“Architecture Studio
Managerial - Great System, Sustainable Business”
Di edisi ke 87 tahun ke-8 AUB
kali ini, kita kedatangan tamu dari Bandung yaitu Nawabha Architects yang
membahas kiat-kiat sukses mereka dalam merintis sebuah konsultan arsitektur.
Tergolong muda, Tomo dan Teguh mewakili rekan-rekannya dalam menyampaikan
metode yang mereka gunakan dalam merancang sistem yang berkelanjutan dalam
menjalankan bisnis arsitektur miliknya.
Gambar 1 Teguh dan Tomo melakukan pemaparan materi
Lulus
dari jurusan arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 2011, Tomo,
Teguh, Lia, Jihad, Annas, Toos, Melati, Fajri, dan Nove membulatkan tekad untuk
segera membuka konsultan arsitektur bernama Nawabha Architects yang berarti
sembilan cahaya. Dengan modal 0 rupiah, laptop, dan keberanian, mereka mulai
mengerjakan proyek-proyek kecil yang didapatkan dari kerabat dekat mereka. Dalam
keberjalanannya, Nawabha selalu mengedepankan sistem dalam berbisnis. Dengan
sistem, hal-hal yang riskan menimbulkan perpecahan seperti uang dapat
diselesaikan dengan mudah.
Dalam
merancang bisnis arsitektur yang dilakoninya, Tomo menjelaskan bahwa Nawabha
membaginya menjadi Sistem founder dan perusahaan, Sistem SDM pegawai dan
freelance, Sistem manajemen aset dan keuangan, dan Sistem mencari proyek.
Dimulai dari sistem founder dan perusahaan, Teguh menjelaskan bahwa mereka
menggunakan sistem sarang lebah, yang artinya antar satu substansi dengan
lainnya saling mempengaruhi. Pada masa awal keberjalanan bisnis konsultan
arsitektur Nawabha, mereka membuat
sebuah aturan dasar yang mereka sebut sebagai AD/ ART yang di dalamnya tertulis
dengan jelas visi, misi, serta landasan yang mereka pegang saat merintis bisnis
ini. Setelah memiliki landasan yang kuat dan kesamaan pikiran antar satu founder dan yang lain, Nawabha kemudian
merancang sistem yang mengatur sumber daya manusia, dan inventaris yang
dimiliki. Sistem manajerial, marketing dan keuangan juga merupakan hal yang
disepakati antar founder.
Dalam
keberjalanan sistem yang telah dirancang, Nawabha rutin mengevaluasi
sistem-sistem yang ada dengan melakukan 3 jenis rapat rutin, yaitu, rapat founder yang membahas mengenai target
serta pencapaian-pencapaian perusahaan secara bulanan, kemudian rapat evaluasi
untuk mengevaluasi kepengurusan, dan dilanjutkan dengan rapat internal untuk
merancang kegiatan rutinitas yang ada di kantor. Hal unik dari Nawabha adalah mereka
memilih CEO setiap 6 bulan sekali, sehingga setiap founder aktif dapat merasakan bagaimana rasanya mengepalai suatu
konsultan arsitektur.
Sebagai
biro arsitektur yang masih sangat muda, pencarian proyek merupakan hal yang
harus dilakukan dengan tekun. Nawabha seringkali melakukan kunjungan secara
langsung ke orang-orang yang dirasa berprospek untuk menjadi seorang klien,
pembuatan brosur serta media-media branding lainnya juga dibutuhkan dalam
melakukan proses kunjungan. Tak hanya kunjungan, media sosial juga digunakan
sebagai media untuk mencari proyek seperti website,
dan juga instagram.
Presentasi dilanjutkan dengan
sesi diskusi, salah seorang audiens, Handini Kartika Putri berrtanya pada
presenter bagaimana cara memastikan agar proyek tetap berjalan dan terus ada
selama keberjalanan bisnis arsitektur. Pertanyaan ini kemudian langsung dijawab
oleh Teguh dan Tomo, cara yang mereka lakukan yaitu dengan tidak mengecewakan
klien. Hubungan relasi harus senantiasa dibangun walaupun proyek telah selesai
dilakukan. Diferensiasi juga harus dilakukan dalam berbagai hal, termasuk dalam
desain. Jumlah tim Nawabha Architect yang berjumlah sembilan orang juga
merupakan hal yang menguntungkan karena ide-ide baru senantiasa muncul dari
kepala-kepala yang berbeda.
Gambar 2 Pilar, salah satu audiens yang bertanya
|
Pertanyaan selanjutnya berasal
dari Pilar Kobenhavn yang merupakan teman Tomo dan Teguh semasa kuliah. Pilar
menanyakan bagaimana cara untuk berkomitmen antar anggota Nawabha, karena Pilar
mengetahui bagaimana perbedaan desain dan tipikal personality antara kesembilan anggota Nawabha semasa kuliah. Tomo
dan Teguh menjawab bahwa mereka senantiasa mengevaluasi sistem yang ada dalam
bisnis ini. Sehingga apabila ada kekurangan dalam sistem tidak akan menyebabkan
perpecahan pada internal Nawabha.
Di
penghujung acara, Teguh menyimpulkan bahwa "Mumpung" merupakan hal
yang baik jika dilakukan untuk suatu kegiatan yang baik. "Mumpung masih
muda, jangan takut untuk membuat suatu bisnis jika kita memiliki sistem yang
berkelanjutan", ujar Teguh.
No comments:
Post a Comment