"Learn To
Combine - Corporate Bussiness with Idealism Architect"
Suatu cerita tentang perjalanan hidup yang ingin mencoba menyatukan Idealisme Arsitek dengan Bisnis Korporasi, yang pada umumnya disebut oleh banyak orang adalah hal yang sangat sulit bahkan mustahil. Perjalanan yang disertakan dengan pengalaman pribadi yang terjadi demi merealisasikan mimpi dan keinginan untuk menjadi seorang Arsitek yang Idealis namun memiliki bisnis besar yang berbasis korporasi
.
Hal ini yang menjadi dasar dan mimpi besar Egha untuk menjadi
arsitek dan entrepreneur. Berasal
dari sebuah pertanyaan kecil, why the
most creative architects always not very good at bussiness, begitu juga
sebaliknya. Bussiness yang dimaksud disini adalah
bisnis korporasi dengan big manajemen
and workers didalamnya. Istilah
mudahnya Egha
selalu membayangkan apa jadinya apabila orang pro dalam korporasi bisnis (ex: James Riady-Lippo, Tomy Winata-AG) dapat menjadi satu dengan orang yang
pro dalam idealism architect (ex: Andra Matin,
Budiman Hendro-DCM, or maybe
Sir
Popo Danes)? Or Zaha Hadid combine with Bill
Gates? Of course he/she can create a small Dubai at indonesia. Pikiran itulah yang
menjadi dasar kenapa Egha
bergerak di jalur corporate-idealism,
dimana kreatifitas selalu bertentangan dengan omset bisnis. Khususnya bagi
arsitek muda lainnya yang tentunya minim koneksi, pengalaman, kemampuan teknis,
dan keahlian berdiplomasi di industri yang umumnya diisi generasi 40+
ini. Presentasi ini menceritakan tentang perjalanan panjang hidup Egha dalam mencapai mimpi
tersebut. Perjalanan yang tentunya sangat sulit, dan selalu dipenuhi kegagalan
dan tindakan mengambil keputusan yang penuh resiko. Hal-hal menyakitkan itulah
yang membimbing dan membentuk Egha
hingga dapat mendirikan perusahaan arsitek dan konstruksi sendiri dengan
beberapa pencapaian bisnis dan idealis. Tentunya
perjalanan yang panjang ini mau tidak mau membuat Egha harus selalu
berteman dengan kegagalan itu sendiri.
Tentang
Egha :
Muhammad
Egha lahir di Jakarta, 7 Desember 1990 adalah seorang Arsitek lulusan
Universitas Bina Nusantara tahun 2012. Sejak di bangku kuliah, Egha aktif dalam
organisasi kemahasiswaan yang mengantarkan Egha menjadi orang nomor satu dalam
Organisasi tersebut pada periode 2010-2011 sebagai Ketua Himpunan. Di masa pasca
kelulusannya, Egha mulai menyukai dunia wirausaha. Hal itu membuat Egha melakukan langkah
strategis penuh resiko pada masa pasca kelulusannya, seperti berbisnis
kuliner, mengerjakan beberapa proyek sebagai arsitek, berbisnis kontraktor
independen, serta sempat terjerumus bisnis MLM. Asam garam dunia bisnis dan
profesionalitas serta kegagalan demi kegagalan selalu menjadi pengiring hidup Egha saat itu, seperti dihina saat kunjungan proyek,
kegagalan dalam penerapan teknis arsitektur, dijauhi teman karena bisnis MLM,
serta kerugian akibat menjadi Kontraktor yang jumlahnya hingga puluhan juta
rupiah.
Namun
kepahitan demi kepahitan tersebut berbuah manis, beberapa karya arsitektur Egha yang terbangun
mampu menarik perhatian beberapa media cetak hingga televisi nasional. Kegagalan
bisnis kontraktorpun membuat Egha
bisa membangun suatu perusahaan kontraktor sendiri. Dan dari bisnis
MLM-lah Egha bertemu dengan
seorang klien yang hingga saat ini menjadi kontributor omset perusahaan
terbesar bernilai milyaran rupiah, dimana ternyata beliau adalah CEO regional
dari salah satu perusahaan advertising
no 3 terbaik di dunia versi Forbes.
Pada Tahun
2013 Egha mendirikan perusahaan pertamanya bersama kedua partnernya yaitu Hezby
Ryandi (23),
Sunjaya Askaria (22) dan menjadi CEO diperusahaan tersebut dengan nama Branding Delution Architect. Dimana
suatu perusahaan yang bergerak di bidang perencanaan hingga ke kontruksi.
Bermodal uang sebesar 30jt rupiah
Egha dan partnernya berkantor di suatu kamar kos-kosan 3x3 meter dekat kampus Universitas
Binus. Pada tahun 2014 Fahmy Desrizal (23) ikut bergabung sebagai partner dan membantu
mengembangkan Delution. Delution terus berkembang hingga sekarang dengan jumlah
karyawan tetap sebanyak 14 orang, dengan total kontrak kerja menembus 10
milyar rupiah di usia genap 1,5 tahun beroperasi. Salah satu proyek
kami juga menarik di mata media cetak internasional khususnya Korea dan China, hingga media online yang diterjemahkan ke lebih dari
7 bahasa Internasional.
Hal tersebut mengantarkan kami menjadi salah satu Pemenang Special
Mention German
Design Award 2016, dengan kategory
Interior design yang diadakan oleh German
Design Council.
Tentang Architects
Under Big 3:
Architects
Under Big 3 (AUB3) diselenggarakan pada Jumat pertama tiap bulan yang dibawakan
oleh arsitek muda berusia di bawah 30 tahun. Dalam kegiatan ini, arsitek muda
diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran
mereka pada publik melalui presentasi non formal yang diteruskan dengan diskusi
santai. Bertempat di Danes Art Veranda, peserta diberi kebebasan untuk memilih
ruangnya sendiri - di halaman, dek, roof top, galeri - dimanapun tempat dimana
mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya. Melalui
pendekatan ini, arsitek muda beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan
untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik
khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur.
Nama kegiatan : Architects
Under Big 3
Edisi : 65
Jenis kegiatan : Presentasi
dan Diskusi
Pembicara : Muhammad Egha
Hari, Tanggal : Jumat,
18 September 2015
Waktu : 19.00
- 21.00 WITA
Lokasi : Danes
Art Veranda, Jl. Hayam Wuruk no. 159 Denpasar 80235 Bali, Indonesia
Telepon : +62-361-242659
Fax : +62-361-242588
Contact Person :
+62-81-238-443-09 (Gian); +62 – 85- 780-1218-68 (Kity)
Issuu : Architects
Under Big 3
Facebook : Architects
Under Big 3
Twitter: @underbig3
No comments:
Post a Comment