Monday, July 10, 2017

Post Release Event Architects Under Big 3 #87 - Nawabha Architects


“Architecture Studio Managerial - Great System, Sustainable Business”

Di edisi ke 87 tahun ke-8 AUB kali ini, kita kedatangan tamu dari Bandung yaitu Nawabha Architects yang membahas kiat-kiat sukses mereka dalam merintis sebuah konsultan arsitektur. Tergolong muda, Tomo dan Teguh mewakili rekan-rekannya dalam menyampaikan metode yang mereka gunakan dalam merancang sistem yang berkelanjutan dalam menjalankan bisnis arsitektur miliknya.

 
Gambar 1 Teguh dan Tomo melakukan pemaparan materi

Lulus dari jurusan arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 2011, Tomo, Teguh, Lia, Jihad, Annas, Toos, Melati, Fajri, dan Nove membulatkan tekad untuk segera membuka konsultan arsitektur bernama Nawabha Architects yang berarti sembilan cahaya. Dengan modal 0 rupiah, laptop, dan keberanian, mereka mulai mengerjakan proyek-proyek kecil yang didapatkan dari kerabat dekat mereka. Dalam keberjalanannya, Nawabha selalu mengedepankan sistem dalam berbisnis. Dengan sistem, hal-hal yang riskan menimbulkan perpecahan seperti uang dapat diselesaikan dengan mudah.


Dalam merancang bisnis arsitektur yang dilakoninya, Tomo menjelaskan bahwa Nawabha membaginya menjadi Sistem founder dan perusahaan, Sistem SDM pegawai dan freelance, Sistem manajemen aset dan keuangan, dan Sistem mencari proyek. Dimulai dari sistem founder dan perusahaan, Teguh menjelaskan bahwa mereka menggunakan sistem sarang lebah, yang artinya antar satu substansi dengan lainnya saling mempengaruhi. Pada masa awal keberjalanan bisnis konsultan arsitektur Nawabha, mereka membuat sebuah aturan dasar yang mereka sebut sebagai AD/ ART yang di dalamnya tertulis dengan jelas visi, misi, serta landasan yang mereka pegang saat merintis bisnis ini. Setelah memiliki landasan yang kuat dan kesamaan pikiran antar satu founder dan yang lain, Nawabha kemudian merancang sistem yang mengatur sumber daya manusia, dan inventaris yang dimiliki. Sistem manajerial, marketing dan keuangan juga merupakan hal yang disepakati antar founder.

Dalam keberjalanan sistem yang telah dirancang, Nawabha rutin mengevaluasi sistem-sistem yang ada dengan melakukan 3 jenis rapat rutin, yaitu, rapat founder yang membahas mengenai target serta pencapaian-pencapaian perusahaan secara bulanan, kemudian rapat evaluasi untuk mengevaluasi kepengurusan, dan dilanjutkan dengan rapat internal untuk merancang kegiatan rutinitas yang ada di kantor. Hal unik dari Nawabha adalah mereka memilih CEO setiap 6 bulan sekali, sehingga setiap founder aktif dapat merasakan bagaimana rasanya mengepalai suatu konsultan arsitektur.
Sebagai biro arsitektur yang masih sangat muda, pencarian proyek merupakan hal yang harus dilakukan dengan tekun. Nawabha seringkali melakukan kunjungan secara langsung ke orang-orang yang dirasa berprospek untuk menjadi seorang klien, pembuatan brosur serta media-media branding lainnya juga dibutuhkan dalam melakukan proses kunjungan. Tak hanya kunjungan, media sosial juga digunakan sebagai media untuk mencari proyek seperti website, dan juga instagram.

Presentasi dilanjutkan dengan sesi diskusi, salah seorang audiens, Handini Kartika Putri berrtanya pada presenter bagaimana cara memastikan agar proyek tetap berjalan dan terus ada selama keberjalanan bisnis arsitektur. Pertanyaan ini kemudian langsung dijawab oleh Teguh dan Tomo, cara yang mereka lakukan yaitu dengan tidak mengecewakan klien. Hubungan relasi harus senantiasa dibangun walaupun proyek telah selesai dilakukan. Diferensiasi juga harus dilakukan dalam berbagai hal, termasuk dalam desain. Jumlah tim Nawabha Architect yang berjumlah sembilan orang juga merupakan hal yang menguntungkan karena ide-ide baru senantiasa muncul dari kepala-kepala yang berbeda.

Gambar 2 Pilar, salah satu audiens yang bertanya
Pertanyaan selanjutnya berasal dari Pilar Kobenhavn yang merupakan teman Tomo dan Teguh semasa kuliah. Pilar menanyakan bagaimana cara untuk berkomitmen antar anggota Nawabha, karena Pilar mengetahui bagaimana perbedaan desain dan tipikal personality antara kesembilan anggota Nawabha semasa kuliah. Tomo dan Teguh menjawab bahwa mereka senantiasa mengevaluasi sistem yang ada dalam bisnis ini. Sehingga apabila ada kekurangan dalam sistem tidak akan menyebabkan perpecahan pada internal Nawabha.


Di penghujung acara, Teguh menyimpulkan bahwa "Mumpung" merupakan hal yang baik jika dilakukan untuk suatu kegiatan yang baik. "Mumpung masih muda, jangan takut untuk membuat suatu bisnis jika kita memiliki sistem yang berkelanjutan", ujar Teguh.

No comments:

Post a Comment