Tuesday, August 26, 2014

Post Event Release: Architects Under Big 3 #52 Andre Pradiktha



Diskusi bersama Andre di Garden Popo Danes Architect dimulai dengan penjelasan Andre yang akan terbagi menjadi beberapa poin untuk menghadirkan kronologis dan mengangkat isu tentang gelombang baru arsitektur yang mungkin terjadi di masa depan
Penjelasan poin pertama dari Andre adalah mengenai esensi dari kata arsitektur yang menurut Andre sebenarnya adalah sistem, namun dibahas spesifik pada bangunan, jadi sistem bangunan lah yang dimaksud. Pada zaman awal kebudayaan manusia, makna dari arsitektur sangatlah berbeda dengan apa yang di pahami sekarang ini. Andre menjelaskan dahulu arsitektur bangunan hanya digunakan sebagai sesuatu yang sakral, untuk penyembahan, dan manusia hidup/tinggal dari ekses arsitektur tersebut. Manusia purba yang awalnya tinggal di dalam gua, begitu mereka mengenal perkakas dan bisa mengolah makanan mereka dapat mengolah alam, menjadikannya arsitektur, lalu mereka mulai membuat arsitektur, tidak hanya sistem bangunan yang mereka buat melainkan juga sistem sosial mereka mulai ditata. Pada suatu kadar yang cukup kompleks, perpaduan antara komunitas tersebutlah yang menjadikan komunitas yang lebih besar, sampai akhirnya terbentuklah desa, sampai akhirnya sebuat struktur sosial tersebut menjadi sebuat entitas yang lebih besar, yakni kota.

 
Poin kedua dari Andre yakni Mimpi, Imaji dan Keserakahan. Melihat kemajuan kota-kota awal, beberapa komunitas sosial dari luar akan tertarik untuk bermigrasi ke kota dimana kehidupan terlihat lebih baik, hal inilah yang disebut urbanisasi pada masa sekarang. Dahulu sebelum manusia mengenal tatanan masyarakat yang lebih kompleks daripada sekarang ini, belum ada ekspansi dan kemajuan sebelum ada yang namanya mimpi, imaji, dan keserakahan. Menurut Andre, inilah tiga faktor yang menyebabkan manusia mengalami kemajuan dalam arsitektur kehidupan. Dari kota-kota hebat, terbentuk sistem sosial yang jauh lebih kompleks lagi, yakni kekaisaran / kerajaan. Kerajaan yang dikuasai oleh seorang raja ini karena mempunyai mimpi, imaji dan keserakahan, berikutnya berambisi untuk melakukan ekspansi, munculah kemudian peperangan antar kerajaan pada masa lalu. Arsitektur kemudian berkembang dan beradaptasi kepada kondisi peperangan ini. Andre menyimpulkan bahwa kini arsitektur berubah menjadi sebuat ladang produksi, menciptakan kekuatan untuk perang, menciptakan wajah suatu kekaisaran, ini sebabnya arsitektur pada masa itu terlihat sangat kokoh dan alami meski tidak terlalu humanis. Menurut Andre arsitektur dapat dilihat dari latar belakang suatu peradaban, dan tercermin di dalamnya. Bila mimpi, imaji, dan keserakahan ini tidak ada dalam jumlah terkecil sekalipun, maka arsitektur tidak akan berkembang.
Poin ketiga yakni Modernitas dan Industri, Andre menjelaskan semuanya berubah lagi saat manusia mencapai masa keemasan dalam hal mendayagunakan sumber daya alam. Pada masa inilah manusia mencapai masa modern. Artinya semua serba baru dan ideal bagi sistem sosial di masa itu. Arsitektur modern sebagai salah satu manifestasinya, adalah merupakan ekses dari arsitektur lampau yang mendapat sentuhan peperangan dan industrialisasi. Dari sebelumnya menggunakan batu, berubah menjadi bahan olahan manusia yang lebih sintetis. Semuanya mengejar kecepatan dan produksi. Bisa dikatakan arsitektur modern lahir dari perang, dan ekses perkembangannya dari prinsip peperangan sebelumnya. Andre menjelaskan istilah perang dapat diklasifikasikan menjadi perang tidak langsung dan perang langsung. Perang langsung biasanya menggunakan senjata dan korban jiwa sangat nyata dapat dilihat. Perang tidak langsung sangat berbeda ceritanya, perang tidak langsung terjadi tidak menggunakan senjata yang memakan korban langsung, melainkan dengan taktik psikologis dan strategi. Perang tidak langsung dapat terjadi pada saat damai, bahkan akan terus terjadi selama manusia masih memiliki tiga faktor yang dijelaskan sebelumnya. Salah satu contoh perang tidak langsung adalah perang ekonomi. Arsitektur modern juga salah satu akibat dari perang ekonomi, semuanya serba efisien, elemenya merupakan elemen pengulangan/repetisa dari apa yang sudah ada, semuanya demi memotong ongkos produksi.

Poin keempat adalah Arsitektur Alien dan Tren Masa Depan, mengenai Arsitektur Alien, Andre berpendapat bahwa revolusi post-modernisme pada arsitektur modernisme yang kembali memasukkan esensi/ makna pada arsitektur namun tetap menggunakan teknologi modern, dinilai menjadi jawaban atas kejenuhan dalam repetisi arsitektur modern yang dianggap sebagai produk perang. Namun arsitektur yang baru dan aneh serta cenderung tidak fungsional sering disebut sebagai arsitektur alien. Alien disini berarti asing.
Dalam poin Tren Masa Depan, Andre menjelaskan bahwa di masa depan, robot akan mendominasi. Ekses dari kejenuhan arsitektur modern yang membangkitkan arsitektur post-modern melahirkan teknik rancang bangun yang memiliki nilai estetika tinggi, meski tidak terlalu fungsional demi mengurangi kejenuhan, namun bangunan post-modern sering sangat sulit untuk dikerjakan secara manual. Sejak lahirnya komputer dan intelejensia buatan, manusia seakan-akan rindu lagi pada repetisi modern, yakni kemudahan. Menurut Andre Kali ini kemudahan bukanlah diwujudkan kedalam bentuk bangunan yang ‘malas’ dan standar, melainkan diwujudkan jauh lebih rumit lagi namun dengan bantuan robot untuk mewujudkannya. Hal ini sebenarnya berakibat buruk bagi manusia itu sendiri, mulai dari berkembangannya yang mengarah menjauhi skala manusia, “out of human scale”, sampai kepada kebingungan dalam menggunakan bangunan oleh karena masifnya desain sebuah bangunan.
Di masa depan ide lah yang mengarahkan manusia apakah maju lebih jauh, atau stagnan. Hampir seluruh teknik membangun  kini telah dikuasai oleh manusia dan diwujudkan oleh robot. Namun ternyata riak-riak peperangan dan perpecahan masih membayangi manusia. Ide-ide ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kehidupan dan sosial, apakah saat perang atau sangat damai. Oleh karena itu di masa depan politik sangat mempengaruhi arsitektur. Keadaan alam juga sangat mempengaruhi arsitektur, proses urbanisasi dewasa ini sudah sangat mencederai alam, dan pesatnya pembangunan memaksa manusia untuk menghisap sumber daya lebih banyak lagi. Banyak hal yang bisa terjadi yang tidak dapat diprediksi di masa depan, apakah bumi akan kehabisa stok sumber daya nya, ataukah masih berlimpah. Apakah bencana akan melanda, banjir? Atau malah kekeringan yang luar biasa?

Diskusi berlanjut ke sesi Tanya jawab, pertanyaan pertama datang dari Giri (alumni Udayana), Giri menanyakan perihal bagaimana cara yang baik untuk menghadapai tantangan Arsitektur di masa depan, karena ada isu di dunia Arsitektur mengenai Asean Community, apakah hal tersebut akan menjadi tantangan ataukah ada tantangan yang lainnya.
Andre menjelaskan bahwa Arsitektur itu bagus di masa depan, dan dipengaruhi politik, secara professional kerja akan berbeda tantangannya ke depan, Andre menjelaskan hanya 1% (orang kaya di dunia) yg membutuhkan jasa arsitektur, tantangan nya adalah bagaimana memasyarakatkan arsitektur, bagaiamana caranya di Indonesia untuk mengenalkan bahan batako dan kayu, Andre berkesimpulan bahwa tantangan utama adalah menguasai material, dan mengenai Sumber daya manusia, pada tahun 2015 dari ASEAN posisi kita sama dengan yg lain, dan satu satunya cara agar dapat bersaing adakah memperbaiki kulitas diri agar mempunyai kemampuan dan koneksi keluar.
Pertanyaan kedua perihal Arsitek under new wave antara kembali ke belakang atau menembus ke depan, kembali ke belakang adalah mengangkat tradisionalisme dan lokalitas, sedangkan menembus kedepan dengan memperbarahui dan memodernkan, selama ini sepeti apa teknologi teknologi atau hal hal baru yang Andre temukan, dan apa saja teknologi yg sesuai untuk di jalanakn terutama bali dan Indonesia
Menurut Andre saat ini kita hanya mendapat improve dari sisi konsep dari internet, dari teknologi informasi semakin maju, kita bisa langsung mencari bahan kosep melalui google, dari segi drafting yakni teknologi CAD dan 3D printing di bandung dalam skala kecil, Andre berharap mungkin nanti material dapat dibuat 3D print,sehingga lebih memudahkab, perihal teknologi yang cocok untuk di Bali, dari sisi drafting dan konsep, terdapat istilah arsitektur hybrid yang menggabungkan bali tradisional dan modern, aplikasi nya semakin tinggi, dan Ande menyarankan bila bagi mahasiswa lebih ke sensi (arti) dan konsep serta material, penguasaan material perlu dari sekarang, jangan hanya sekedar membuat bangunan, kita harus tau fungsi nya dulu, karena material nanti yang langsung di terapkan ke lapangan secara visual.
Di akhir diskusi, Andre memberikan kesimpulan dengan pertanyaan apakah modernisme atau post-modernisme yang menjadi pemenang? Ternyata semuanya kembali ke lokal, dan kita sebagai pengguna arsitektur. Dunia ini terlalu masif untuk sebuah urbanisasi yang besar, semua esensi arsitektur sebenarnya ada di alam, dan manusia hanya membutuhkan sebuah arsitektur yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu baik di masa depan maupun masa lalu, regionalisme-lah yang akan tetap pada prinsipnya, meskipun diwujudkan oleh robot ataupun untuk urbanisasi dalam skala besar, sebuah bangunan tetap menyesuaikan dengan kondisi sekitarnya, apakah sebuah bangunan itu nyaman, ataukah malah terasa asing oleh penggunanya.

Visi dan ide datang dari imaji manusia.
Berbagi imaji melalui film dan video.
Sebagian besar arsitektur dan teknologi kita saat ini sudah ada dalam film masa lalu.




No comments:

Post a Comment