulai itu gampang”, Gusde memberikan contoh bila ada teman yang ingin mendirikan villa atau sesuatu dan bertanya kepada Gusde, pada awal pembicaraan Gusde akan selalu menjawab bisa, setelah itu baru Gusde akan berpikir bagaimana cara pertanggung jawaban menjalankan nya.

Point ketiga adalah “Idealisme untuk bertahan hidup”, pada point ini Gusde menjelaskan bahwa dulu pada saat mahasiswa sangat gemar untuk mendisain arsitektur dengan segala bentuk dan kreativitas, namun untuk saat ini bila berhasil mendapatkan proyek saja sudah untung, tidak akan berpikir untuk mengeksplorasi bentuk yang aneh, dan akan lebih memilih mengikuti kebutuhan klien seperti apa. Menurut Gusde pada point ini penting untuk bagaimana pemula untuk memulai, bagaimana berhadapan dengan klien yang pendidikan nya tidak kalah dengan arsitek, apabila mengalami suatu keadaan dimana klien ingin sesuatu yang berbeda dengan style mendisain kita, kita bisa lebih memilih untuk kebutuhan klien, dan sejalan dengan waktu, menurut Gusde, kita pasti akan memperoleh idealism kita kembali, apabila jam terbang sudah tinggi dan sudah banyak memiliki proyek serta klien.

Point keempat adalah “Menikmati Proses”, ada beberapa kesulitan saat memulai sebuah perusahaan sendiri menurut Gusde, salah satunya adalah “deal” yang terlambat, Gusde memberikan contoh proyek pertama (2010) yang Gusde tangani adalah renovasi hotel mataram, pada saat memulai Gusde sudah memberikan gambar dan klien menyukai gambar yang Gusde buat, namun pada saat itu klien meninggalkan Gusde dan 4 tahun kemudian tepatnya pada 2014 ini baru menghubungi kembali karena budget yang diperlukan untuk renovasi hotel sudah dimiliki oleh klien, maka dari itu menurut Gusde, bila mendapatkan proyek belum tentu deal pada saat itu juga, bisa 2-4 tahun berikutnya baru klien dapat muncul kembali, dan kita harus menikmati proses tersebut dengan positive thinking, mungkin pada saat tersebut klien belum memiliki budget yang cukup, sehingga harus meninggalkan terlebih dahulu.

Point kelima adalah “Arsitek adalah Profesi Sosial”, Gusde menjelaskan untuk point ini sebagai seorang arsitek sangat penting untuk berhubungan dengan berbagai orang dan berbagai kepentingan, bagaimana cara mengahadapi orang dengan karakter yang berbeda, sehingga kita dapat menghadapi owner, mandor dan toko bangunan dengan baik. Menurut Gusde hal yang paling penting untuk pemula dalam mendirikan sebuah perusahaan adalah ilmu manajemen, penting untuk bagaimana cara yang baik untuk melanjutkan kantor dan bertanggung jawab dengan apa yang sudah dimulai.

Setelah penjelasan 5 point di atas, Gusde melanjutkan diskusi dengan menunjukan proyek proyek yang sudah ditangani PT. Ajisaka dari tahun 2010 – 2014, proyek yang ditangani PT. Ajisaka terdiri dari 3 kategori yakni Housing, komersial dan hospitality.

Diskusi kemudian berlanjut ke sesi Tanya jawab, pertanyaan pertama datang dari Fezty (Arsitek GSA), Fezty menanyakan mengenai bagaimana cara untuk mendapatkan mandor dan orang orang pendukung untuk berjalan nya suatu proyek bagi Gusde ketika masih sangat baru mendapatkan proyek konstruksi. Gusde menanggapi dengan menyarankan untuk datang ke proyek manapun yang sedang berjalan, dan bertanya disana siapa mandor yang sedang memimpin di proyek tersebut, darisana kita dapat berkenalan dan bertanya kepada mandor di proyek tersebut, apa mandor tersebut bisa di ajak bekerja sama untuk mengerjakan proyek atau tidak.


Pertanyaan kedua datang dari iPod (alumni ITS), yang bertanya perihal apakah Gusde suatu saat akan melepaskan sebuah proyek untuk kembali kepada idealism nya atau akan tetap berjalan seperti saat ini dimana desain yang dibuat memenuhi keinginan dan kebutuhan klien. Gusde menanggapi dengan menjelaskan pada saat baru mulai merintis tidak bisa mengandalkan idealism, karena bila kita berhasil mendapatkan proyek saja sudah bagus, idelaisme dapat kembali apabila sudah orang yang mencari kita, apabila proyek sudah datang sendiri tanpa perlu di cari, namun hal tersebut juga tidak bisa dilakukan secara langsung, untuk mempertahankan idealism, kita harus mampu untuk member penjelasan yang baik terhadap owner apabila owner tidak setuju dengan desain yang kita buat, kita harus tetap bisa memberikan penjelasan dan pemahaman sesuai dengan pengalaman yang sudah kita punya, agar owner dapat sepaham dengan desain Arsitek.

Pertanyaan ketiga datang dari Isyana (alumni ITS), yang bertanya perihal seberapa besarnya pengaruh Pendidikan Profesi Arsitektur terhadap Gusde, menurut Gusde banyak pengalaman yang ia dapat karena mengambil PPARS di Surabaya, Gusde dapat mengetahui bagaimana style kuliah di Surabaya serta bagaimana dosen dosen di Surabaya, dan dari pengalaman nya di Surabaya, Gusde dapat berkesempatan melihat langsung bagaimana perkembangan property seperti Citraland di Surabaya dan terinspirasi dengan perkembangan tersebut. Gusde juga mendapat informasi mengenai sekolah property yang ia tempuh di Jakarta dari ITS, sehingga ia dapat mengetahui tenyang hukum agrarian, sengketa tanah dan perjanjian kerjasama.

Pertanyaan keempat datang dari Udan, yang bertanya perihal pendapat Gusde mengenai banyaknya arsitek nekat pada saat ini, dimana mereka belum menguasai semuanya namun sudah berani untuk memulai perusahaan sendiri, Gusde menanggapi dengan pendapat bahwa ia setuju dan menganggap hal tersebut sangatlah bagus, karena untuk memulai, modal yang dibutuhkan salah satunya adalah nekat, selama itu tidak merugikan orang lain, cara agar tidak merugikan orang lain adalah dengan tidak bekerja sendiri, harus merangkul teman yang menguasai profesi lain, harus dapat mencari orang orang yang bisa di ajak bekerjasama, sehingga proyek dapat berjalan dengan baik dan tidak merugikan orang lain. Gusde juga menerangkan bahwa sebagai arsitek pemula, untuk bisa aktif mencari proyek melalui kenalan dan teman, modalnya juga harus nekat, karena pada saat Gusde pertama memulai, Gusde juga bermodalkan nekat dan mengandalkan pendidikan yang Gusde punya serta pengalaman yang Gusde ketahui.

Gusde mengakhiri diskusi dengan kesimpulan bahwa apapun yang terjadi kita harus tetap bersemangat untuk “Jual Diri”. 


No comments:

Post a Comment