Definisi
Jual Diri sudah ditekankan oleh Ida Bagus Sahadewa (Gusde) sebagai marketing
profesi Arsitektur versi Gusde sendiri pada awal diskusi di Danes Art Veranda.
Mengawali diskusi dengan perkenalan diri sebagai lulusan 2010 S1 Udayana dan
pada tahun 2011 melanjutkan Pendidikan Profesi Arsitektur di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember selanjutnya serius untuk fokus ke bidang Developer dengan
mengikuti Certified Property Developer di Panangian
School of Property, Jakarta pada 2013.
Gusde
membagi diskusi dalam 5 point untuk diskusi “Jual Diri”, point pertama adalah “Memulai
itu gampang”, definisi dari point pertama ini dijelaskan dengan bagaimana awal
Gusde mendapat inspirasi untuk memulai karirnya. Setelah lulus S1 dari
Universitas Udayana, Gusde pernah berkesempatan untuk bekerja selama 9 bulan di
PT.GSA (Giri Suprayatna Architect) yang dipimpin oleh Bapak Giri Suprayatna
sendiri, setelah Bapak Giri Suprayatna lulus S1 dari ITS, beliau sama sekali
tidak pernah menjadi staff, beliau mengambil pekerjaan apapun itu yang
berhubungan dengan bidang yang dipelajari yakni Arsitektur, hingga akhirnya
saat ini Bapak Giri mampu untuk memimpin perusahaan nya sendiri. Dari cerita
inilah Gusde terinspirasi dan setelah bekerja 9 bulan memutuskan untuk resign
dan melanjutkan Pendidikan Profesi Arsitektur di ITS pada 2011, pada saat Gusde
melanjutkan studi nya di ITS, Gusde bersama satu orang teman nya sudah memulai
merintis perusahaan yang diberi nama PT. Ajisaka pada bulan November 2011,
namun pada saat tersebut belum berbadan hukum.
Point
kedua adalah “Banyak teman banyak rejeki”, Pada saat pertama memulai Ajisaka,
Gusde belum terbayang bagaimana cara mencari proyek dan menjalani perusahaan,
namun menurut Gusde yang penting adalah bagaimana pertanggung jawaban dari apa
yang sudah kita putuskan. Ajisaka saat ini terdiri dari 8 orang, dan scope
pekerjaan yang diambil meliputi desain, interior, struktur dan landscape. Gusde
banyak mendapatkan peluang proyek dari banyak bergaul (banyak teman banyak
rejeki), menurut Gusde bagi arsitek pemula belum bisa menjual brand, peluang
yang kita dapatkan tergantung dari jaringan yang kita punya seperti apa, semua
berawal dari network menurut Gusde hal tersebut sanagt berguna bagi profesi
Arsitektur, maka dari itu Gusde berkesimpulan bahwa “memulai itu gampang”, Gusde
memberikan contoh bila ada teman yang ingin mendirikan villa atau sesuatu dan
bertanya kepada Gusde, pada awal pembicaraan Gusde akan selalu menjawab bisa,
setelah itu baru Gusde akan berpikir bagaimana cara pertanggung jawaban
menjalankan nya.
Point
ketiga adalah “Idealisme untuk bertahan hidup”, pada point ini Gusde
menjelaskan bahwa dulu pada saat mahasiswa sangat gemar untuk mendisain
arsitektur dengan segala bentuk dan kreativitas, namun untuk saat ini bila
berhasil mendapatkan proyek saja sudah untung, tidak akan berpikir untuk
mengeksplorasi bentuk yang aneh, dan akan lebih memilih mengikuti kebutuhan klien
seperti apa. Menurut Gusde pada point ini penting untuk bagaimana pemula untuk
memulai, bagaimana berhadapan dengan klien yang pendidikan nya tidak kalah
dengan arsitek, apabila mengalami suatu keadaan dimana klien ingin sesuatu yang
berbeda dengan style mendisain kita, kita bisa lebih memilih untuk kebutuhan
klien, dan sejalan dengan waktu, menurut Gusde, kita pasti akan memperoleh
idealism kita kembali, apabila jam terbang sudah tinggi dan sudah banyak
memiliki proyek serta klien.
Point
keempat adalah “Menikmati Proses”, ada beberapa kesulitan saat memulai sebuah
perusahaan sendiri menurut Gusde, salah satunya adalah “deal” yang terlambat, Gusde memberikan contoh proyek pertama (2010)
yang Gusde tangani adalah renovasi hotel mataram, pada saat memulai Gusde sudah
memberikan gambar dan klien menyukai gambar yang Gusde buat, namun pada saat
itu klien meninggalkan Gusde dan 4 tahun kemudian tepatnya pada 2014 ini baru
menghubungi kembali karena budget
yang diperlukan untuk renovasi hotel sudah dimiliki oleh klien, maka dari itu
menurut Gusde, bila mendapatkan proyek belum tentu deal pada saat itu juga, bisa 2-4 tahun berikutnya baru klien dapat
muncul kembali, dan kita harus menikmati proses tersebut dengan positive thinking, mungkin pada saat
tersebut klien belum memiliki budget
yang cukup, sehingga harus meninggalkan terlebih dahulu.
Point
kelima adalah “Arsitek adalah Profesi Sosial”, Gusde menjelaskan untuk point
ini sebagai seorang arsitek sangat penting untuk berhubungan dengan berbagai
orang dan berbagai kepentingan, bagaimana cara mengahadapi orang dengan
karakter yang berbeda, sehingga kita dapat menghadapi owner, mandor dan toko
bangunan dengan baik. Menurut Gusde hal yang paling penting untuk pemula dalam
mendirikan sebuah perusahaan adalah ilmu manajemen, penting untuk bagaimana
cara yang baik untuk melanjutkan kantor dan bertanggung jawab dengan apa yang
sudah dimulai.
Setelah
penjelasan 5 point di atas, Gusde melanjutkan diskusi dengan menunjukan proyek
proyek yang sudah ditangani PT. Ajisaka dari tahun 2010 – 2014, proyek yang
ditangani PT. Ajisaka terdiri dari 3 kategori yakni Housing, komersial dan
hospitality.
Diskusi
kemudian berlanjut ke sesi Tanya jawab, pertanyaan pertama datang dari Fezty
(Arsitek GSA), Fezty menanyakan mengenai bagaimana cara untuk mendapatkan
mandor dan orang orang pendukung untuk berjalan nya suatu proyek bagi Gusde
ketika masih sangat baru mendapatkan proyek konstruksi. Gusde menanggapi dengan
menyarankan untuk datang ke proyek manapun yang sedang berjalan, dan bertanya
disana siapa mandor yang sedang memimpin di proyek tersebut, darisana kita
dapat berkenalan dan bertanya kepada mandor di proyek tersebut, apa mandor
tersebut bisa di ajak bekerja sama untuk mengerjakan proyek atau tidak.
Pertanyaan
kedua datang dari iPod (alumni ITS), yang bertanya perihal apakah Gusde suatu
saat akan melepaskan sebuah proyek untuk kembali kepada idealism nya atau akan
tetap berjalan seperti saat ini dimana desain yang dibuat memenuhi keinginan
dan kebutuhan klien. Gusde menanggapi dengan menjelaskan pada saat baru mulai
merintis tidak bisa mengandalkan idealism, karena bila kita berhasil
mendapatkan proyek saja sudah bagus, idelaisme dapat kembali apabila sudah
orang yang mencari kita, apabila proyek sudah datang sendiri tanpa perlu di
cari, namun hal tersebut juga tidak bisa dilakukan secara langsung, untuk
mempertahankan idealism, kita harus mampu untuk member penjelasan yang baik
terhadap owner apabila owner tidak setuju dengan desain yang kita buat, kita
harus tetap bisa memberikan penjelasan dan pemahaman sesuai dengan pengalaman
yang sudah kita punya, agar owner dapat sepaham dengan desain Arsitek.
Pertanyaan
ketiga datang dari Isyana (alumni ITS), yang bertanya perihal seberapa besarnya
pengaruh Pendidikan Profesi Arsitektur terhadap Gusde, menurut Gusde banyak
pengalaman yang ia dapat karena mengambil PPARS di Surabaya, Gusde dapat
mengetahui bagaimana style kuliah di Surabaya serta bagaimana dosen dosen di
Surabaya, dan dari pengalaman nya di Surabaya, Gusde dapat berkesempatan
melihat langsung bagaimana perkembangan property seperti Citraland di Surabaya
dan terinspirasi dengan perkembangan tersebut. Gusde juga mendapat informasi
mengenai sekolah property yang ia tempuh di Jakarta dari ITS, sehingga ia dapat
mengetahui tenyang hukum agrarian, sengketa tanah dan perjanjian kerjasama.
Pertanyaan
keempat datang dari Udan, yang bertanya perihal pendapat Gusde mengenai
banyaknya arsitek nekat pada saat ini, dimana mereka belum menguasai semuanya
namun sudah berani untuk memulai perusahaan sendiri, Gusde menanggapi dengan
pendapat bahwa ia setuju dan menganggap hal tersebut sangatlah bagus, karena
untuk memulai, modal yang dibutuhkan salah satunya adalah nekat, selama itu
tidak merugikan orang lain, cara agar tidak merugikan orang lain adalah dengan
tidak bekerja sendiri, harus merangkul teman yang menguasai profesi lain, harus
dapat mencari orang orang yang bisa di ajak bekerjasama, sehingga proyek dapat
berjalan dengan baik dan tidak merugikan orang lain. Gusde juga menerangkan
bahwa sebagai arsitek pemula, untuk bisa aktif mencari proyek melalui kenalan
dan teman, modalnya juga harus nekat, karena pada saat Gusde pertama memulai,
Gusde juga bermodalkan nekat dan mengandalkan pendidikan yang Gusde punya serta
pengalaman yang Gusde ketahui.
Gusde
mengakhiri diskusi dengan kesimpulan bahwa apapun yang terjadi kita harus tetap
bersemangat untuk “Jual Diri”.
No comments:
Post a Comment